Memimpin Itu Menyatu Ada kalimat yang disabdakan Nabi Muhammad ï·º begitu berkesan. Beliau sabdakan dalam perjalanan dari kota Madinah menuju ...
Memimpin Itu Menyatu
Ada kalimat yang disabdakan Nabi Muhammad ï·º begitu berkesan. Beliau sabdakan dalam perjalanan dari kota Madinah menuju Badar.
Jumlah personil ketika itu 313 orang dengan 70 ekor unta. Maka, setiap ekor unta ditunggangi secara bergantian oleh 3 atau 4 personil.
Tak terkecuali Nabi Muhammad ï·º! Beliau bergantian dengan Ali bin Abi Thalib dan Abu Lubabah.
Jika tiba giliran Nabi Muhammad ï·º yang berjalan kaki, Ali maupun Abu Lubabah menawarkan, " Biarlah kami saja yang berjalan kaki ".
Di sana lah Nabi Muhammad ï·º bersabda:
ما أنتما بأقْÙˆَÙ‰ منِّÙŠ، ولا أنا بأغْÙ†َÙ‰ عن الأَجرِ منكما
" Kalian berdua belum tentu lebih kuat daripada saya. Dan dibandingkan kalian berdua, bukannya saya tidak lebih memerlukan pahala " HR An Nasa'i 8807 dan Ahmad 3901.
Artinya, Nabi Muhammad ï·º kuat untuk berjalan kaki, bahkan lebih kuat dibandingkan beliau berdua.
Pun terkait pahala, Nabi Muhammad ï·º mencontohkan tentang semangat mencari pahala. Kalau seorang Rasul saja bersemangat mengharap pahala, lalu bagaimana dengan yang lain?
Perjalanan ketika itu adalah perjalanan militer. Perjalanan yang berpotensi dihadapkan pada medan tempur. Walau target pertama adalah mencegat kafilah dagang, namun berakhir dengan pecahnya perang, yaitu perang Badar.
Jarak dari kota Madinah ke Badar, kurang lebih 150 km. Dengan rute yang harus melalui padang batu, melewati lembah, dan melingkari gunung-gunung. Tanpa persiapan, dan panas pula!
Dengan menyatunya Rasulullah ï·º bersama pasukan, ikut merasakan apa yang dirasakan pasukan, turut lelah dan berkeringat, maka mental pasukan pun naik dan terjaga.
Berapa usia Nabi Muhammad ï·º saat itu? 55 tahun. Sementara Ali berusia 24 tahun dan Abu Lubabah 44 tahun. Kurang lebihnya.
Beliau mengajarkan bahwa seorang pemimpin tidak boleh lemah secara fisik dan semangat.
Bukan kali itu saja Rasulullah ï·º menyatu. Bahkan di setiap kali momen, beliau selalu menyatu dengan sahabat.
Masih ingat bagaimana beliau ikut bekerjabakti membangun Masjid Nabawi?
Masih ingat ketika beliau bergabung bersama sahabat menggali parit dalam perang Khandaq?
Al Bara' bin Azib bercerita:
كانَ النبيُّ صَÙ„َّÙ‰ اللهُ عليه وسلَّÙ…َ ÙŠَÙ†ْÙ‚ُÙ„ُ التُّرَابَ ÙŠَومَ الخَÙ†ْدَÙ‚ِ، ØتَّÙ‰ أغْÙ…َرَ بَØ·ْÙ†َÙ‡ُ، أوِ اغْبَرَّ بَØ·ْÙ†ُÙ‡ُ
" Saat hari menggali parit, Nabi Muhammad ï·º ikut mengangkut memindahkan tanah sampai perut beliau penuh debu " HR Bukhari 4104 Muslim 1803
Berapa usia Nabi Muhammad ï·ºsaat itu? 58 tahun. Luar biasa!
Itulah karakter seorang pemimpin! Dan karakter semacam ini harus diajarkan dan dibentukkan pada anak-anak kita. Sebab, mereka adalah pemimpin di masa depan.
Anak-anak harus dilatih memiliki empati dan simpati. Mereka mesti dibiasakan tanggap dan peduli dengan sekitar. Didiklah mereka agar mau peka dan sensitif secara sosial.
Harapannya, esok hari ketika mereka harus memimpin, akan dicintai dan dihormati. Karena ia memimpin namun ikut menyatu dengan yang dipimpin. Sama-sama susah, sama-sama senang.
Bukan ingin enak sendiri, egois, maunya dilayani, dan tidak peduli dengan kondisi orang lain. Bukan juga pemimpin yang berjarak dari yang dipimpin. Bukan!
Namun, seorang pemimpin yang berprinsip :
ما أنتما بأقْÙˆَÙ‰ منِّÙŠ، ولا أنا بأغْÙ†َÙ‰ عن الأَجرِ منكما
" Kalian berdua belum tentu lebih kuat daripada saya. Dan dibandingkan kalian berdua, bukannya saya tidak lebih memerlukan pahala "
Kamis 01 Februari 2024
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR