Banyak Diam Adalah Salah Satu Ciri Orang Yang Berilmu, Adapun Banyak Celotehan & Omong Kosong Bukanlah Ciri Mereka
Banyak Diam Adalah Salah Satu Ciri Orang Yang Berilmu, Adapun Banyak Celotehan & Omong Kosong Bukanlah Ciri Mereka
Syaikh Dr. Abdullah al-Bukhari hafizhahullah
Beliau berkata, "Dan dalam penjagaan terhadap sunnah, atsar, dan fiqh; -agar tidak menyia-nyiakan apa yang diperintahkan kepadanya, dan agar ia beradab dengan ilmu- maka dia berhenti dengan sunnah dan atsar ini di mana mereka berhenti, dia beradab dengannya dan memahaminya."
Banyak diam berarti sedikit apa? Sedikit bicara, sedikit celotehan, dan sedikit omong kosong. Tentu saja, yang juga termasuk dalam hal ini sekarang ini adalah orang yang banyak (tersebar) tulisannya di internet. Sampai-sampai sebagian orang, jika Anda melihatnya di depan Anda, tidak akan terpikir oleh Anda bahwa ini adalah orang yang meramaikan internet atau orang yang meredamnya. Seorang pemuda yang belum dewasa, tidak bisa membedakan antara ba' dan ta' dalam penulisan maupun pengucapan, dan tiba-tiba dia meramaikan internet atau meredamnya. Dia adalah singa di tempat ini, dan jika dia datang ke ruang-ruang publik, dia terlihat seperti unta. Nasalullaha as-salamah wal afiyah.
Demikian pula, banyak diam, banyak diamnya seseorang dalam situasi ini adalah salah satu ciri para ulama. Banyak omong kosong, banyak berbicara dan banyak celotehan bukanlah salah satu sifat para ulama sama sekali. Jika Anda berbicara sejak saat ini hingga hari kiamat nanti, hal itu sama sekali tidak menunjukkan ilmu yang Anda miliki.
Imam Ibn Rajab telah menjelaskan hal ini dalam bukunya yang agung fadhlu ilmi as-salaf ala ilmi al-kholaf, dan beliau mencela orang-orang yang tertipu oleh banyaknya orang yang melontarkan kata-kata dan memperpanjangnya, sehingga mereka menuduh para salaf karena hal itu; bahwa mereka (salaf) kurang berilmu dari orang-orang yang suka berdebat dan suka berbantah-bantahan.
Beliau berkata, "banyak diam pada perkara yang tidak berguna baginya, hingga temannya rindu akan ucapannya”
Imam bin Abi Syaibah mengutip dalam Mushonnafnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau berkata: "Tidak ada kebaikan pada pembicaraan yang berlebihan, tidak ada kebaikan sama sekali padanya”.
Dan dalam as-Shohihain disebutkan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam."
Dalam kitab Thabaqat al-Muhadditsin. Abu Sufyan, yang bernama Shalih bin Mihran asy-Syaibani al-Hafiz, beliau ini dijuluki "al-Hakim" karena tidak banyak bicara, namun jika beliau bicara, kata-kata beliau ibarat untaian mutiara dan ditulis oleh murid-muridnya karena kebijaksanaan yang terdapat padanya.
Salah satu dari ucapan dan kalimat hikmah beliau adalah, “Diam merupakan perhiasan bagi seorang alim dan merupakan tabir bagi orang jahil.” Berdiam diri adalah perhiasan bagi seorang alim dan tabir bagi orang jahil. Orang-orang alim tidak suka banyak bicara dan berceloteh. Jika mereka berbicara, mereka berbicara dengan hati-hati dan tepat sasaran, dan bermanfaat bagimu. Sedangkan orang jahil, jika dia diam, dia menutupi dirinya sendiri karena ketika dia berbicara, kamu akan tahu apa? Dia menunjukkan kepadamu apa? Kebodohannya. Walliyadzubillah
Sumber : t.me/fawaidsolo
KOMENTAR