Perangai Yang Harus Dimiliki Oleh Orang Yang Menempuh Perjalanan Menuju Allah Ta'ala Dan Kampung Akhirat
PERANGAI YANG HARUS DIMILIKI OLEH ORANG YANG MENEMPUH PERJALANAN MENUJU ALLAH TA'ALA DAN KAMPUNG AKHIRAT
Al-Imam Al-Faqih Al-Mufassir Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'dy Rahimahullah berkata :
Ibadah
"Dan patut diketahui bahwasanya tujuan dari ibadah seseorang adalah menghamba kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, mengenalinya, mencintainya, selalu kembali kepadanya, dan menempuh jalan yang mengantarkan ke negeri yang penuh keselamatan (surga).
Namun kebanyakan manusia yang kalah dengan perasaan mereka sendiri, dikuasai oleh syahwat hawa nafsu dan adat kebiasaan. Sehingga mereka tidak mau angkat kepala; memerhatikan hal ini, dan tidak menjadikannya sebagai pondasi hidup mereka. Bahkan mereka berpaling karena sibuk dengan urusan hawa nafsu mereka, meninggalkannya karena hanya mau mengurusi keinginan mereka, tidak mau untuk mengevaluasi kekurangan mereka yang sudah lalu. Sehingga pada akhirnya mereka bingung di dalam kebodohan dan kezaliman mereka, tersungkur pada keinginan hawa nafsu mereka yang menyibukkan diri dari Allah, lalai dari mengingat Rabb mereka, menyia-nyiakan urusan agama mereka, dan mereka menjadi linglung karena dimabuk cinta terhadap kesenangan hawa nafsu mereka.
نسوا اللّٰه فأنساهم أنفسهم أوْلئك هم الخاسرون
{ Mereka lupa terhadap Allah sehingga Allah membuat mereka lupa terhadap diri mereka sendiri dan merekalah orang-orang yang merugi.} QS. Al-hasyr ayat 19.
Dan tidak ada yang tersadar dari kelalaian dan musibah yang besar ini kecuali hanya sedikit orang-orang yang berakal dan segelintir orang-orang cerdas. Karena mereka tahu bahwasanya kerugian yang sebetulnya adalah ketika seseorang tersibukkan dengan hal yang tidak mendatangkan melainkan hanya kebinasaan, kerugian dan hal yang membuat harapan baiknya justru menjadi kerugian. Sehingga mereka lebih mengutamakan sesuatu yang sempurna ketimbang yang kurang, mereka jual hal yang fana untuk mendapatkan sesuatu yang kekal abadi, mereka terima beratnya beban syariat dan ibadah sampai itu semua berubah menjadi kesenangan dan keseharian mereka, dan di kemudian hari mereka menjadi para pemimpin.
Maka dengarkanlah perangai mereka dan mohon bantuan lah kepada Allah agar kamu bisa berhias dengan perangai yang sama dengan mereka."
1. MENJAUHI JALAN YANG JELEK MENUJU KEBAIKAN
Disebutkan oleh Imam Abdurrahman bin Nashir As Sa'dy Rahimahullah:
١-سعدَ الَّذِينَ تَجَنَّبُوا سُبُلَ الرَّدَى
وَتَيَمَّمُوا لمنازل الرضوان
1. Sungguh bahagia orang yang menjauhi jalan-jalan kehinaan
Dan tujuan mereka adalah kedudukan-kedudukan yang diridhoi.
Ini adalah landasan jalan dan pedoman mereka dalam menjalani kehidupan;
- Mereka menjauhi jalan-jalan kebinasaan dan menuju jalan-jalan yang diridhoi.
- Mereka menjauhi jalan-jalan syaitan dan menuju penghambaan kepada Dzat Yang Maha Pengasih.
- Mereka menjauhi jalan-jalan menuju api neraka dan mencari jalan-jalan yang menghantarkan kepada kenikmatan.
- Mereka tinggalkan kejelekan-kejelekan lalu mengamalkan amalan-amalan baik.
- Mereka bersihkan hati, lisan dan anggota badan mereka dari perkara-perkara haram dan makruh, dan mereka sibukkan itu semua untuk mengerjakan kewajiban dan hal-hal yang dicintai.
- Mereka hiasi diri mereka dengan akhlak yang mulia dan mereka bersihkan diri mereka dari perangai-perangai yang hina."
2. KONSISTEN DI ATAS KEIKHLASAN DAN AJARAN RASULULLAH
Kemudian Imam Abdurrahman bin Nashir As Sa'dy Rahimahullah mengatakan selanjutnya:_
٢_فَهُمُ الَّذينَ أخلصوا في مَشْيِهِمْ
.مُتَشَرِّعِيْنَ بشِرعَةِ الإيمانِ
2. Mereka itu sekelompok orang yang ikhlas dalam melangkah
Dan tertuntun oleh syariat keimanan.
