Kisah Bal'am dan Nabi Musa, Seorang Alim yang Terfitnah.
HAI ORANG YANG ALIM, JANGANLAH SEPERTI BAL'AM!!
Para pembaca yang semoga Allah rahmati, merupakan suatu keutamaan bagi seorang ialah memiliki wawasan pengetahuan agama. Seorang yang alim tentunya dapat memberikan manfaat pada pribadinya dan orang lain. Namun siapa sangka, dalam sejarah ada beberapa orang yang dikatakan alim malah justru tidak sesuai dengan ketentuan di atas.
Imam Ibnu Katsir dan yang lainnya, seperti imam Ibnu Jarir rahimahumallah menyebutkan dalam tafsirnya seorang yang alim dari kalangan Bani Israil yang dia justru malah tidak mengamalkan ilmunya, berpaling dari kebenaran.
Allah Ta'ala berfirman pada QS. Al-A'raaf ayat ke 175
وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱلَّذِىٓ ءَاتَيْنَٰهُ ءَايَٰتِنَا فَٱنسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ ٱلشَّيْطَٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلْغَاوِينَ.
"Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat."
Muhammad bin Ishaq bin Yasar berkata dari Salim Abun Nadhr bahwa dia menceritakan,
'Ketika Nabi Musa, 'alaihissalam, tiba di daerah Bani Kan'aan di Syam, kaum Bal'am datang kepadanya dan berkata,
'Ini adalah Musa bin Imran bersama Bani Israil. Dia datang untuk mengusir kami dari tanah kami, membunuh kami, dan menempatkan Bani Israil di sini. Kami adalah kaummu, dan kami tidak memiliki tempat tinggal lagi selain daerah ini. Engkau adalah orang yang doanya selalu dikabulkan, berdoalah kepada Allah untuk mencelakakan mereka!'
Bal'am berkata, 'Celakalah kalian! Dialah Nabi Allah, bersamanya ada malaikat dan orang-orang beriman. Bagaimana aku mendoakan kehancuran atas mereka, sedangkan aku mengetahui ilmu dari Allah?!'
Mereka berkata kepada Bal'am, 'Kami tidak punya tempat tinggal!'
Mereka terus membujuk dan memohon kepadanya sampai akhirnya Bal'am tergoda. Dia menaiki keledainya menuju ke gunung yang memungkinkannya melihat pasukan Bani Israil, yaitu Gunung Husban. Ketika Bal'am baru berjalan dengan keledainya, keledainya berhenti. Dia turun dan memukul keledainya, sampai keledai itu berdiri kembali. Dia menaikinya lagi, tetapi keledainya kembali berhenti. Dia memukulnya lagi sampai keledai itu bergerak. Allah mengizinkan keledai itu berbicara sebagai hujjah/bukti baginya, keledai itu berkata,
"Celakalah kamu, wahai Bal'am! Ke mana kamu akan pergi? Tidakkah kamu melihat malaikat di depanku menghalangiku dari jalan ini? Apakah kamu akan pergi kepada Nabi Allah dan orang-orang beriman untuk mendoakan kecelakaan atas mereka?' Namun, dia tidak berhenti memukul keledainya. Allah membiarkan keledai itu melanjutkan perjalanannya. Keledai itu berjalan sampai di puncak Gunung Husban, di mana dia bisa melihat pasukan Musa dan Bani Israil..
Mulailah Bal'am mendoakan kehancuran atas mereka, tetapi setiap kali dia mendoakan kejelekan atas mereka Allah mengubah lisannya, sehingga doanya berbalik mencelakakan kaumnya sendiri. Setiap kali berdoa untuk kebaikan kaumnya, lisannya berbalik mendoakan kebaikan untuk Bani Israil. Maka kaumnya berkata kepadanya,
"Tahukah apa yang kamu lakukan, wahai Bal'am? Kamu berdoa kebaikan untuk mereka dan kejelekan untuk kami!"
Bal'am menjawab,
"Ini di luar kendaliku, Allah telah menguasainya!" (dalam keadaan lidahnya terjulur hingga jatuh di dadanya).
Bal'am pun berkata kepada mereka,
"Sekarang ini dunia dan akhirat telah hilang dariku, yang tersisa hanyalah tipu muslihat dan rekayasa. Aku akan merencanakan sesuatu untuk kalian. Hiasilah wanita-wanita dan berikanlah barang-barang dagangan kepada mereka, lalu kirimlah mereka menuju pasukan Bani Israil untuk menjual barang-barang itu di sana. Perintahkan mereka agar tidak menolak jika ada laki-laki yang menginginkan mereka (berzina). Jika satu orang dari mereka berzina, kalian akan berhasil mengalahkan mereka." Akhirnya mereka pun melakukannya.
Ketika para wanita memasuki pasukan, ada seorang wanita (dari suku Kan'aan yang bernama Kasba binti Shur yang merupakan tokoh raja kaumnya) melewati seorang pria dari kalangan pembesar Bani Israil dari Bani Simeon bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim alaihimussalam.
Zamra mendatanginya dan memegang tangannya karena terpesona dengan kecantikannya, lalu membawanya ke hadapan Nabi Musa, 'alaihissalam, seraya berkata, 'Aku yakin kamu akan mengatakan bahwa ini haram bagimu?' Maka Nabi Musa menjawab, 'Tentu, itu haram, jangan mendekatinya!'
Zamra berkata, 'Demi Allah, kami tidak akan menaatimu dalam hal ini.' Kemudian dia membawa wanita itu ke tendanya dan berzina dengannya.
Seketika Allah, 'Azza wa Jalla, mengirimkan wabah kepada Bani Israel. Finhas bin Eleazar bin Harun, pemimpin urusan Musa, sedang tidak ada ketika Zamra bin Syalum melakukan perbuatan tersebut. Ketika dia datang dan mendapati wabah tengah melanda Bani Israil, dia diberitahu tentang kejadian itu. Dia mengambil tombaknya yang terbuat dari besi, lalu memasuki tenda di mana mereka berdua sedang berbaring, dan menikam mereka dengan tombaknya. Dia kemudian membawa mereka keluar sambil mengangkat mereka ke udara, dengan tombak di lengannya, dan bertumpu pada pinggangnya. Dia berkata, 'Ya Allah, demikianlah kami akan memperlakukan siapa saja yang mendurhakai-Mu."
Wabah pun hilang, lalu dihitunglah jumlah yang mati dari Bani Israil dalam wabah itu dari saat Zamra menyetubuhi wanita itu hingga Finhas membunuhnya. Ditemukan bahwa tujuh puluh ribu orang telah mati dalam satu jam di siang hari.
Wallahua'lam..
BACA JUGA : KISAH BAL'AM, ULAMA YANG TERFITNAH
Referensi:
1. Tafsir Ibnu Katsir, karya Imam Ibnu Katsir.
2. Tafsir Ibnu Jarir, karya Imam Ath-Thabari
Cirebon, Ahad 2 Dzulhijjah 1445 H/9 Juni 2024.
https://t.me/kisahdanmurottalpilihan
KOMENTAR