Kronologi Sejarah Fathu Makkah Secara Lengkap dari awal sampai akhir, penaklukkan mekkah
PENAKLUKAN MAKKAH
✍🏻 Al-Ustadz Idral Harits Thalib Abrar حفظه الله تعالى
Sebuah kemenangan besar (Al Fathu Al A’zham) yang dengannya Allah سبحانه وتعالى memuliakan Islam, Rasul-Nya, tentara-Nya. Terbebasnya negeri dan rumah-Nya yang Dia jadikan petunjuk bagi seluruh alam dari kekuasaan orang-orang kafir dan musyrikin.
SEBAB-SEBAB PENAKLUKKAN
Sebelum Rasulullah ﷺ diutus, biasa terjadi peperangan dan perampokan di kalangan masyarakat Arab jahiliyah. Begitu pula antara Khuza‘ah dan Bani Bakr (kabilah yang ada ketika itu, ed).
Pasalnya, ada seorang laki-laki Bani Al Hadhrami, pedagang ternama melewati wilayah Khuza'ah. Tiba-tiba dia disergap Ialu dibunuh dan hartanya dirampas. Kemudian, Bani Bakr balas membunuh salah seorang anggota Bani Khuza‘ah. Mendengar itu, Khuza'ah balas menyerang Bani AI Aswad, yaitu Kultsum, Salma, dan Dzuaib. Orang-orang Khuza'ah membunuh mereka di tapal batas dekat 'Arafah, antara daerah halal dan haram (untuk berperang).
Setelah Rasulullah ﷺ diutus ke tengah-tengah mereka, berhentilah pertikaian itu di antara mereka. Masing-masing sibuk dengan urusannya.
Ketika terjadi Perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah ﷺ dan orang-orang kafir Quraisy, salah satu isi perjanjiannya adalah bolehnya siapa saja bergabung dengan salah satu dari kedua pihak tersebut. Bani Bakr bergabung dengan Quraisy dan Bani Khuza'ah bergabung dengan Nabi ﷺ.
Temyata dendam lama yang berkarat di hati orang-orang Bani Bakr berkobar, meletuskan penyerangan terhadap Bani Khuza'ah.
Di sebuah mata air bernama Al Watir, di bawah pimpinan Naufal bin Mu'awiyah Ad Daili, mereka menyergap dan membunuh dua puluh orang dari Khuza'ah, dalam keadaan rombongan Khuza'ah ini tidak siap untuk berperang. Kejadian ini semakin berat karena ada beberapa orang Quraisy memberi bantuan kepada Bani Bakr berupa perbekalan dan senjata. Bahkan di antara mereka, menurut sebagian ahli sejarah ada yang ikut berperang dengan sembunyi-sembunyi di malam hari. Seperti Shafwan bin Umayyah, Huwaithib bin 'Abdul 'Uzza, dan Mikraz bin Hafsh.
Akhirnya, Bani Khuza'ah mundur dan melarikan diri sampai masuk ke tanah Haram Makkah. Mereka ingatkan Naufal, “Hai Naufal. Kami sudah berada di tanah Haram. Hati-hati dengan tuhanmu! Hati-hati dengan tuhanmu!“
Naufal membalas dengan ucapan yang sangat buruk dan keji, "Tidak ada tuhan lagi bagi tanah Haram hari ini! Hai Bani Bakr, tuntaskan dendam kalian. Demi hidupku. Dahulu kalian mencuri di tanah haram, maka sekarang mengapa kalian tidak selesaikan dendam kalian di sini?"
Setelah masuk di tanah Haram, Bani Khuza'ah segera menemui Budail bin Warqa‘ dan maula mereka Raffi'.
Berangkatlah 'Amr bin Salim AI Khuza'i menemui Rasulullah ﷺ di Madinah. Saat itu, Rasulullah ﷺ sedang duduk di Masjid di tengah-tengah para shahabatnya. 'Amr bin Salim segera masuk dan menyampaikan peristiwa menyedihkan yang menimpa Bani Khuza'ah.
Tak lama kemudian, Budail bin Warqa‘ dan beberapa orang Bani Khuza'ah berangkat menemui Rasulullah ﷺ di Madinah menceritakan apa yang baru menimpa mereka, juga tindakan Quraisy yang memberi bantuan kepada Bani Bakr menyerang mereka. Setelah itu, mereka kembali ke Makkah.
ABU SUFYAN SEBAGAI UTUSAN
Rasulullah ﷺ berkata, "Sepertinya kalian akan melihat Abu Sufyan. Dia datang untuk memperbarui perjanjian dan menambah waktunya."
Di tengah perjalanan, Budail dan rombongan bertemu dengan Abu Sufyan yang diutus pihak Quraisy untuk memperbaharui perjanjian. Quraisy akhirnya ketakutan sendiri melihat akibat perbuatan mereka.
Abu Sufyan bertanya kepada Budail, "Dari mana kalian?" Dia menyangka Budail dari tempat Nabi ﷺ.
Budail menjawab, "Aku membawa Bani Khuza'ah melewati pantai dan lembah ini."
Kata Abu Sufyan, "Apa bukan menemui Muhammad ﷺ?"
Budail mengelak dan mengatakan, "Tidak."
Setelah Budail bertolak menuju Makkah, Abu Sufyan berkata sendiri, "Kalau dia mendatangi Madinah, tentu kendaraannya makan kurma." Maka dia pun mendekati tempat istirahat mereka. Lalu ia mengorek sebahagian kotoran unta dan memeriksa.
Ternyata di dalamnya terdapat butiran biji kurma.
"Aku bersumpah demi Allah, sungguh Budail sudah menemui Muhammad," kata Abu Sufyan.
Akhirnya Abu Sufyan bertolak segera menuju Madinah. Setiba di Madinah, dia menemui putrinya Ummu Habibah رضي الله عنها, istri Nabi ﷺ. Ketika Abu Sufyan hendak duduk, Ummu Habibah menarik tikar Rasulullah ﷺ. Melihat ini, Abu Sufyan berkata, "Hai ananda, apakah kau lebih suka kepada tikar ini daripadaku, atau lebih suka kepadaku dari tikar ini?"
Ummu Habibah menjawab, “lni adalah tikar Rasulullah ﷺ, sedangkan ayah seorang musyrik yang kotor."
Abu Sufyan marah dan mencela, "Demi Allah, sungguh, semoga engkau ditimpa kejelekan sepeninggalku."