Dua dasar ini -yaitu ikhlas dan mutaba'ah- adalah syarat diterimanya semua ibadah; baik yang nampak maupun yang tersembunyi.
Maka setiap amalan yang dikerjakan tidak untuk mengharapkan wajah Allah maka amalan tersebut tidak sah. Dan setiap amalan yang tidak sesuai dengan tuntunan dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam maka amalannya tertolak.
Sehingga apabila terkumpul dalam sebuah amalan dua dasar ini; ikhlas untuk Dzat Yang Disembah -di mana amalan tersebut dikerjakan hanya untuk mengharapkan wajahNya semata- dan mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam -di mana amalan tersebut diperintahkan oleh beliau- maka itulah amalan yang diterima di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala."
3. PERASAAN TAKUT DAN HARAP TAK PERNAH LEPAS DARI MEREKA
وهم الذين بنوا منازل سيرهم
بين الرجا و الخوف للديَّان
3. Dan mereka yang membangun persinggahan mereka selama berjalan
Antara harap dan takut pada Dzat Penentu ajaran.
Maksudnya: di semua urusannya, dia selalu berjalan dan melakukannya dengan penuh rasa takut dan rasa harap.
Karena dia selalu melihat dirinya; mengintrospeksi dirinya dengan banyaknya kekurangan dia dalam menunaikan hak Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga itu menimbulkan rasa takut pada dirinya. Dan dia juga selalu melihat betapa banyak nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kebaikan yang diberikan untuknya, sehingga itu memunculkan rasa harap pada dirinya.
Disamping itu, mereka juga melihat sifat Allah Yang Maha agung dan Maha mulia, Allah yang Maha bijaksana dan Maha adil, sehingga mereka takut bahwa diri mereka akan mendapatkan akibat dari amal jelek yang mereka perbuat. Namun mereka juga melihat sifat Allah Yang Maha pengasih, Maha dermawan, dan Maha baik, dari situ mereka mengharapkan belas kasih dan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sehingga bila mereka mengamalkan kebaikan, mereka menggabungkan antara rasa takut dan rasa harap; berharap agar dikabulkan dan takut kalau ditolak
Bila mereka mengerjakan keburukan, Mereka takut akan dihukum karenanya. Namun mereka juga berharap agar diampuni dengan keutamaan dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Sehingga semua urusan mereka itu selalu berputar antara rasa takut dan rasa harap,* selalu kembali kepada dua perasaan tersebut. Merekalah orang-orang yang meraih perolehan tertinggi dan merekalah orang-orang yang beruntung."
4. ALASAN UTAMA SEMUA PERBUATAN MEREKA ADALAH CINTA KEPADA ALLAH
٤- وَهُمُ الَّذِينَ مَلا الإله قلوبهم
بوداده ومحبة الرحمن
4. Mereka yang dipenuhi hatinya oleh Allah
Dengan kecintaan kepadaNya Yang Maha Pengasih.
"Manzilah ini (manzilah mahabbah/cinta) adalah inti dari semua manzilah yang ada di dalam agama Islam. Dari situ muncul semua amalan-amalan shaleh, amalan-amalan yang bermanfaat dan juga kedudukan yang tinggi untuk seorang hamba.
Mahabbah/cinta adalah ketika hati itu selalu bergantung kepada sosok yang dicintainya, kecintaan itu selalu ada dalam hatinya dan tidak akan lepas.
Cinta juga akan menuntut seseorang meninggalkan apa yang dibenci oleh sosok yang dicintainya dan segera mengerjakan apa yang membuat sosok yang dicintainya menjadi senang dengan hati yang lapang dan dada yang penuh rasa senang.
Sehingga apabila dia (orang yang mencintai Allah) berbicara maka bicaranya karena cintanya kepada Allah. Apabila yidak berbicara, itupun juga karena cinta kepada Allah. Semua perbuatannya karena cintanya kepada Allah. Diamnya dia tidak melakukan apa-apa juga karena cinta kepada Allah. Rasa cinta kepada Allah kepada Allah akan membuatnya rindu kepadaNya dan gelisah ingin segera bertemu denganNya, sehingga dia tidak akan mungkin tenang untuk tinggal selamanya di dunia.
Jika ada yang bertanya: Apakah ada kiat dan sebab agar bisa memiliki rasa cinta ini yang merupakan tingkatan tertinggi dalam agama?
Maka jawabannya: Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidaklah menciptakan sesuatu melainkan juga menciptakan sebab dan kiat untuk meraihnya. Di antara sebab terbesar untuk memilikinya adalah:
- Menahan diri dari segala sesuatu yang bisa memutus hubungan dengan Allah subhanahu wa ta'ala baik itu ucapan ataupun perbuatan maupun pemikiran yang buruk lagi keji.
- Memperbanyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan menghadirkan sepenuh hatinya.
- Mentadaburi firman-firmanNya yang mulia.
- Mencermati nikmat-nikmatnya yang begitu besar kepada para hambanya.
