Syarat-syarat taubat agar Allah mengampuni dosa yang telah kita lakukan.
SYARAT-SYARAT TAUBAT
Setiap bani Adam pasti punya kesalahan dan dosa,walaupun dia seorang yang telah menggapai tingkatan iman yang paling tinggi, ilmu yang luas bahkan meskipun mereka adalah wali Allah dia tidak terlepas dari dosa. Apalagi selain mereka, yang lemah iman dan rendah takwanya tentu lebih banyak lagi dosanya ;
Allah Taala berfirman dalam hadits qudsi :
يا عبادي إنكم تُخطئون بالليلِ والنهارِ وأنا أغفرُ الذنوبَ جميعًا فاستغفِروني أغفرْ لكم.
"Wahai hambaKu, sesungguhnya kalian itu berbuat salah malam dan siang, dan Aku itu mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepadaKu, niscaya Aku ampuni kalian. [HR Muslim]
Seorang yg diberi taufiq adalah seorang yg selalu mengevaluasi dosa dan kesalahannya, lalu dia diberi kemudahan oleh Allah untuk bertaubat dan beristighfar. Maka dia adalah seorang yang berbahagia, orang yang sempurna keimanannya adalah yang ketika berdosa dia bertaubat dan ketika diberi nikmat dia bersyukur dan ketika mendapatkan musibah dia bersabar. Dan ini adalah tanda kebahagiaan seorang.
Dan bertaubat dari dosa adalah amalan ibadah. Allah berfirman :
وَتُوبُوۤا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِیعًا أَیُّهَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
"Dan bertaubatlah kalian kepada Allah wahai segenap orang beriman niscaya kalian beruntung." [QS. An-Nuur 31]
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوۤا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةࣰ نَّصُوحًا.
"Wahai orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nasuha." [Surat At-Tahrim: 8]
Segala sesuatu yg diperintahkan Allah adalah ibadah. Jika dijalankan ikhlas dan sesuai sunnah maka akan mendapat pahal serta ddosa-dosanya akan dihapus ketika taubatnya benar.
Dari Aghar bin Yasaar Al-Muzani radhiyallahu anhu, Rasulullah ﷺ bersabda :
يا أيها الناس توبوا إلى الله واستغفروه وإني أتوب إلى الله في اليم مائة مرة.
"Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kalian kepadan Allah, dan mintalah ampun kepadaNya, karena sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari seratus kali." [HR. Muslim]
Rasul yang paling sempurna imannya, yang sudah diampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang, beliau bertaubat seratus kali. Maka kita semestinya lebih lagi.
Kesalahan bani itu banyak sekali ragamnya. Apalagi pembawaan bani adam memang memiliki sifat yg tercela, kecuali orang yang dirahmati oleh Allah. Tapi semua dosa bisa dihapuskan dengan taubat.
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata :
Ketahuilah, sesungguhnya seorang insan itu memiliki akhlak dan sifat yang banyak, akan tetapi pendorong perbuatan dosa itu bisa dikelompokkan menjadi empat sifat :
1. Sifat rububiyyah. Darinya muncul sifat sombong, bangga diri, cinta pujian dan sanjungan, merasa mulia dan ingin ditinggikan dan semisal itu. Maka ini adalah dosa-dosa yg membinasakan. Sebagian orang lalai darinya dan tidak menganggapnya sebagai dosa.
2. Sifat syaithaniyyah, (sifat setan) darinya muncul dosa hasad, semena-mena, siasat licik, menipu, makar, curang dalam muamalah, nifaq dan memerintahkan kepada kerusakan dan selainnya.
3. Sifat bahaimiyyah, sifat hewan ternak. Darinya muncul kejelekan semangat melampiaskan syahwat perut dan kemaluan, bercabang darinya erbuatan zina, homoseks, mencuri, mengambil harta untuk melampiaskan syahwat.
4. Sifat hewan buas, darinya muncul dosa marah, dendam, menyerang manusia dengan membunuhnya, memukulnya, merampas harta. Dan sifat-sifat ini memiliki tingkatan dalam fitrah.
Selesai.
[Mukhtashar Minhajul Qashidin 314]
Empat sifat ini akan bisa memicu dosa. (Jangan sampai ada pada kita empat perangai ini). Dan empat ini memiliki tahapan dalam bani Adam sehingga memunculkan dosa.
Maka sifat hewan ternak inilah yg pertama kali mendominasi dunia, kemudian diiringi oleh sifat binatang buas, maka jika terkumpul dua perangai ini, maka keduanya akan memperalat akal terjatuh kepada sifat-sifat setan, makar tipu daya, tipu muslihat, kemudian akan dikuasai sifat rububiyah, (sombong, bangga ujub, suka dipuji).
Maka inilah induk dan sumber dosa, kemudian dosa-dosa yg lain terpancar dari dosa tadi, dari anggota badan sebagian muncul dari hati seperti kufur, bidah, munafikan, menyembunyikan kejelekan dalam hati. Sebagiannya di mata, sebagiannya di telinga, sebagiannya di lisan, sebagiannya di perut dan di kemaluannya. Sebagiannya di kedua tangannya dan kakinya, dan sebagiannya merasuki semua badannya.
Selesai.
Semua dosa tadi ada yang berkaitan dengan bani Adam, sebagian ada yang berkaitan antara hamba dan Rabbnya.
Setiap muslim wajib bertaubat kepada Allah dari dosa tadi.
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata :
Dosa yg berkaitan dengan hamba itu perkaranya lebih berat, sedangkan dosa antara hamba dengan Rabbnya itu lebih diharapkan ampunannya kecuali dosa syirik.
Selesai.
Sifat seorang mukmin yg diberi taufiq itu akan cepat bertaubat kepada Allah.
Taubat itu diterima oleh Allah dan bisa menghapuskan dosa-dosa apabila memenuhi persyaratan nya :
وَهُوَ ٱلَّذِی یَقۡبَلُ ٱلتَّوۡبَةَ عَنۡ عِبَادِهِۦ وَیَعۡفُوا۟ عَنِ ٱلسَّیِّـَٔاتِ.
Dialah yang menerima taubat dari hambaNya dan memaafkan kesalahan. [QS. Asy-Asyuura 25.]
Para ulama bersepakat bahwasanya persyaratan taubat ada 3, imam Nawawi dalam kitab Riyadhus shalihin menyebutkan :
1. Segera langsung meninggalkan maksiat dan dosa.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata
Taubat itu tidak sah kecuali setelah dia mengakui dosanya dan mencari cara untuk melepaskan diri dari dosanya agar terbebas dari jeleknya akibatnya. [Madarij As-Saalikiin 1/172]
Adapun orang yang bertaubat tapi masih melakukannya maka dia tidak jujur dalam taubatnya.
2.. Menyesali apa yang telah berlalu dari dosa yang dia lakukan. Inilah bukti utama bukti benarnya taubat. Dalam sebuah hadits :
الندم توبة.
Penyesalan itu adalah taubat.
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata :
Ketahuilah sesungguhnya taubat itu adalah uangkapan penyesalan, yang membuahkan tekad dan maksud, dan penyesalan tadi membuahkan ilmu, bahwasanya maksiat itu bisa menghalangi seorang dengan Dzat yang dicintainya. Penyesalan adalah rintihan hati ketika dia mengetahui kalau dia akan berpisah dengan Allah Taala.
Selesai.
Ciri-cirinya adalah dia akan menangis dan panjang tangisannya. Menangisi jauhnya dia dari Allah.
[Mukhtashar 323]
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
Penyesalan mengharuskan dia remuk hatinya. Menyesali perbuatannya.
3. Memiliki tekad yang kuat untuk tidak mengulangi dosanya.
Ini muncul dari penyesalan yang benar.
Sehingga tiga poin ini langsung dilaksanakan ketika seorang bertaubat, dan itulah tanda benarnya taubat seorang.
Syarat-syarat diatas adalah untuk taubat dari dosa yg berkaitan antara hamba dengan Allah.
Dan para ulama menambahkan, jika dosanya itu antara sesama hamba, persyaratannya ditambah yang ke empat. Dosa kezaliman sesama hamba harus minta dihalalkan. Karena :
حقوق العباد مبنية على مشاحة
"Karena hak-hak bani Adam itu dibangun diatas kekikiran."
Sehingga harus diselesaikan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabda :
"Siapakah orang yang bangkrut diantara kalian? Para sahabat menjawab : Orang yang bangkrut diantara kita adalah yang tidak memiliki uang dirham dan kekayaan.
Maka beliau bersabda : Seorang yang bangkrut diantara kalian adalah seorang yang datang hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat seperti gunung, tapi dia dulu mencaci yang ini, menuduh zina yang ini, makan hartanya yang ini, menumpahkan darah yang ini, memukul yang ini. Maka diberikan kepada yang ini pahala orang ini, dan untuk yang ini pahalanya, jika sudah habis pahalanya sebelum terbayar kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yg dizalimi dipikulkan kepadanya dan dilemparkan ke neraka." [HR. Muslim]
Terkait minta dihalalkan ada perinciannya :
Kalau berkaitan dengan harta, maka dia wajib mengembalikan semua kepada pemiliknya harta yg dizaliminya.
Jika kawatir fitnah, maka dia bisa mengembalikan tanpa menyebut nama.
Jika orangnya sudah mati maka berikan kepada ahli warisnya. Jika orangnya tidak diketahui, maka dia menyedekahkannya atas nama pemilik harta tadi.
Jika kezaliman terkait kehormatan, maka dia wajib mencari setiap orang yg dizalimi tadi untuk meminta dihalakan.
Karena meminta dihalalkan secara umum itu tidak cukup. Terkadang ketika yang lain tahu, maka jiwa dia belum bisa menerima dan menghalalkan dosanya.
Kecuali jika ketika meminta halal dalam pelanggaran kehormatan bisa memudharatkan, seperti akan terbongkar aib-aibnya, maka hendaknya dia bersungguh-sungguh berlemah lembut dan meminta dihalalkan tanpa menyebutnya.
Demikian jika orang-orang yg sudah engkau zalimi itu sudah mati, maka tidak akan bisa diatasi kecuali dengan engkau memperbanyak kebaikan agar diambil sebagai ganti kezalimanmu di hari kiamat.
Kalau dosanya terkait dengan membunuh jiwa, maka bisa diqishash atau membayar diyat.
Sebagian ulama menambahkan syarat taubat yang kelima :
✏️ Kejujuran dalam bertaubat.
Hendaknya taubatnya ikhlas untuk Allah. Karena taubat itu ibadah dan harus ikhlas dan sesuai sunnah.
Yang memotivasi dirinya untuk bertaubat adalah mengagungkan Allah takut terhadap azabnya, bukan untuk mendekatkan diri kepada makhluk.
✏️ Syarat berikutnya, hendaknya taubatnya dilakukan di masa diterimanya taubat :
Yang pertama berkaitan dengan pribadi, maka batasnya sebelum sekaratul maut.
إن الله يقبل توبة العبد ما لم يغرغر.
"Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba sebelum sekaratul maut."
[HR. Ahmad, ibnu majah dishahihkan Al-Albani]
▪️ Batas akhir waktu taubat untuk semua manusia, maka batasnya adalah jika terbitnya matahari dari arah barat.
لا تنقطع الهجرة حتى تنقطع التوبة ولا تنقطع التوبة حتى تطلع الشمس من مغربها
"Hijrah tidak akan terputus sampai terputus waktu taubat, dan taubat itu tidak akan terputus sampai terbitnya mataharai dari barat."
Taubatnya para ahli bidah, yang mudharatnya (kejelekannya) dirasakan oleh banyak fihak.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
Maka taubatnya mereka orang-orang fasiq dikarenakan akidah yang rusak (ahli bidah) adalah dengan memurnikan prinsip mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ. Dan tidaklah sempurna taubat mereka, sampai dia menjelaskan kerusakan bid'ah yang dulu dia yakini. Sebab taubat dari satu dosa adalah dengan melakukan lawannya.
Oleh karena itu, Allah mempersyaratkan taubatnya orang yang menyembunyikan kebenaran, wajib dia menjelaskannya. Sebab ketika dosanya dalam bentuk menyembunyikan kebenaran maka taubatnya adalah dengan menjelaskannya.
Allah Taala berfirman :
إِنَّ ٱلَّذِینَ یَكۡتُمُونَ مَاۤ أَنزَلۡنَا مِنَ ٱلۡبَیِّنَـٰتِ وَٱلۡهُدَىٰ مِنۢ بَعۡدِ مَا بَیَّنَّـٰهُ لِلنَّاسِ فِی ٱلۡكِتَـٰبِ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ یَلۡعَنُهُمُ ٱللَّهُ وَیَلۡعَنُهُمُ ٱللَّـٰعِنُونَ . إِلَّا ٱلَّذِینَ تَابُوا۟ وَأَصۡلَحُوا۟ وَبَیَّنُوا۟ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ أَتُوبُ عَلَیۡهِمۡ وَأَنَا ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِیمُ.
Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat.
Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya), mereka itulah yang Aku terima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat, Maha Penyayang.
[QS. Al-Baqarah 159-160]
Dan dosanya ahli bidah itu melebihi dosanya orang yang menyembunyikan kebenaran. Karena dia itu telah menyembunyikan kebenaran, adapun ahli bidah maka dia menyembunyikan ahli bidah dan menampakkan lawannya kepada ummat.
[Madarij As-Saalikiin 1/339]
Contoh yang bagus adalah taubatnya Abul Hasan Al-Asy'ari rahimahullah, beliau bertaubat dan ketika bertaubat beliau menerangkan di masjid jami' dan menuliskan taubatnya dalam kitab Al-Ibaanah 'an Ushuulid Diyaanah.
Makna taubat Nasuha itu mengandung 3 perkara :
1. Taubat dari semua dosa meliputi semua dosa, tidak menyisakan dosa kecuali dia telah bertaubat darinya.
2. Mengumpulkan segenap tekad dan kejujuran untuk bertaubat, yang mana tidak ada lagi tersisa keraguan, menggerutu, nunggu-nunggu untuk mengulanginya lagi. Dan dia mengumpulkan segenap niat dan tekadnya untuk bersegera melakukan taubatnya.
3. Memurnikannya niat taubatnya dari segala yang mengotorinya dan alasan-alasan yang mencacati taubatnya.
Tidak seperti seorang yang bertaubat karena ingin menjaga kewibawaannya, kehormatan dan jabatan dan kepemimpinannya dan menjaga keadaannya dan hartanya atau ingin pujian manusia atau ingin lari dari celaan manusia, atau agar tidak dikuasai oleh orang-orang bodoh, atau taubat hanya karena niat duniawi. Atau bertaubat karena sudah bangkrut dan tidak mampu lagi berbuat sesuatu dan semisalnya dari sebab yang mencacati taubat.
Perkara pertama berkaitan dengan dari apa dia bertaubat.
Yang ketiga berkaitan kepada siapa dia bertaubat.
Yang tengah berkaitan dengan sang pelaku taubat sendiri.
Maka nasuha dalam taubat adalah ikhlas dalam taubat dan meratakan semua dosa.
Madarij As-Saalikiin 1/292
✏️ Manusia dalam taubat ada beberapa tingkatan.
Ibnu Qudamah dalam mukhtashar minhajil Qashidin menyatakan :
A. Seorang yang bertaubat dan istiqamah dalam taubatnya sampai akhir hayat, dia menggantinya dengan amal shalih, berazam kuat untuk tidak mengulang di waktu yang akan datang kecuali kalau tergelincir. Maka orang ini yang istiqamah dalam taubat dan selalu bersegera dalam taubat, maka jiwanya dinamakan jiwa yang tenang, nafsul mutmainnah.
B. Orang yang bertaubat dan telah menempuh jalan istiqamah dalam taubat, hanya saja dia terjatuh dalam dosa kecil, tapi dia tidak berazam mengulanginya. Ini namanya nafsul lawwamah. Ini tingkatanya sangat tinggi. Dan ini adalah kebanyakan keadaan orang yang bertaubat.
C. Seorang yang bertaubat dan istiqamah dalam taubatnya sekian masa saja, lalu dia dikalahkan syahwatnya untuk jatuh ke sebagian dosa. Dan jiwa ini namanya an-nafsu al-mas'ulah.
وَءَاخَرُونَ ٱعۡتَرَفُوا۟ بِذُنُوبِهِمۡ خَلَطُوا۟ عَمَلࣰا صَـٰلِحࣰا وَءَاخَرَ سَیِّئًا عَسَى ٱللَّهُ أَن یَتُوبَ عَلَیۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورࣱ رَّحِیمٌ
"Dan (ada pula) orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan amalan yang baik dengan amalan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha penyayang."
[Surat At-Taubah: 102]
Keadaan ini tergantung akhirnya.
D. Seorang yang bertaubat dia istiqamah diatas taubatnya sesaat saja, lalu dia kembali kepada dosa dan tenggelam dan tidak menyesali apa yang dia lakukan. Jiwanya namanya Annafsu al-Ammaaratu bissuu' (jiwa yang memerintahkan kepada kejelekan).
Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita semua untuk selalu bertaubat hingga kita menghadapNya.
Wallahu alam bishshawaab.
📑 Petikan faedah Muhadharah Ust Afifuddin As-Sidawi hafizhahullah di Rumbel Utsman bin Affan Palu Sabtu, 26Jumadal Akhirah 1443 H/ 29Januari 2022 M
KOMENTAR