Inilah Jalan Santri Kita! Oleh : Al Ustadz Abu Nasim Mukhtar Kitab berjudul Syaraf Ashabil Hadis secara gamblang menerangkan keutamaan dan s...
Inilah Jalan Santri Kita!
Kitab berjudul Syaraf Ashabil Hadis secara gamblang menerangkan keutamaan dan status mulia kaum santri.
Penulisnya, Al Khatib Al Baghdadi (wafat 463 H/1071 M), sejak kecil telah menempuh jalan hidup sebagai santri. Di usianya yang 20 tahun, Al Khatib memilih untuk berkeliling ke berbagai pelosok negeri untuk menuntut ilmu. Ada 56 karya tulis beliau dengan Tarikh Baghdad sebagai yang terbaik.
Syaraf Ashabil Hadis, karya Al Khatib, ibarat mata air yang mengalirkan motivasi agar percaya diri menjadi seorang santri. Ayat-ayat Al Qur’an, sabda-sabda Nabi, dan kata-kata penyemangat dari kaum ulama benar-benar terasa sejuk dan teduh.
Ringkasnya, jangan pernah insecure menjadi santri!
Apa yang membuatmu gagal percaya diri menjadi santri? Apakah karena menilai kehidupan di luar sana jauh lebih baik?
Sederhana saja! Di luar sana, di luar lingkungan santri, ada data-data dari beberapa sumber menyebut ;
1 dari 3 remaja Indonesia usia 10 – 17 tahun, mengalami masalah mental atau setara 15,5 juta anak. 1 dari 20 remaja Indonesia masuk dalam kategori ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) atau setara dengan 2,45 juta.
Data pada Badan Pusat Statistik tahun 2022 menyebut tingkat pengangguran terbuka pemuda (TPT) di Indonesia mencapai 13,93%. Jika dikonversikan, maka ada jutaan pemuda yang menganggur dan tidak memiliki pekerjaan.
Dalam satu tahun, ada ribuan kasus kriminal dengan remaja sebagai pelakunya. Itu belum terhitung dengan aksi kekerasan seperti ;tawuran, klitih, dan geng motor.
BKKBN, Komnas Perempuan, dan beberapa Pengadilan Agama, merilis data yang mengerikan tentang perilaku seks di luar nikah.
Pada tahun 2010 saja, Komnas Perlindungan Anak merilis data bahwa 62,7% remaja SMP di Indonesia sudah tidak perawan. 21,2% remaja SMP mengaku pernah aborsi.
11 tahun terakhir ini, 46,63% kasus bunuh diri dilakukan oleh remaja.
Jangan abai tentang data-data ini, Santri!
Jauh dari agama adalah titik pangkalnya. Aspek religi sangat mengkhawatirkan. Akibatnya, remaja tidak menyadari bahwa hidup di dunia diikat dengan aturan-aturan Ilahi yang pasti memberikan kedamaian dan ketentraman.
Remaja yang tidak meniti jalan Ilahi, pasti hidup dalam kebimbangan dan keterombang-ambingan. Bingung. Resah. Gelisah. Selalu dikejar-kejar bayangan yang menakutkan. Tidak berani untuk menghadapi kenyataan hidup. Walau berbagai alasan dikemukakan, tidak bisa dibantah bila ia hidup dalam kecemasan.
Contohnya, ia takut menikah karena faktor biaya. Ia takut punya anak, apalagi banyak, lagi-lagi karena alasan biaya.
Budaya hedon sudah sangat mengakar. Ketika materi dan duniawi menjadi ukuran. Masing-masing menampilkan kepura-puraan dengan model outfit-nya.
Kehilangan identitas diri dengan mimpi-mimpi kosong melalui figur-figur fiktif di film hero, anime, manga, dan drama-drama. Apa indahnya, sementara pemain utama film banyak yang bunuh diri?
Sudahlah, Santri, inilah jalan kita!
Asalkan engkau sungguh-sungguh belajar agama, engkau akan dijauhkan dari problem-problem kehidupan. Engkau tidak akan menganggur, karena Islam mengajarkan konsep kemandirian, ikhtiar, tawakkal, dan kesabaran. Maka, pekerjaan dan ekonomi bukan lagi hal yang menakutkan.
Engkau bisa sukses urusan cinta dan rumah tangga. Sebab, Islam menuntun jalan rute cinta yang sehat dan bersih. Cintamu akan terarah dan rumah tanggamu akan harmonis.
Santri yang baik tentu tidak akan terlibat kasus kriminal dan kekerasan. Karena, Islam memerintahkan agar menjauhi dari perilaku-perilaku negatif. Bahkan, santri akan menjadi panutan dan teladan karena selalu menampilkan perilaku positif.
Selama santri fokus belajar, ia akan hidup dalam kedamaian. Bagaimana tidak? Islam menanamkan konsep sabar, syukur, zuhud, qana’ah, berbagi dengan infak sedekah, selalu melihat ke bawah tidak ke atas, dan memandang gemerlap dunia hanya fatamorgana yang sekejap hilang.
Asy Syathibi (Al Muwafaqat 1/67) melukiskan, “ Lezatnya ilmu agama, bagi yang ikhlas karena Allah, adalah kelezatan terbesar. Nikmatnya, nikmat tertinggi. Manisnya mengungguli semua manis yang ada. Rasanya lebih melebihi semua rasa. Orang yang berilmu adalah orang yang selalu gembira dan bahagia. Orang berilmu hidup dalam penuh kenikmatan “
Beliau menyimpulkan :
فـ "في العِلْم بالأشياء لذَّة لا تُوازيها لذَّة"
“ Mengerti persoalan-persoalan agama adalah kelezatan, yang tidak dapat disamai oleh kelezatan apapun “
Santri, jika engkau mengalami jenuh, merasa bosan, bahkan mungkin engkau menganggap jalan santri adalah jalan kemunduran, maka saya hanya bisa berdoa; semoga Allah Ta’ala melimpahkan hidayah untukmu.
Jangan menyesali jika suatu saat nanti, setelah engkau melepaskan identitasmu sebagai santri, engkau akan merindukan sedalam-dalamnya untuk duduk kembali di pesantren sebagai santri. Namun, di saat itu, apakah ada jaminan engkau masih mengenal jalan untuk kembali?
Sebagai penutup, ingatlah kembali ucapan Imam Ahmad yang di usia tuanya masih ingin menjadi santri, “ Sejak mulai mengenal tinta, sampai masuk ke dalam kuburan “.
Inilah jalan santri kita! Dari sejak mengenal tinta, sampai jasad dimasukkan kubur. Semoga Allah berikan istiqamah.
Lendah, 03 Januari 2024
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR