Ukirlah sejarah hidupmu dengan indah, Kawan! Karena Hidup ini adalah perjalanan panjang yang penuh warna.
Mengukir Sejarah Hidup
Dalam kehidupan ini, terdapat keindahan yang luar biasa dalam setiap detik yang kita jalani. Keajaiban kehidupan tersembunyi di balik tirai kesibukan dan kesulitan. Ketika kita melihat dengan mata hati, kita akan menemukan cahaya di tengah kegelapan, harapan di tengah keputusasaan, dan kekuatan di tengah kelemahan. Jangan pernah meremehkan kekuatan kecil dari tindakan kebaikanmu, karena kadang-kadang itu adalah sinar terang bagi orang lain yang tersesat di dalam kegelapan. Ingatlah, kebaikan yang kita lakukan hari ini mungkin tidak akan langsung terlihat hasilnya, tetapi akan menjadi benih yang tumbuh menjadi pohon kebaikan di masa depan.
Sebuah pertanyaan yang pernah diajukan, ternyata memberikan kesan dan pesan yang amat dalam bagi diri saya. Sebuah pengalaman berharga dan bermanfaat, mengubah masa depan seseorang untuk menjadi lebih baik.
"Ami, kenapa ya... Kok beliau bisa mengajar tapi enggak pernah mondok?" Dengan polosnya dia bertanya seperti itu di tengah keheningan malam.
Saya berfikir, mungkin ia sedang berkecil hati, "Kami yang susah payah berjuang belajar menghabiskan biaya yang besar, tapi dia bisa mengajar hanya mengandalkan rekaman dan audio pelajaran dari Asatidzah kita."
Saya merenung sejenak, memikirkan kata yang sekiranya dapat memotivasinya. Agar jangan sampai dia berfikir seperti itu, ingin mengakhiri masa belajarnya.
"Antum juga mau seperti itu" tanyaku.
"Oh enggaklah mi..." Sembari tertawa.
Alhamdulillah sudah terjawab dugaan saya.
Seketika saya langsung teringat dengan sebuah pesan hikmah, "Tidak semua orang memiliki pengalaman sebagai santri."
Ya, ber-mulazamah, bersimpuh langsung di hadapan seorang guru, ini menjadi sebuah penilaian di tengah para mad'u. Saat datang bertamu, mesti yang ditanya, "Berapa lama mondok, di mana mondoknya dek? Sudah hafal berapa juz? Kadang lebih dari itu "Sudah belajar kitab kuning?" Dan ini saya alami sendiri.
Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, jika sang buah hati yang bertanya dengan nada halusnya. Bagi orang tuanya, hanya tangisan masa lalu dan harapan untuk masa depan.
Duhai kiranya masa muda kembali lagi. Segera ceritakan kepada para pemuda tentang keadaan orang-orang yang sudah menua.
Barakallahu fikum...
Pada hakikatnya inilah bagian dari perbekalan seorang santri sebelum mereka memasuki dunia dakwah dan tarbiyah. Bahkan ini merupakan bekal terbesar, yaitu menjaga nama baik santri sejati. Perkara ini tidak boleh disepelekan, karena ini akan terus dipelajari oleh para mad'u bagaimana latar belakang si fulan wa alan.
Sebab, mereka ingin agar bagaimana ilmu yang didapat dalam keadaan segar dan menyehatkan. Segar, karena berhasil mendapatkan dari seorang yang baik secara sanad. Menyehatkan, karena dengannya dia bisa menyampaikan ilmu tersebut kepada orang lain, "Bahwa saya berguru dengan fulan, walhamdulillah..." Mereka pastinya bangga dan senang. Dan orang itu akan menjadi contoh baik untuk anak-anak mereka.
Maka, ukirlah sejarah hidupmu dengan indah!
Dari sinilah, terangkat sebuah permasalahan yang biasa dikeluhkan, "Kenapa nasihat Ana tidak dihargai, kenapa mereka meremehkan saya?"
Sebelum berhukum, coba koreksi kembali sejarahmu. Baca kembali buku sejarah itu dengan penuh kesadaran hati. Oh, ternyata, sejarahku ada yang perlu diperbaiki kembali. Jangan paksa orang lain agar memaklumimu, "Wajarlah, namanya juga manusia, kadang salah kadang gak bener..." Lah, terus kapan Anda berbenah diri? Sungguh, betapa pentingnya berbenah diri sebelum penyesalan datang. Setiap langkah yang kita ambil, setiap pilihan yang kita buat, akan membentuk masa depan kita. Jangan biarkan kesempatan berlalu begitu saja, karena sesungguhnya, pengaruhnya sangat besar bagi kehidupan yang akan kita jalani.
