TELADAN PARA SALAF DALAM MENGHINDAR DARI BERMUDAHAN DALAM BERFATWA
TELADAN PARA SALAF DALAM MENGHINDAR DARI BERMUDAHAN DALAM BERFATWA
Asy-Syaikh Hamud At-Tuwaijiry rahimahullah;
Dahulu para salaf dari kalangan para shahabat dan tabi'in mereka takut dari berfatwa, mereka saling melempar (pertanyaan) di antara mereka, bahkan mereka mencela orang yang cepat dalam berfatwa. Dan telah datang atsar-atsar yang banyak sekali tentang hal demikian.
Di antaranya;
Atsar yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ad-Darimi dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu'anhu berkata;
أيها الناس! من سئل عن علم يعلمه فليقل به، و من لم يكن عنده علم فليقل الله أعلم، فإن من العلم أن يقول لما لا يعلم: الله أعلم. إن الله تبارك و تعالى قال لنبيه : ﴿ قُلْ مَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُتَكَلِّفِيْنَ ﴾
"Wahai sekalian manusia, siapa yang ditanya tentang suatu ilmu yang dia ketahui maka jawablah, namun siapa yang tidak memiliki ilmunya hendaklah ia mengatakan, "Allahu A'lam". Karena sungguh termasuk ilmu adalah seorang mengatakan "Allahu A'lam" pada perkara yang belum dia ketahui. Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta'ala berfirman kepada nabi-Nya;
قُلْ مَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُتَكَلِّفِيْنَ
"Katakanlah (hai Rasul), "Aku tidak meminta imbalan sedikit pun kepadamu atasnya (dakwahku); dan aku bukanlah termasuk orang yang mengada-ada". Qs. Shaad: 86.
Disebutkan dalam riwayat imam Muslim bahwasannya Abdullah bin Mas'ud berkata;
من فقه الرجل أن يقول لما لا علم له به؛ الله أعلم
"Termasuk (tanda) mendalamnya pemahaman seorang adalah dia mengucapkan pada perkara yang belum diketahuinya; "Allahu A'lam". Imam Ahmad juga meriwayatkan yang semisal ini.
Ad-Darimiy juga meriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu'anhu bahwasannya beliau berkata;
من علم علما فليعلمه الناس، و إياه إن يقول ما لا علم له به فيمرق من الدين و يكون من المتكلفين
"Siapa yang mengetahui ilmu hendaklah ia mengajarkannya kepada manusia. Hati-hatilah ia dari mengatakan perkara-perkara yang belum diketahuinya, karena (dengan itu) ia bisa melesat dari agama, atau termasuk orang yang mengada-ada".
Ad-Darimi juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma bahwasannya beliau berkata;
من أحدث رأيا ليس فى كتاب الله و لم تمض به سنة من رسول الله لم يدر على ما هو منه إذا لقي لله عز وجل
"Siapa yang membuat suatu pendapat yang tidak ada dalam kitabullah dan tidak pula dalam sunnah dari Rasulullah ﷺ, dia tiada tahu bagaimana keadaan dirinya nanti saat berjumpa dengan Allah Azza Wa Jalla karena perbuatannya itu".
Ad-Darimi dan Ibnu Abdil Barr juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma bahwasannya beliau berkata;
من أفتى بفتيا و هو يعمى عنها كان إثمها عليه
"Siapa saja yang berfatwa dengan suatu fatwa yang dia belum memiliki ilmunya, maka dosa (akibat kesalahan karena fatwa tersebut) itu kembali atas dirinya".
Ad-Darimi dan Ibnu Abdil Barr juga meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwasannya beliau berkata;
إن الذي يفتى الناس فى كل ما يستفتنوه لمجنون
"Sesungguhnya siapa yang berfatwa kepada manusia pada setiap yang mereka tanyakan, sungguh dia itu majnun (gila)".
Ibnu Abdil Barr menambahkan, berkata Al-A'masy, "Aku menyebutkan ucapan tersebut kepada Hakam bin Utbah, ia pun berkata, "Seandainya aku mendengarkan hal ini darimu sebelum hari ini, niscaya aku tidak akan pernah berfatwa apa yang telah dulu kufatwakan".
Ibnu Abdil Barr juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma bahwasannya beliau berkata;
إن من أفتى الناس فى كل ما يسألونه لمجون
"Sesungguhnya siapa yang berfatwa untuk manusia pada setiap apa yang mereka tanyakan dia benar-benar gila".
Ibnu Abdil Barr juga meriwayatkan dari Nu'aim bin Hammad berkata; aku mendengar (Sufyan) ibnu Uyainah berkata berkata;
أجسر الناس على الفتيا أقلهم علما
"Orang yang paling berani berfatwa adalah orang yang paling sedikit ilmunya".
Ibnu Abdil Barr juga meriwayatkan dari Suhnun bin Sa'id bahwasannya beliau mengatakan;
أجسر الناس على الفتيا أقلهم علما، يكون عند الرجل الباب الواحد من العلم فيظن أن الحق كله فيه
"Orang yang paling berani berfatwa adalah orang yang paling sedikit ilmunya. (Terkadang) seorang hanya mempunyai satu bab ilmu saja, ia menyangka kebenaran ada pada dia seluruhnya".
Ad-Darimi dan Ibnu Abdil Barr meriwayatkan dari Muhammad bin Sirin berkata; berkata Khudzaifah radhiyallahu'anhu;
إنما يفتى الناس أحد ثلاثة: رحل يعلم ناسخ القرءان و منسوخه، و أمير لا يجد بدا، و أحمق متكلف
"Orang yang berfatwa hanyalah salah satu dari tiga golongan ini; orang yang mengetahui nasikh dan mansukhnya Al-Qur'an, penguasa yang memang (mau tidak mau) harus berfatwa, dan orang dungu yang mengada-ada".
Ibnu Sirin berkata; "Adapun aku, bukanlah dua golongan yang pertama, dan aku juga berharap bukan orang dungu yang mengada-ada".
📚Taghlizhul Malam, pasal ke-2
https://t.me/RaudhatulAnwar1
KOMENTAR