- Berdiri di hadapanNya dengan sepenuh hati dan beradab ketika berdiri di hadapanNya.
- Bermajelis dengan orang-orang yang sama-sama mencintainya dan menjauhi segala sesuatu yang bisa memutuskan rasa cinta dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Maka Barang siapa yang mengerjakannya dia akan meraih kecintaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Wallahul musta'an."
5.BANYAK BERDZIKIR KEPADA ALLAH
٥- وَهُمُ الَّذِينَ أَكْثَرُوا مِنْ ذكره
في السر والإعلان والأحيان
Merekalah yang banyak mengingat padaNya
Dalam sepi, ramai, dan semua waktunya.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dy Rahimahullah mengatakan setelah itu:
"Kedudukan yang baik; kebutuhan manusia terhadapnya melebihi kebutuhannya terhadap apapun. Sehingga mengingat Allah adalah salah satu cara untuk memanfaatkan waktu dan memakmurkannya. Dengan dzikir tersebut akan hilang semua gundah gulana dan kesulitan. Dengannya akan tergapai semua kesenangan dan kebahagiaan. Dzikir adalah cara untuk memakmurkan hati yang sedang rapuh. (Dia) diumpamakan seperti tanaman yang ada di sebuah taman. Dzikir juga akan menghantarkan menuju kedudukan tinggi, menghasilkan banyak sekali khasiat dan manfaat, serta mendatangkan banyak sekali keutamaan yang tak terputus.
Allah Ta'alaa berfirman :
يا أيها الذين آمنوا ٱذكروا اللَّه ذكراً كثيراً . و سبحوه بكرة و أصيلا
"Wahai orang-orang yang beriman, banyak banyaklah engkau mengingat Allah. Dan sucikanlah namanya di pagi dan sore hari". [Al-Ahzab 41-42]
Dan Nabi _Shallallaahu Alaihi Wasallam_ pernah berkata kepada seseorang yang bertanya kepada Beliau : "Sesungguhnya syari'at islam begitu banyak bagiku, maka berilah aku satu wasiat!" Beliau Shallallaahu alaihi wa sallam lantas bersabda:
[لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ]
"Hendaknya lisanmu selalu basah dengan berdzikir kepada Allah Ta'alaa."
Dan Beliau Shallallaahu Alaihi Wasallamjuga bersabda :
[سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ]
"Al-Mufarridun akan lebih dahulu(masuk surga)."
Para shahabat lantas bertanya : "Siapa itu Al-mufarridun wahai Rasulullah?" Beliau menjawab:
[الذَّاكِرُونَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتُ]
"Mereka yang banyak berdzikir kepada Allah, baik laki-laki maupun perempuan."
6- TAQARRUB (MENDEKATKAN DIRI) KEPADA ALLAH DENGAN AMAL IBADAH DAN KETAATAN
Berkata Imam Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dy Rahimahullah:_
٦- يتقرَّبُونَ إلى المليك بفعلهم
طاعاته والترك للعصيان
Mereka mendekat kepada Yang Maha Raja dengan dia
Mengerjakan amal ketaatan dan meninggakan kemaksiatan.
Amalan-amalan yang mendekatkan hamba kepada Allah dan menghantarkannya kepadaNya adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah, terlebih lagi amal kewajiban dan fardhu. Demikian pula meninggalkan perbuatan maksiat kepada Allah, sebagaimana dalam hadits qudsy :
[.... وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضَتُه عَلَيْهِ، وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ]
"Dan tidaklah hambaku mendekatkan diri kepadaku dengan suatu amalan yang lebih aku cintai ketimbang amal fardhu yang aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku juga selalu mendekatkan diri padaku dengan amalan sunnah nafilah hingga aku mencintainya."
Oleh karenanya aku katakan setelah itu:
٧- فِعْلُ الْفَرَائِضِ وَالنَّوَافِلِ دَابَهُم
مَعِ رُؤْيَةِ التَّقْصِيرِ وَالتَّقْصَانِ
Mengerjakan kewajiban dan sunnah nafilah adalah kebiasaan mereka
Sementara mereka selalu memandang rendah dan kurang dirinya
Inilah yang namanya kesempurnaan; bersemangat mengerjakan amal kewajiban, memperbanyak amal sunnah nafilah, dan selalu memandang dirinya kurang dan belum sempurna dalam melaksanakan semuanya. Sehingga semangat dia dalam beramal menghilangkan sifat malas dari dirinya dan dia yang selalu memandang kurang amalannya
menghilangkan sifat sombong dan bangga diri yang bisa menghapuskan sebuah amalan dan merusaknya."
Wallahu a'lam bish shawab, insyaallah bersambung...
Sumber : Manzhumatus Sair Ilallah Wad Daril Akhiroh karya Imam Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dy Rahimahullah.
┈┈••••○○❁°•°•°•°❁○○••••┈┈•
FIK
https://t.me/forumIlmiahkaranganyar
KOMENTAR