Susahmu Karena Mendongakkan Wajahmu Menurut KBBI, mendongakkan artinya mengangkat ujung meriam, wajah, dan sebagainya sedikit ke atas dan ke...
Susahmu Karena Mendongakkan Wajahmu
Menurut KBBI, mendongakkan artinya mengangkat ujung meriam, wajah, dan sebagainya sedikit ke atas dan ke muka.
Maksud mendongakkan wajah dalam artikel adalah : melihat kepada yang lebih dalam hal duniawi, lalu membandingkan dengan dirinya. Akhirnya, ia merasa kurang, tidak puas, bahkan muncul iri dan benci.
Baginya: rumput tetangga lebih hijau dan sawang sinawang.
Rasulullah ﷺ bersabda :
إذا نَظَرَ أحَدُكُمْ إلى مَن فُضِّلَ عليه في المالِ والخَلْقِ، فَلْيَنْظُرْ إلى مَن هو أسْفَلَ منه.
" Jika kalian melihat seseorang yang punya kelebihan dalam hal harta dan fisik, maka hendaknya ia melihat kepada yang di bawahnya! " HR Bukhari 6490 Muslim 2963 dari Abu Hurairah.
Dalam riwayat lain, " Lihatlah kepada orang yang ada di bawahmu, jangan melihat yang di atasmu! Sungguh, hal itu akan membantumu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu"
Sibuk memperhatikan orang kaya. Dikira kaya pasti bahagia. Padahal kekayaannya malah menimbulkan masalah keluarga.
Suka melamun kalau saja dirinya bisa terkenal. Disangka terkenal pasti tenang hidupnya. Padahal terkenal malah susah. Semuanya disoroti dan dibahas orang.
Berandai-andai jika wajahnya tampan/cantik. Padahal orang tampan/cantik selalu takut jika cacat atau berkurang.
Bermimpi punya jabatan tinggi. Padahal yang tinggi jabatannya hidupnya sering terasa sempit, karena aktivitasnya terbatas dan serba diatur.
Menghabiskan waktu membicarakan tetangga yang rumahnya luas, sawahnya banyak, dan garasi yang penuh kendaraan. Padahal yang punya justru pusing dengan pajak, biaya perawatan, dan bagaimana cara mengelolanya.
Di dalam Al Qur'an, 2 kali disebutkan larangan memperhatikan orang-orang yang hidup bergelimang duniawi. Surat Al Hijr 88 dan Thaha 131.
لا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَٱخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
"Janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman" (Al Hijr 88)
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
" Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka di sini. Dan karunia Tuhan kamu lebih baik dan lebih kekal" (QS Thaha;131)
Menurut As Sa'dii, jangan sampai kita terpesona dengan orang-orang yang bersenang-senang dalam duniawi, "Aneka makanan, macam-macam minuman lezat, pakaian mewah, rumah penuh aksesori, dan wanita berhias. Sungguh, semua itu sebatas hiasan kehidupan dunia saja...dan semuanya akan hilang dalam sekejap, berlalu seluruhnya, bahkan membunuh para pecinta dan ambisiusnya. Setelah itu barulah mereka menyesal di saat sesal tidak lagi berguna "
Media sosial dengan berbagai macamnya telah menjadi ujian keimanan. Kita disuguhi banyak konten yang membangkitkan hasrat duniawi.
Vidio-vidio pendek membawa pesan sponsor dan iklan. Iming-iming murah, bonus, gratis ongkir, katanya viral, sampai dikesankan; jika tidak mengikuti trend adalah aib.
Akhirnya, tumbuh keinginan meniru figur terkenal, artis, youtuber, facebooker, selebgram, dan status semisal.
Setelah itu? Agama ditinggalkan. Al Qur'an dilupakan. Thalabul ilmi tidak dianggap penting lagi. Pesantren dianggap penjara.
Yang ia pikir, yang ia cari, adalah bagaimana bisa seperti orang-orang yang dilihat di medsos itu. Ia salah dan tersesat jalan jika mengira ada bahagia di sana.
Bahagia itu ketika engkau dekat dengan Allah Ta'ala. Saat engkau membaca Al Qur'an. Pada waktu engkau sadar bahwa di sana masih banyak orang yang lebih susah darimu.
25 Ramadhan 1445
Ustadz Abu Nasim Mukhtar | http://t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR