Menuai Hikmah Dibalik Untaian Nasihat nan Indah Oleh : Al Ustadz Abul Fida' Teguh -Tegal- hafizhahullah Pembaca Yang Budiman, Sungguh ...
Menuai Hikmah Dibalik Untaian Nasihat nan Indah
Oleh : Al Ustadz Abul Fida' Teguh -Tegal- hafizhahullah
Pembaca Yang Budiman, Sungguh benarlah perkataan bahwa para ulama adalah pewaris para nabi, karena merekalah yang meneruskan tugas para nabi dalam menyebarkan dienul islam yang lurus ini, mengajarkan umat kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.
Perbicaraan mereka adalah ilmu dan perkataan mereka adalah nasihat nan indah dan penuh hikmah.
Maka marilah kita simak untaian nasihat tentang akhlaq yang mulia dari salah seorang tabi’in ( generasi setelah para sahabat ), yaitu Wahb bin Munabbih bin Kamil bin Saij al – Yamani ash- Shan’ani (wafat 110 H).
Semoga dengan membacanya dapat melembutkan hati yang keras dan sebagai pengingat bagi yang lalai.
Pembaca yang semoga diridhia Allah,
Berkata Wahb bin Munabbih rahimahullah :
Apabila engkau hendak menjalankan ketaatan kepada Allah, maka bersungguh- sungguhlah dalam ketulusan serta ilmumu kepada Allah, karena sesungguhnya suatu perbuatan tidaklah diterima di sisi- Nya dari orang yang tidak ikhlas kepada Allah, dan tentunya bukanlah dikatakan ia telah tulus kepada Allah kecuali harus diringi dengan ketaatan kepada- Nya, ibaratnya seperti buah yang bagus , aromanya harum dan rasanya pun lezat, begitu pula perumpamaan ketaatan kepada Allah, keikhlasan adalah aromanya dan amalan ialah rasanya.
Kemudian hiasilah ketaatan kepada Allah dengan ilmu dan sabar serta kefaqihanmu didalamnya.
Dan muliakanlah dirimu dari akhlak orang – orang dungu dan tundukkan ia kepada akhlak para ulama , dan biasakanlah untuk berperangai seperti perangainya orang yang sabar, dan cegahlah dirimu dari tingkah laku orang yang celaka, didiklah ia kepada jalan orang – orang yang faqih dan jauhkanlah dari jalan para pelaku ke jelekan.
Dan apabila engkau memiliki kelebihan, maka bantulah orang-orang yang dibawahmu , bantulah ia hingga mencapai seperti kedudukanmu, karena orang yang bijak adalah apa yang terkumpul padanya kelebihan, kemudian ia mengembalikan kelebihan tersebut kepada orang – orang yang dibawahnya, dan melihat kekurangan – kekurangan pada mereka lalu meluruskan dan memenuhinya :
- Jika engkau seorang yang faqih ( paham ), bimbinglah orang yang tidak faqih , tatkala engkau melihatnya ingin berteman dan meminta pertolongan kepadamu.
- Jika engkau memiliki harta, maka berikanlah kepada orang yang fakir.
- Jika engkau seorang yang shalih, maka mintalah ampunan kepada Allah untuk orang – orang yang berlumur dosa, berharap taubatnya.
- Jika engkau orang yang baik, maka balaslah orang-orang yang berbuat keburukan atasmu dengan kebaikan dan engkau berhak mendapatkan pahala dengan perbuatanmu tersebut.
Dan janganlah seseorang tertipu dengan suatu ucapan sampai ia mendatangkannya dengan perbuatan, dan janganlah berangan – angan ketaatan kepada Allah apabila belum beramal.
Apabila telah mengerjakan sesuatu dari ketaatan kepada Allah maka hendaknya ia mengucapkan pujian kepada – Nya, dan meminta kepada Allah agar saudaranya dapat mengerjakan yang serupa, dan jika ia mengetahui ilmu, belumlah ia merasa puas sampai saudaranya ikut belajar dan merasakan yang sama.
Dan jika ia mengingat kesalahannya , segera ia tutupi dari manusia, dan meminta ampun kepada Allah Dzat Yang Maha Kuasa lagi Maha Pengampun. Kemudian janganlah ia menolong dari ucapan dusta sedikitpun, karena kedustaan ibarat seperti seekor serangga yang memakan kayu, dilihat kayu tersebut baik namun didalamnya rapuh, senantiasa seseorang akan tertipu dan menyangka bahwa kayu itu dapat menahan beban namun ternyata tidak sehingga binasalah orang – orang yang tertipu dengan kayu tersebut, begitu juga dalam hal kedustaan , pelakunya selalu tertipu dengan ucapannya serta menyangka bahwa ia akan mendapatkan pertolongan dari kebutuhannya, sampai nampak keburukaannya oleh orang – orang yang berakal.
Dan orang yang berilmu menerangkan apa yang disembunyikan selama ini, dan ketika manusia mengerti dari perbuatan tersebut maka akibatnya mereka akan mendustakan ucapannya, membuang persaksiannya, dan mencurigai kejujurannya , dan dihinakan perkaranya, dan membenci majelisnya dan mengabaikannya dari perkara agama maupun perkara dunia, dan mereka tidak pula hadir di majlisnya, dan tidaklah ia dijadikan penengah bila terjadi khilaf diantara mereka. Nasallullah salamah
Al-Hilyah karya Abu Nu’aim , 4/36- 37.
Pembaca yang semoga dalam naungan hidayah Allah,
Demikianlah nasihat dari Wahb Ibnu Munabbih, semoga Allah senantiasa mencurahkan hidayah Nya agar kita dapat selalu berada di jalan ketaatan, menempuhnya dengan istiqomah, sampai akhir hayat kita kelak.
Allohu a’lam bis showab.
t.me/salafytegal
KOMENTAR