Setelah itu, Abu Sufyan menemui Rasulullah ﷺ dan mengajak beliau bicara tentang perjanjian, tapi tidak ditanggapi oleh beliau. Kemudian dia menemui beberapa shahabat utama seperti Abu Bakr, Umar dan Ali رضي الله عنهم. Tetapi mereka tidak memberi jawaban. Bahkan dia menerima sikap tegas Umar yang mengatakan, “Apa aku harus memberi bantuan kepadamu menemui Rasulullah ﷺ? Demi Allah, seandainya aku tidak menemukan apa-apa selain setangkai kayu, niscaya aku perangi kamu dengannya."
Kemudian dia pun menemui Ali bin Abi Thalib yang ketika itu bersama Fathimah. Dan Hasan yang sedang merangkak di hadapan keduanya. "Hai Ali, engkau yang paling dekat kekeluargaannya denganku. Sedangkan saya datang untuk satu keperluan. Sungguh, saya tidak akan kembali sebagaimana aku datang dalam keadaan kecewa. Bantu aku menemui Muhammad," Kata Abu Sufyan.
Kata Ali, "Celaka engkau, hai Abu Sufyan. Demi Allah, sungguh, Rasulullah ﷺ sudah bertekad melakukan sesuatu, yang kami tidak sanggup mengajak beliau bicara dalam urusan ini."
Abu Sufyan menoleh kepada Fathimah. Katanya, "Maukah engkau menyuruh anakmu ini, agar dia memberi jaminan perlindungan di antara orang banyak, hingga kelak dia akan menjadi pemuka bangsa Arab sepanjang masa?"
Kata Fathimah, "Demi Allah, mana mungkin anakku menerima kedudukan itu, mampu memberi jaminan perlindungan kepada manusia? Tidak ada seorang pun yang memberi pembelaan di hadapan Rasulullah ﷺ."
Abu Sufyan berkata pula, "Wahai Abul Hasan, sungguh aku Iihat urusan ini sangat menyusahkanku. Beri aku nasihat."
Kata Ali, "Demi Allah, aku tidak tahu apa yang berguna bagimu. Tapi engkau adalah pemuka Bani Kinanah. Berdirilah, buatlah pembelaan terhadap manusia, kemudian kembalilah ke kampungmu."
Abu Sufyan menukas, "Apakah itu berguna bagiku?"
Kata Ali, ”Demi Allah, saya tidak yakin. Tapi saya tidak menemukan yang Iain.”
Akhirnya Abu Sufyan bangkit menuju Masjid. Nabi ﷺ lalu berkata, “Hai kaum muslimin, sungguh aku telah memberi jaminan perlindungan kepada orang banyak."
Setelah itu, Abu Sufyan pun menaiki untanya dan kembali ke Makkah menemui bangsa Quraisy.
Melihat keadaan Abu Sufyan mereka berseru, "Berita apa yang kau bawa?"
Abu Sufyan menjelaskan, "Aku sudah menemui Muhammad dan mengajaknya bicara. Tapi demi Allah, dia tidak menjawab sedikit pun. Kemudlan aku temui putera Abu Quhafah (Abu Bakr), dia juga tidak menjawabku sedikitpun. Setelah itu aku menemui Umar, ternyata dia musuh paling keras. Akhirnya aku temui Ali bin Abi Thalib. Dan ternyata dia paling lunak. Dia memberi saran agar aku melakukan sesuatu. Demi Allah, aku tidak tahu apa itu berguna atau tidak?"
Kata mereka, "Apa yang disarankannya?"
"Dia menyarankan agar aku memberi perlindungan kepada orang banyak, maka aku pun melaksanakannya,” kata Abu Sufyan.
Orang-orang Quraisy berkata, "Apa Muhammad mengizinkan?"
"Tidak," katanya.
"Kamu sudah dipermainkan orang, kata mereka.
”Aku tidak menemukan cara lain, demi Allah," kata Abu Sufyan Iagi.
Akhirnya, Quraisy mulai menyesali perbuatan mereka. Ketakutan mulai menyelinap di hati mereka.
PERSIAPAN TENTARA ALLAH
Nun, di kota suci Madinah. Nabi ﷺ yang mulia sudah bertekad memberi pelajaran kepada orang-orang kafir Quraisy. Sekaligus membebaskan Makkah dari cengkeraman kaum paganis.
Hal ini, sesudah taufik dari Allah سبحانه وتعالى tentunya, juga didukung beberapa sebab. Di antaranya:
a. Semakin bertambahnya kekuatan di dalam tubuh kaum muslimin, di Madinah khususnya, sehingga tidak ada lagi gangguan dari kaum Yahudi. Orang-orang munafik juga semakin ciut nyalinya.
b. Semakin lemahnya kekuatan musuh, dalam hal ini kufar Quraisy.
Rasulullah ﷺ mulai memerintahkan kaum muslimin bersiap. Beliau pun memerintahkan keluarganya membuat persiapan. Melihat ini, sebagian sahabat bertanya-tanya. Kemana gerangan Rasulullah ﷺ mengarahkan mereka? Abu Bakr رضي الله عنه masuk menemui putrinya, Aisyah رضي الله عنها yang sedang menata perlengkapan Rasulullah ﷺ. Katanya, "Wahai putriku, Rasulullah ﷺ memerintahkanmu membuat persiapan untuk beliau?"
"Ya," kata Aisyah.
"Menurutmu, beliau ingin ke mana? " tanya Abu Bakr.
“Demi Allah, saya tidak tahu," jawab Aisyah.
Kemudian, Rasulullah ﷺ memberitahukan juga bahwa beliau bersiap-siap menuju Makkah. Beliau pun perintahkan agar kaum muslimin bersiap-siap dan sungguh-sungguh.
Ulama tarikh yang tersohor, lbnu Ishaq رحمه الله, menceritakan ketika itu, beliau berdoa, "Ya Allah, jauhkan mata-mata dan berita dari orang Quraisy hingga kami tiba di negeri mereka."
Kaum muslimin pun bersiap-siap.
HATHIB BIN ABI AL BALTA’AH رضي الله عنه
Sebuah peperangan yang menentukan, Al Fathul A'zham, Kemenangah Besar, menumpas tuntas keberadaan paganisme (keberhalaan). Sama sekali tidak memberi tempat bagi ajaran paganis sedikit pun. Bahkan tidak pula melegitimasi kesyirikan dalam bentuk apa pun walau sesingkat apa pun waktunya. Maka dengan kekuatan sepuluh ribu orang, Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin bertolak menuju ke Makkah. Di bulan Ramadhan yang penuh berkah, tahun ke delapan hijriyah.
Telah diceritakan sebelumnya, Rasulullah ﷺ mengadakan persiapan yang sangat hati-hati dan rahasia.
Rasulullah ﷺ juga berdo'a kepada Allah سبحانه وتعالى, "Ya Allah, jauhkan mata-mata dan berita dari orang Quraisy hingga kami tiba di negeri mereka.“
Doa beliau dikabulkan oleh Allah سبحانه وتعالى.
Beliau juga menjalankan langkah lain untuk mengalihkan perhatian mata-mata musuh, dengan mengirimkan pasukan kecil ke tempat lain. Misalnya pasukan Abu Qatadah ke Bathn ldham, yang berjumlah delapan orang. Sehingga orang akan mengira beliau hendak menyerang mereka yang berada di wilayah tersebut.
Ketika pasukan ini tiba di daerah tersebut dan tidak menemukan apa-apa, mereka terus berjalan hingga tiba di Dzu Khusyub (35 mil ke arah Syam dari kota Madinah). Sampailah berita kepada mereka bahwa Rasulullah ﷺ sudah bertolak menuju Makkah. Pasukan pun berangkat menyusul dan bertemu dengan Rasulullah ﷺ di As Suqiya.
Di saat Rasulullah ﷺ menyelesaikan persiapan untuk bertolak menuju Makkah, ternyata seorang shahabat yang bernama Hathib telah menulis surat untuk kafir Quraisy. Ia menceritakan rencana Rasulullah ﷺ. Akan tetapi Allah سبحانه وتعالى menampakkan kepada RasuI-Nya keadaan surat itu. Lalu beliau pun mengirim Ali, Zubair, dan Miqdad bin Al Aswad mengejar wanita yang membawa surat Hathib dan mengambil surat tersebut.
Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه dalam sebuah hadits shahih, beliau menceritakan, "Rasulullah ﷺ mengutus saya dan Zubair, serta Miqdad bin Al Aswad. Kata beliau. "Berangkatlah hingga tiba di Raudhatu Khah. Karena di sana ada seorang wanita yang sedang dalam perjalanan membawa sepucuk surat. Ambillah surat itu darinya."
Kami pun berangkat. Kuda-kuda
kami berlari cepat hingga kami tiba di Raudhah. Kami dapati seorang wanita sedang dalam perjalanan.
"Keluarkan surat itu!" kata kami.
Wanita itu berkata, ”Tidak ada surat apa pun pada saya."
"Kamu keluarkan surat itu, atau kami telanjangi kamu?!" gertak kami.
Akhirnya wanita itu mengeluarkannya dari gelungan rambutnya.
Lalu kami bawa surat itu kepada Rasulullah ﷺ.
Ternyata isinya dari Hathib bin Abi Balta'ah kepada orang-orang musyrik Makkah. Dia menceritakan kepada mereka rencana Rasulullah ﷺ.
"Hai Hathib, apa ini?" Sabda Rasulullah ﷺ.
Hathib segera menyahut, "Wahai Rasulullah, janganlah terburu-buru terhadapku. Sesungguhnya aku hanyalah seseorang yang numpang di tengah-tengah bangsa Quraisy. Aku bukan bagian dari mereka. Sedangkan kaum muhajirin yang bersama engkau, mereka di Makkah mempunyai kerabat yang akan melindungi keluarga dan harta mereka. Maka karena saya tidak punya hubungan nasab dengan mereka, saya ingin berbuat jasa untuk mereka agar mereka pun menjaga kerabatku. Saya lakukan ini bukan karena kekafiran, bukan pula karena saya murtad, dan bukan pula karena ridha dengan kekafiran sesudah lslam."
Rasulullah ﷺ berkata, "Sungguh, dia jujur kepada kalian."
Umar berkata, "Wahai Rasulullah, biarkan saya tebas leher orang munafik ini."
Kata Rasulullah ﷺ, "Sesungguhnya dia ikut perang Badr. Dan tahukah engkau, boleh jadi Allah telah memerhatikan ahli Badr, lalu berfirman, 'Berbuatlah sekehendak kalian, sungguh telah Aku ampuni kalian."
Walhamdulillah, surat itu tidak sampai ke tangan Quraisy. lni merupakan nikmat dari Allah Subhanallahu Wa Ta'ala bagi kaum muslimin dan Hathib secara khusus. Karena tidak tercapai keinginannya.
Dalam dialog singkat antara Rasulullah ﷺ dan Umar bin Al Khaththab رضي الله عنه ini, dapat kita ambil pelajaran yang sangat penting, sekaligus membantah sebagian prinsip kaum khawarij yang menyempal dari Islam.
Pelajaran tersebut antara Iain adalah:
1. Seorang mata-mata boleh dihukum mati, walaupun dia seorang muslim. lni menurut pendapat Imam Malik serta ulama yang menyetujuinya. Rasulullah ﷺ sendiri tidak menyalahkan Umar. Tetapi, beliau mencegah jatuhnya hukuman itu karena Hathib termasuk salah seorang shahabat yang ikut perang Badr. Keistimewaan ini tidak akan terjadi lagi sampai hari kiamat.
2. Teguhnya Umar berpegang dengan ajaran Islam, terlihat ketika beliau minta izin menebas leher Hathib رضي الله عنه
3. Dosa besar tidak mencabut keimanan (dari seseorang). Karena apa yang dilakukan Hathib (membocorkan urusan Rasulullah ﷺ) adalah dosa besar.Tetapi beliau tetap dikatakam mukmin (orang yang beriman).
Bahkan, dalam hadits itu disebutkan pula adanya ampunan dari Allah سبحانه وتعالى untuk mereka. ini merupakan salah satu bantahan kepada kelompok Khawarij yang meyakini bahwa dosa besar tidak diampuni.
AI Hafizh lbnu Hajar رحمه الله ketika menjelaskan makna ampunan dari Allah tersebut, mengatakan, "Artinya, dosa-dosa kalian itu diampuni oleh Allah, walau bagaimanapun terjadinya. Bukan berarti mereka tidak pernah berbuat dosa."
4. Umar menyebutkan istilah munafik kepada Hathib dengan pengertian bahasa. Bukan pengertian menurut syariat; menyembunyikan kekafiran tapi menampakkan keislaman. Tapi beliau katakan demikian karena Hathib menyembunyikan sesuatu yang menyelisihi apa yang ditampakkannya. Yaitu dengan mengirimkan suratnya yang bertolak belakang dengan keimanannya (berjihad di jalan Allah).
5. Umar terkesan dengan bantahan Rasulullah ﷺ. Sehingga dalam sekejap, beliau yang tadinya begitu marah dan menuntut agar Hathib dihukum berat, berubah menangis karena takut dan terkesan dengan sabda Rasulullah ﷺ, seraya berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu."
Rasulullah ﷺ melanjutkan rencananya bersama kaum muslimin. Allah سبحانه وتعالى pun menghalangi berita ini sampai kepada kaum Quraisy, yang tentu saja sangat ketakutan melihat akibat tindakan mereka sendiri. Akhirnya, Abu Sufyan, Hakim bin Hizam, dan Budail bin Warqa‘ berusaha mencari-cari berita.
***
Pada waktu itu, Abbas bin Abdul Muththalib sudah bertolak meninggalkan kota Makkah bersama keluarganya, sebagai muhajir, berhijrah ke Madinah. Di tengah perjalanan, di daerah Juhfah, dia bertemu dengan Rasulullah ﷺ. Mereka pun singgah di Marri Zhahran untuk beristirahat pada suatu malam.
Rasulullah ﷺ memerintahkan kepada pasukan agar masing-masing mereka menyalakan api. Akhirnya, terlihat lebih dari sepuluh ribu obor menyala menerangi pasukan.
Malam itu, Abbas dengan bighal Rasulullah ﷺ berkeliling mencari ranting, atau seseorang untuk menyampaikan kepada Quraisy agar datang meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah ﷺ, sebelum beliau memasuki kota Makkah dengan kekerasan.
Abbas menceritakan, "Demi Allah, sungguh saya betul-betul berjalan malam itu, sampai tiba-tiba saya dengar suara Abu Sufyan berbincang-bincang dengan Budail bin Warqa‘. Kata Abu Sufyan, ‘Aku tidak pernah melihat api dan pasukan seperti ini sebelumnya.’
Kata Budail, 'Demi Allah, ini adalah Khuza'ah yang dibakar dendam untuk berperang.’
Abu Sufyan mengatakan, ’Khuza'ah terlalu kecil dan lemah untuk bisa seperti ini apinya.’
Saya (Abbas) segera berseru, 'Abu Hanzhalah!’
Dia mengenal suaraku, ‘Abul Fadhl ?’
’Ya, ’kataku.
Dia berkata. ‘Bapak ibuku jadi tebusanmu, ada apa ini?’
Saya katakan, 'lni Rasulullah ﷺ bersama pasukan muslimin. Celakalah Quraisy besok pagi, demi Allah.’
Dia bertanya. ’Lalu apa akal (untuk selamat)?'
'Demi Allah, kalau dia berhasil menangkapmu, dia pasti menebas lehermu. Ayo ikut aku naik bighal ini agar aku bawa engkau menemui beliau dan meminta perlindungan buatmu, jawabku.'
Dia pun ikut membonceng di belakang. Sementara dua temannya tadi segera kembali. Setiap kali melewati api kaum muslimin, mereka bertanya, "Siapa ini?" Ketika mereka melihat kami, mereka berkata, “Paman Rasulullah ﷺ, di atas bighalnya.“
Akhirnya kami melewati api milik Umar. Dia pun berkata, "Siapa ini?" Dia berdiri mendekatiku. Begitu melihat Abu Sufyan, dia segera berkata, "Musuh Allah? Alhamdulillah, Yang telah memberi kekuasaan atasmu tanpa perjanjian dan kesepakatan.“
Dia pun bersegera menuju ke kemah Rasulullah ﷺ. Saya pun memacu bighal itu agar mendahului Umar. Saya berusaha mendahuluinya menemui Rasulullah ﷺ, tapi dia juga menyusul, dan segera berkata, "Wahai Rasulullah, ini Abu Sufyan. Allah telah memberi anda kekuasaan terhadapnya tanpa perjanjian dan kesepakatan. Maka biarkan saya menebas lehernya."
Saya segera menukas, "Wahai Rasulullah, saya telah memberi jaminan keamanan buat Abu Sufyan."
Ketika Umar terus meminta izin kepada Rasulullah ﷺ, aku pun berkata, "Perlahan, hai Umar. KaIau dia ini dari Bani Adi bin Ka‘ab, tentu kau tak akan berkata begini."
Umar membalas, "Tunggu, hai Abbas. Demi Allah, sungguh keislamanmu lebih aku cintai dari pada keislaman Al Khaththab (ayah Umar), kalaupun dia masuk Islam. Mengapa tidak, karena keislamanmu lebih dicintai oleh Rasulullah ﷺ dari pada keislaman Al Khaththab."
Rasulullah ﷺ pun berkata, “Bawa dia pergi ke tempatmu, hai Abbas. Besok pagi, bawa dia kepadaku."
Aku pun melaksanakan perintah beliau.
Esok harinya, aku membawa Abu Sufyan menemui Rasulullah ﷺ.
Kemudian beliau pun berkata,
"Celaka engkau, hai Abu Sufyan ! Apa belum tiba waktunya kau tahu bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah?”
Abu Sufyan berkata, "Demi Allah bapak dan ibuku sebagai tebusanmu. Alangkah santunnya engkau, alangkah pemurah dan hebatnya engkau menyambung tali silaturrahmi‼️ Demi Allah, sungguh aku sudah menyangka seandainya bersama Allah ada yang lain, tentulah dia menyelamatkanku."
Beliau berkata lagi, "Celaka engkau, Abu Sufyan, apa belum tiba waktunya kau tahu bahwa aku adalah Rasul Allah?"
Kata Abu Sufyan, "Demi bapak dan ibuku sebagai tebusanmu, alangkah santunnya engkau, alangkah pemurah dan hebatnya engkau menyambung tali silaturrahmi‼️ Adapun ini, dalam diriku sampai saat ini masih ada ganjalan."
Abbas segera berkata kepadanya, "Celaka engkau, cepat masuk Islam sebelum lehermu ditebas."
Lalu dia pun mengucapkan syahadat yang haq dan masuk Islam. Abbas berkata, "Sebetulnya Abu Sufyan ini orang yang suka dihormati. Maka berilah dia sesuatu."
Kata Rasulullah ﷺ, "Baik. Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia aman. Siapa yang mengunci rumahnya, dia aman. Dan siapa yang masuk ke dalam Masjid (AI Haram) dia aman."
Ketika dia hendak kembali, Rasulullah ﷺ berkata, "Hai Abbas, tahan dia di tempat sempit di lembah ini, dekat lereng bukit agar dia melihat bala tentara Allah melintas."
Aku pun berangkat untuk menahannya di tempat tersebut.
Satu persatu barisan tentara Allah itu lewat di hadapan Abu Sufyan. Setiap satu kabilah melintasinya, dia bertanya, ”Ini kabilah apa?“
”Ini kabilah Sulaim, "kata Abbas.
”Apa urusanku dengan SuIaim?“ Kata Abu Sufyan.
Kemudian lewat pula satu kabilah,
Abu Sufyan bertanya lagi, "Ini kabilah apa?"
Kata Abbas, "Ini Muzayyinah.”
Abu Sufyan menukas, "Apa urusanku dengan Muzayyinah?"
Demikianlah, hingga dia melihat Rasulullah ﷺ bersama pasukan hijau yang di dalamnya terdapat kaum Muhajirin dan Anshar. Tidak satu pun dia lihat dari mereka melainkan sikap yang lebih keras dari besi. Sementara Rasulullah ﷺ berada di atas untanya, Al Qushwa, di antara Abu Bakr dan Usaid bin Hudhair.
Bendera pasukan Anshar dibawa Sa'ad bin Ubadah. Sedangkan bendera Nabi ﷺ bersama Az Zubair. Abu Sufyan berkata melihat pasukan tersebut, ”Subhanallah, hai Abbas siapa mereka ini?“
Kata Abbas, ”Ini Rasulullah ﷺ di tengah-tengah kaum Muhajirin dan Anshar.“
Abu Sufyan pun berkomentar, “Hai Abu Fadhl, akhirnya kerajaan anak saudaramu ini telah menjadi kekuatan besar."
Abbas segera membantah, "Hai Abu Sufyan, inilah nubuwwah."
“Betul, kalau begitu,“ sahut Abu Sufyan.
Ketika Sa'ad bin Ubadah melintasi Abu Sufyan dan melihatnya, dia pun berkata, "Hari ini hari pertumpahan darah. Hari ini dihalalkan kehormatan. Hari ini Allah hinakan Quraisy."
Mendengar ini, Abu Sufyan mengadu kepada Rasulullah ﷺ ketika beliau berpapasan dengannya. "Engkau memerintahkan agar memerangi kaummu sendiri? Sa'ad dan yang bersamanya mengatakan bahwa dia memerangi kami. Hari ini hari pertumpahan darah. Hari ini dihalalkan kehomatan. Hari ini Allah hinakan Quraisy. Saya sumpahi engkau demi Allah, tentang urusan kaummu. Engkau adalah orang paling baik di antara mereka, paling penyayang dan menyambung kasih sayang.“
Utsman dan Abdurrahman bin Auf menimpali, "Wahai Rasulullah, kami tidak merasa aman dengan sikap Sa'ad, kalau-kalau dia menyerang Quraisy."
Rasulullah ﷺ segera bersabda, “Wahai Abu Sufyan, hari ini adalah hari kasih sayang. Hari ini Allah memuliakan Quraisy."
Kemudian beliau ﷺ perintahkan mengambil bendera dari Sa'ad dan menyerahkan kepada putranya Qais bin Sa'ad bin Ubadah, sehingga tidak keluar dari keluarga Sa'ad.
Abbas berkata kepada Abu Sufyan, pulanglah. Setelah menemui mereka, Abu Sufyan berteriak dengan keras, “Hai seluruh bangsa Quraisy. Ini Muhammad, dia datang kepada kalian dengan pasukan yang tidak mungkin kalian hadapi. Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan dia aman."
Tiba-tiba istrinya, Hindun bintu Utbah segera berdiri menarik kumisnya dan membentak, "Bunuh manusia gendut yang tak berguna ini."
Abu Sufyan tetap berseru, "Celaka kalian, jangan hiraukan perempuan ini, selamatkan diri kalian. Siapa yang masuk rumah Abu Sufyan, dia selamat. Siapa yang masuk ke Masjid AI Haram, dia selamat. Dan siapa yang mengunci pintu rumahnya, dia selamat."
Sebagian mereka menyahut, "Apa untungnya kami masuk rumahmu ?"
Akhirnya mereka berpencar menyelamatkan diri. Ada yang masuk ke dalam rumahnya, ada pula yang menuju Masjid Al Haram.
Perlahan tapi pasti, Rasulullah ﷺ mulai mendekati pintu kota Makkah. Beliau pun membelitkan sorbannya dan menundukkan kepalanya dalam-dalam, hingga hampir menyentuh punggung kendaraannya. Beliau ﷺ bersyukur memuji Allah, melihat kemuliaan yang Allah berikan kepadanya.
Dahulu beliau keluar dari Makkah dalam keadaan terusir, dihinakan. Kini beliau kembali ke kampung halaman, dalam keadaan mulia dan dimuliakan.
Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan untukmu, wahai junjungan.
JATUHNYA MAKKAH
Rasulullah ﷺ telah berhasil memasuki kota Makkah tanpa rintangan sama sekali. Az Zubair yang masuk membawa bendera Rasulullah ﷺ dari sebelah atas, juga tidak menemukan rintangan. Sementara pasukan Pedang Allah Khalid bin Al Walid bertemu dengan sejumlah prajurit musyrikin yang kurang akal, dipimpin oleh lkrimah bin Abu Jahl, Suhail bin Amr, dan Shafwan bin Umayyah. Melihat kilatan pedang dan debu dari atas bukit, Rasulullah ﷺ bersabda, “Bukankah sudah aku larang untuk berperang?”
Ada yang menjawab, "Pasukan Khalid diserang, dia pun balas menyerang."
Kata beliau, "Ketentuan Allah itu lebih baik.”
Di antara yang menyerang Khalid adalah Hamas bin Qais bin Khalid yang memang sudah menyiapkan senjata untuk berperang. Ketika dia mengambil senjatanya untuk berperang di hari itu, istrinya berkata, “Demi Allah, saya tidak yakin ada yang bisa menghadapi Muhammad ﷺ dan para shahabatnya sedikit pun.”
Kata Hamas, "Saya betul-betul ingin menjadikan sebagian dari mereka sebagai pelayanmu."
Katanya pula bersyair,
"Kalau mereka datang hari ini, maka tak ada alasan bagiku
Ini senjata ampuh dan tombak yang hebat
Serta pedang dengan dua matanya yang tajam."
Tatkala kaum muslimin berhadapan dengan mereka dan terjadi pertempuran, terbunuhlah Kurz bin Jabir Al Fihri dan Khunais bin Khalid bin Rabi'ah dari pihak muslimin. Semula, keduanya dalam pasukan berkuda Khalid bin Al Walid, tapi terpisah dari beliau, dan menempuh jalan yang berbeda. Akhirnya mereka pun terbunuh. Sementara di pihak musyrikin, ada duabelas orang yang tewas. Mereka pun kalah dan cerai berai termasuk Hamas, hingga lari masuk ke dalam rumahnya. Katanya kepada istrinya, "Kuncilah pintu rumahku."
lstrinya bertanya, “Mana yang engkau janjikan itu?"
Hamas bersyair:
“Andai kau lihat peristiwa Khandamah
Saat Shafwan dan lkrimah melarikan diri
Kaum muslimin menghadapi kami dengan pedang terhunus
Memutus semua lengan dan kepala
Pukulan mematikan hingga tak kami dengar kecuali erangan
Raungan dan jeritan di sekitar kami,
Niscaya kau tak akan mencela sepatah kata pun.“
Dengan mengenakan sorban hitam dan bersenjata lengkap, Rasulullah ﷺ pun memasuki Makkah pada hari Jum’at tanggal 20 Ramadhan di atas kendaraannya, Al Qushwa, sambil membaca surat AI Fath.
Kemudian dibuatkanlah tenda untuk beliau di dekat bendera yang telah ditancapkan oleh Az Zubair.
MEMBERSIHKAN KA'BAH DARI BERHALA
Kemudian Rasulullah ﷺ mulai thawaf di Ka'bah di atas untanya, Al Qashwa. Sementara di sekeliling Ka'bah masih ada 360 buah patung berhala. Setiap kali melewati satu berhala, beliau menusuk berhala itu dengan tongkat yang ada di tangan beliau sambil membaca:
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
"Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap.” [Q.S. Al lsra’: 81]. Maka tersungkurlah berhala-berhala tersebut.
Setelah thawaf, beliau memanggil Utsman bin Thalhah, lalu meminta kunci Ka’bah darinya. Beliau pun memasuki Ka’bah bersama Usamah dan Bilal bin Rabah.
Di dalam Ka'bah, beliau melihat gambar Nabi Ibrahim dan Isma'il yang sedang mengundi dengan panah. Kata beliau, "Semoga Allah membinasakan mereka. Demi Allah, keduanya tidak pernah mengundi dengan cara ini sama sekali."
Akhirnya, gambar dan semua yang ada di da|am Ka'bah dibersihkan. Beliau pun mengunci pintu Ka’bah dan menghadap dinding, berhadapan dengan pintu. Lalu pada jarak sekitar tiga hasta beliau berdiri lalu shalat di sana. Kemudian beliau mengitari ruangan Ka'bah dan bertakbir di setiap sudutnya serta menauhidkan Allah.
***
QURAISY MENUNGGU KEPUTUSAN
Setelah shalat di dalam Ka’bah, beliau membuka pintu dan melihat orang-orang Quraisy sudah memenuhi Masjidil Haram, berbaris menunggu apa yang akan beliau perbuat terhadap mereka.
Setelah bertakbir 3x beliau berkata:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لا شَريكَ له، صَدَقَّ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَھَزَمَ الأحْزَابَ وَحْدَهُ، ألاَ كُلُّ مَأْثُرَةٍ أوْمَال أوْدَم، فَهُو تَحْتَ قَدَمَى ھاتين إلاَّ سِدَا نة البيْت وسقَا يةَ الحَاجِّ، ألا وَقَتْلُ الخَطَأ شِبْهُ العَمْدِ السَّوطُ وَالعَصا، ففيهِ الدِّيةُ مُغَلَّظَةً مائة مِنَ الإبلِ، أرْبَعُونَ مِنْهَافى بُطُونِها أوْلادُھا، يَا مَعْشَرَ قُرَيْش؛ إِنَّ اللهَ قَدْ أَذْھَبَ عَنْكُم نَخْوَ ةَ الجَاھِلِيَّةِ وَتَعظُّمَها بالآ باء، النَّاسُ مِنْ آدَمَ، وَآدَمُ مِنْ تُرابٍ‘‘، ثم تلا ھذه الآية: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَا كُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَا كُمْ شُعُوبًا وَقَبَا ئِلَ لِتَعارَفُواْ، إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُم، إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
”Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia telah membenarkan janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan mengalahkan golongan musuh-Nya sendirian. Ketahuilah, semua kebanggaan, kepentingan jahiliah, harta atau darah, maka seluruhnya berada di bawah tapak kakiku ini, kecuali juru kunci Ka’bah dan minuman jama’ah haji.
Ketahuilah, kekeliruan (yang menghilangkan nyawa) tanpa niat membunuh -dengan cambuk atau tongkat- wajib membayar diyat yang diperberat: seratus ekor unta, empat puluh di antaranya yang di dalam perutnya ada anaknya.
Wahai sekalian masyarakat Quraisy, sesungguhnya Allah telah lenyapkan dari kalian kesombongan jahiliah dan membanggakannya dengan nenek moyang. Manusia itu dari Adam, dan Adam dari tanah.” Kemudian beliau membaca (Q.S. Al Hujurat 13):
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kemudian beliau ﷺ melanjutkan lagi yang artinya, "Hai bangsa Quraisy, apa menurut kalian yang akan aku lakukan terhadap kalian?"
Kata mereka, "Engkau adalah seorang yang baik. Saudara yang mulia, putra dari saudara yang mulia. (Maka engkau akan melakukan hal yang baik pula.)"
Kata beliau, "Saya hanya katakan kepada kalian, sebagaimana ucapan Nabi Yusuf kepada para saudaranya, (sebagaimana firman-Nya dalam surat Yusuf: 92):
لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ
”Tiada celaan atas kalian pada hari ini,” pergilah. Kalian semua bebas.”
Rasulullah ﷺ membebaskan mereka, padahal Allah telah memberi kekuasaan kepada beliau terhadap leher-leher mereka.
Setelah itu Rasulullah ﷺ duduk di Masjid. Tiba-tiba berdirilah Ali sambil membawa kunci Ka'bah di tangannya dan berkata, "Ya Rasulullah, gabungkanlah untuk kami tugas menjaga hijab Ka'bah dan minuman jama'ah haji, semoga Allah melimpahkan shalawat untukmu."
Rasulullah ﷺ pun berkata, "Mana Utsman bin Thalhah?"
Setelah Utsman datang, beliau berkata kepadanya, "Terimalah kuncimu, hai Utsman. Hari ini adalah hari kebajikan dan menepati janji."
Disebutkan oleh Ibnu Sa'ad dalam Ath Thabaqat, dari Utsman bin Thalhah, dia bercerita, "Dahulu kami membuka pintu Ka'bah setiap hari Senin dan Kamis. Suatu ketika datanglah Rasulullah ﷺ ingin masuk bersama beberapa orang. Saya pun menghalangi mereka dengan kasar serta mencaci beliau. Tapi beliau bersikap lembut kepadaku.