Timbul masalah lain, seorang wali santri datang menemui kami lalu menyampaikan bahwa si anak tidak ingin belajar karena meniru orang tuanya yang tidak pernah menjadi santri. Sungguh ironis dan memprihatinkan.
Marilah kemari wahai pemuda, masa lalu ayah dan ibu telah berlalu dan tidak akan terulang kembali. Kalau pun ada kesempatan, mereka ingin menjadi santri lagi. Buktinya ayah dan ibu di tengah kesibukannya, masih bisa menyempatkan diri untuk hadir bermajelis. Bahkan mendatangi kajian durus khusus perpekan tiga atau empat kali pertemuan. Semangat mendengarkan kajian-kajian sunah, meskipun melalui via radio.
Adapun masa emas dan kesempatanmu telah hadir di hadapanmu, tinggal kau raih. Terlebih lagi, dukungan kedua orang tuamu sangat besar untukmu, sehingga manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Kalau kamu juga seperti itu, lantas bagaimana dengan keturunanmu yang berikutnya? Engkau pun nantinya akan merasakan hal yang sama seperti orang tuamu, saat engkau menyikapi mereka lantaran tidak mau sekolah, bahkan lebih menyedihkan.
Tentu ini lebih besar penyesalannya dibandingkan dengan penyesalan orang tuamu. Di saat hidayah sudah berada di depan mata, justru engkau abaikan. Engkau kabur dari Ma'had karena tidak betah. Engkau berbuat kasus agar supaya dikeluarkan, betapa hinanya kelakuanmu, dalam keadaan orangtuamu selalu mendoakanmu dan berharap besar kepadamu.
Maka perbaikilah keturunanmu dari dirimu sendiri, tidak maukah engkau berkumpul bersama seluruh keturunanmu di Jannah nanti?
ÙˆَٱلَّØ°ِينَ Ø¡َامَÙ†ُوا۟ ÙˆَٱتَّبَعَتْÙ‡ُÙ…ْ Ø°ُرِّÙŠَّتُÙ‡ُÙ… بِØ¥ِيمَٰÙ†ٍ Ø£َÙ„ْØَÙ‚ْÙ†َا بِÙ‡ِÙ…ْ Ø°ُرِّÙŠَّتَÙ‡ُÙ…ْ ÙˆَÙ…َآ Ø£َÙ„َتْÙ†َٰÙ‡ُÙ… Ù…ِّÙ†ْ عَÙ…َÙ„ِÙ‡ِÙ… Ù…ِّÙ† Ø´َÙ‰ْØ¡ٍ
Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka ... (Ath-Thur: 21)
Hadirkanlah kesadaran yang tulus dalam hati, wahai santri yang futur. Ingatlah bahwa setiap langkahmu dalam menuntut ilmu adalah sebuah perjalanan spiritual yang mendekatkanmu kepada Allah Ta'ala. Janganlah biarkan dunia mengaburkan pandanganmu, dan jangan biarkan hawa nafsu menjauhkanmu dari tujuan suci ini.
Jagalah hatimu agar tetap rendah dan tidak terpancing oleh pujian. Ingatlah, ilmu yang sejati adalah yang merendahkan diri di hadapan Ilahi. Jadilah seperti pohon yang semakin berbuah, semakin merunduk rendahkan dahan-dahannya.
Saat menghadapi cobaan dan godaan, kuatkanlah hatimu dengan takwa kepada Allah Ta'ala. Sesungguhnya, setiap cobaan adalah ujian-Nya untuk menguatkan imanmu. Bersabarlah, karena di balik kesulitan pasti ada kemudahan.
Jadilah santri yang tidak hanya cerdas dalam ilmu, tetapi juga cerdas dalam akhlak. Jaga sikap sopan santunmu, hormati guru dan sesama santri, dan jangan pernah merasa lebih dari yang lain. Kebaikan dan ketulusan hati adalah harta yang paling berharga dalam meniti jalan kebenaran.
Ingatlah bahwa perjalanan ini bukanlah sekadar menuntut ilmu, tetapi juga menuntut perubahan dalam diri. Jadilah teladan bagi yang lain, menjadi cahaya dalam kegelapan, dan menjadi penjaga kebenaran dalam segala situasi.
Ukirlah sejarah hidupmu dengan indah, Kawan! Karena Hidup ini adalah perjalanan panjang yang penuh warna. Setiap langkah yang kita ambil, setiap keputusan yang kita buat, membentuk jalan yang akan kita tempuh. Dalam perjalanan ini, terdapat banyak hal yang dapat kita pelajari dan kita lakukan untuk membuatnya berarti.
https://t.me/fawaid_hazimiyah
KOMENTAR