Kata beliau, ’Wahai Utsman, mudah-mudahan engkau akan melihat suatu hari, kunci ini ada di tangan saya dan saya letakkan di mana saya mau.’
Saya menukas, 'Berarti Quraisy telah binasa dan hina ketika itu.’ Kata beliau, ‘Bahkan semakin ramai, dan mulia saat itu.’ Beliau pun masuk ke dalam Ka'bah. Perkataan beliau tadi membekas dalam hatiku. Saya yakin suatu saat, urusan ini pasti terjadi sebagaimana yang dikatakan beliau. Kemudian, pada peristiwa Fathu Makkah, beliau berkata, ’Wahai Utsman, berikan kepadaku kunci itu.’ Saya pun menyerahkannya kepada beliau.
Beliau mengambilnya dari tanganku, kemudian menyerahkannya kembali kepadaku seraya bersabda, "Ambillah, kekal selamanya, tidak ada yang mengambilnya dari (keluarga) kalian, melainkan orang yang zalim. Hai Utsman, sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى telah mengamanahkan kepada kalian rumah-Nya ini. Maka makanlah apa yang sampai kepada kalian dari Baitullah (Ka’bah) ini dengan cara yang baik.’ Setelah itu saya pun pergi.
Tapi beliau memanggilku. Saya pun mendekati beliau, beliau lalu berkata, ’Bukankah terjadi apa yang pernah saya katakan kepadamu?’ Saya pun berkata, ’Betul. Saya bersaksi bahwa engkau adalah Rasul Allah.”
Dalam riwayat lain, ada yang menyebutkan, bahwa Abbas berkeinginan menyimpan kunci itu di kalangan Bani Hasyim. Tetapi Rasulullah ﷺ justru menyerahkannya kepada Utsman bin Thalhah.
Setelah itu, Rasulullah ﷺ masuk ke rumah Ummu Hani bintu Abi Thalib, lalu mandi dalam keadaan ditutupi oleh puterinya Fathimah. Selesai mandi, beliau shalat delapan raka'at. Saat itu sedang masuk waktu dhuha. Kejadian inilah yang dianggap sebagian ulama bahwa beliau mengerjakan shalat dhuha.
Setelah kemenangan betul-betul mantap, keadaan semakin tenang, Rasulullah ﷺ memberi jaminan keamanan kepada seluruh penduduk Makkah, kecuali beberapa orang yang memang sangat keterlaluan permusuhannya terhadap Islam dan pribadi Rasulullah ﷺ. Mereka harus dibunuh meskipun bergantungan di tirai Ka'bah.
Mereka itu antara lain adalah Abdullah bin Abi Sarh saudara susuan Utsman bin Affan, lkrimah bin Abi Jahl, Abdul Uzza bin Khathal, Al Harits bin Nufail bin Wahb, Maqis bin Shubabah. Habbar bin Al Aswad, dua budak wanita milik Ibnu Khathal yang selalu bernyanyi menyerang Rasulullah ﷺ, dan Sarah, bekas budak sebagian keluarga Bani Abdul Muththalib.
Adapun Ibnu Abi Sarh, dia masuk Islam. la dibawa Utsman menghadap Rasulullah ﷺ minta jaminan keamanan. Beliau pun menerima sesudah menahan diri, dengan harapan ada shahabat yang mengayunkan pedang menebas lehernya. Sebelumnya, Ibnu Abi Sarh sudah masuk Islam, berhijrah, kemudian murtad dan kembali ke Makkah.
Adapun Ibnu Khathal, Al Harits, Maqis, dan salah satu budak wanita itu dibunuh. Sedangkan Habbar, dialah yang menyakiti Zainab yang hendak keluar dari Makkah dalam keadaan mengandung. Habbar melarikan diri, kemudian masuk Islam dan baik Islamnya.
Adapun Sarah dan salah satu penyanyi itu, dimintakan jaminan keamanan kepada Rasulullah ﷺ dan beliau mengizinkan. Mereka pun masuk Islam.
Kemudian mereka berkumpul untuk berbai'at. Beliau pun duduk di bukit Shafa. Sedangkan Umar duduk di bawah tempat beliau ﷺ, menerima bai'at itu dari orang banyak. Mereka pun berbai‘at untuk mendengar dan taat kepada Allah dan RasuI-Nya sesuai kemampuan mereka. Setelah itu datanglah kaum wanita. Mereka hendak berbai'at kepada Rasulullah ﷺ. Di antara mereka ikut pula Hindun bintu Utbah yang ketika itu menutupi dirinya agar tidak dikenali. Karena ia teringat perbuatannya terhadap Hamzah bin Abdil Muththalib. Ketika itu, Abu Sufyan suaminya juga hadir.
Ketika dia mulai bicara, Rasulullah ﷺ mengenalnya dan berkata, "Engkau betul-betul Hindun?"
Dia menjawab, "Saya Hindun. Maafkan semua yang telah lalu, semoga Allah memaafkan Anda."
Kata beliau, "Kau berbai'at untuk tidak berbuat syirik kepada Allah dengan apapun."
Katanya, "Sungguh, seandainya Anda mengambil atas kami apa yang tidak Anda ambil terhadap para pria, pasti kami berikan."
Kata beliau lagi, "Tidak boleh kalian mencuri."
Hindun menukas, "Saya dahulu sering mengambil harta Abu Sufyan sekian-sekian."
Abu Sufyan menjawab, "Apa yang sudah lalu, halal bagimu."
Beliau berkata, "Tidak boleh kamu berzina."
Hindun pun berkata, "Wahai Rasulullah, apakah wanita merdeka akan berzina?"
Tidak boleh membunuh anak-anak kalian." Lanjut Beliau.
Hindun memotong, "Kami telah mendidik mereka sejak kecil. Dan setelah dewasa, kalian bunuh mereka di Badar."
Mendengar jawaban ini, Umar tak tahan, lalu tertawa.
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda,
"Kalian tidak boleh berbuat dusta yang dibuat-buat antara tangan kaki kalian."
Kata Hindun, "Demi Allah, sungguh mengada-adakan kedustaan betul- perbuatan yang sangat buruk."
Beliau melanjutkan, "Dan kalian tidak boleh mendurhakaiku dalam urusan yang baik."
Kata Hindun lagi, "Tidaklah kami duduk di majelis ini, dalam keadaan hendak mendurhakaimu dalam urusan yang baik."
Kemudian beliau ﷺ berkata kepada Umar, "Bai'atlah mereka."
Maka Umar pun menerima bai'at mereka. Dan Rasulullah ﷺ memintakan ampunan bagi mereka.
Setelah itu, beliau memerintahkan Bilal meminta kunci Ka'bah dari Utsman bin Thalhah, lalu beliau membuka dan shalat di dalamnya. Setelah beliau keluar, ternyata di sekitar Ka'bah, manusia telah berkerumun. Beliau ﷺ pun berpidato di hadapan mereka sebagaimana telah disebutkan.
Selanjutnya beliau mengirim Tamim bin Asad Al Khuza'i, lalu memperbarui batas-batas tanah haram.
MEMBERSIHKAN JAZIRAH ARAB DARI BERHALA
Setelah kemenangan semakin nyata, Rasulullah ﷺ bersama kaum Mujahirin dan Anshar mulai masuk ke Masjidil Haram. Rasulullah ﷺ menghadap ke arah Hajarul Aswad lalu menyentuhnya. Kemudian thawaf di sekeliling Ka'bah dengan panah di tangannya. Ketika itu, di sekitar Ka'bah terdapat tigaratus enampuluh buah patung.
Beliau mulai menusuk patung-patung itu dengan panah sambil membaca ayat yang artinya, “Dan katakanlah, 'Yang benar telah datang dan yang bathil telah Ienyap.’ Sesungguhnya yang batil itu pasti Ienyap.” Dan patung-patung itu tersungkur jatuh.
Thawaf ini beliau lakukan di atas kendaraannya, tidak dalam keadaan berihram. Setelah selesai thawaf, beliau memanggil Utsman bin Thalhah, lalu mengambil kunci Ka’bah dan minta agar dibuka. Kemudian beliau masuk ke dalamnya dan melihat gambar Nabi Ibrahim dan Isma'il sedang melakukan pengundian dengan anak panah. Beliau ﷺ pun berkata, ”Semoga Allah binasakan mereka (yang menggambarnya). Demi Allah, keduanya tidak pernah sama sekali mengundi dengan anak panah.” Setelah itu, beliau memerintahkan agar semua gambar dan patung yang ada dimusnahkan.
Beliau ﷺ pun bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلَا يَدَعْ فِي بَيْتِهِ صَنَماً إلاَّ كَسَّرَهُ
”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia biarkan berhala di rumahnya, melainkan dia hancurkan.”
Nabi ﷺ mengutus Khalid bin Al Walid untuk menghancurkan Uzza, sebatang pohon yang menjadi tempat pemujaan bagi penduduk Makkah ketika itu. Mereka menyembelih kurban dan berdoa di sana. Maka berangkatlah Khalid dengan tiga puluh orang pasukan berkuda hingga tiba di tujuan. Kemudian beliau menghancurkannya dan kembali kepada Rasulullah ﷺ memberikan Iaporan. Tapi Rasulullah ﷺ berkata kepadanya, "Apakah engkau melihat sesuatu?”
"Tidak,” jawab Khalid.
Kata Rasulullah ﷺ, ”Berarti, engkau belum berbuat apa-apa. Kembalilah, hancurkan berhala itu.”
Khalid pun kembali sambil menyimpan kejengkelan terhadap dirinya sendiri, karena belum menyelesaikan tugas dengan sempurna. Dia pun menghunus pedangnya. Tiba-tiba keluarlah seorang wanita tua yang hitam dengan rambut tergerai, tanpa pakaian. Mulailah juru kunci tempat peribadatan itu berseru memanggilnya, ”Ya Uzza.” Maka seketika itu juga Khalid mengayunkan pedangnya menebas tubuh wanita itu menjadi dua bagian. Khalid berujar,
‘Hai Uzza, aku mengingkarimu, tidak minta ampunanmu
Sungguh aku lihat Allah menghinakanmu’
Setelah itu, dia kembali melaporkan kepada Rasulullah ﷺ.
"Betul, itulah Uzza. Dia sudah putus asa untuk disembah di negeri kamu ini, selamanya,” kata Rasulullah ﷺ.
Waktu itu juga, Rasulullah ﷺ mengutus Amr bin Al Ash untuk menghancurkan Suwa’ yang disembah suku Hudzail.
Kata Amr, "Saya sampai di sana. Waktu itu, juru kuncinya ada di dekat tempat ibadah itu. Dia bertanya, 'Apa yang kau inginkan ?"
"Rasulullah ﷺ memerintahkan saya untuk menghancurkan berhala ini," kata saya.
"Kau tidak akan sanggup melakukannya," kata juru kunci itu.
Saya pun bertanya, "Mengapa?"
"Kamu dihalangi,” jawabnya.
Kata saya, "Sial kamu. Sampai detik ini kamu masih dalam kesesatan? Apakah sesembahanmu ini bisa mendengar dan melihat?"
Lalu saya pun mendekat dan menghancurkannya. Kemudian saya perintahkan sahabat-sahabat saya menghancurkan rumah tempat penyimpanannya tapi kami tidak menemukan apa-apa.
Kemudian saya bertanya kepada si juru kunci, "Bagaimana?"
”Saya berserah diri (tunduk) kepada Allah," katanya menyatakan diri masuk Islam.
Rasulullah ﷺ juga mengutus Saad bin Zaid AI Asyhali untuk menghancurkan Manat di Musyallal dekat Qudaid, yang dahulu disembah suku Aus, Khazraj, dan Ghassan. Beliau pun berangkat bersama dua puluh pasukan berkuda. Setelah tiba di tempat tujuan, juru kuncinya bertanya, ”Kau mau apa?"
"Mau menghancurkan berhala Manat,” jawabnya.
”Itu urusanmu,” kata juru kunci.
Saad mulai melangkah ke arah tempat pemujaan. Tiba-tiba keluarlah seorang wanita berkulit hitam dalam keadaan telanjang dan berambut kusut masai. Ia berteriak, ”Celaka." Wanita itu memukuli dadanya. Juru kunci itu berseru, ”Manat, uruslah orang yang durhaka kepadamu ini."
Saad membunuh wanita itu, lalu menghancurkan patung yang ada. Mereka juga meruntuhkan tempat penyimpanan, tapi tidak menemukan apa-apa.
Rasulullah ﷺ menetap di Makkah beberapa hari. Beliau ﷺ memberikan bimbingan kepada kaum muslimin terhadap agama mereka.
Selesai walhmadulillah.
Sumber : Majalah Qudwah Edisi 5-6-7 || t.me/majalah_qudwah
KOMENTAR