Kisah tentang seorang yang masuk Islam, kemudian diberi ujian hingga keajaiban pun datang.
BUKTI CINTA DENGAN GORESAN DERITA
Siang itu sehabis pulang dari sholat Jum'at. Saya terbayangkan dengan salah seorang sahabat. Dia adalah seorang Ikhwan Ahlusunnah yang saya kenal kurang lebih sejak 7 tahun yang lalu. Kisah hidupnya sungguh hebat, mungkin layak jika dijadikan referensi untuk dituangkan kedalam tulisan. Siapa tahu bisa menjadi ibroh untuk sebagian orang.
Ketika saya tanya "Bismillah, akhi bolehkah ana tulis sedikit dari potongan kisah hidup antum untuk koleksi artikel ana? "Tafadhol akh" jawabnya via pesan singkat WhatsApp.
Seketika langsung saja saya mengingat-ingat kisah nya yang dulu pernah dia ceritakan.
Sebut saja kunyah beliau Abu Bilal. Pria berpostur sedang, berbadan tegap, berkulit putih, bermata sipit beretnis cina. Ya Abu Bilal lahir dari keluarga etnis cina. Jadi dari segi fisik tidak berbeda jauh dengan yang etnis cina pada umumnya.
Abu Bilal sendiri dari kecil sudah beragama Nasrani sebagaimana sebagian besar 'orang cina' di negeri ini. Di sekolahkan oleh orangtuanya di sekolah Nasrani sampai lulus sekolah menengah umum dan diterima bekerja sebagai karyawan di perusahaan elektronik terkemuka.
Singkat kisah, perkenalan pertamanya dengan hidayah adalah ketika dia sering memperhatikan muslim bersuci (wudhu) ketika hendak melakukan ibadah shalat. Karena lingkungan tempat dia tinggal adalah lingkungan muslim. Dan dia merasa takjub dengannya. Sedangkan di agamanya yang dahulu dia tidak menemukan itu.
Berjalanlah waktu sesuai dengan yang sudah Allah takdirkan. Abu Bilal semakin jatuh hati dengan Islam dan akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam waktu itu.
Memeluk Islam dari latar belakang keluarga Nasrani tidaklah mudah, banyak tentangan dari orang tua bahkan keluarga besar. Oleh sebab itu Abu Bilal menyembunyikan keislamannya. Syukur ia sudah memilik rumah sendiri terpisah jauh dari orang tuanya hingga aktivitas keislamannya belum diketahui pihak keluarga.
Selang beberapa lama orang tua dari Abu Bilal merasa rindu, sudah lama sekali anaknya tidak main ke rumah. Ada kekhawatiran apakah anaknya sakit, sedang ada masalah atau selainnya. Sore itu orang tua dari Abu Bilal langsung bergegas berangkat menuju kediaman Abu Bilal yang berjarak kurang lebih 5 kilometer dari pusat kota, tempat mukim mereka.
Namun sungguh kaget apa yang terlihat oleh keduanya. Abu Bilal terlihat hanya memakai celana khitan, ternyata hari-hari kemarin kenapa dia tidak ke rumah orang tuanya karena ada agenda berkhitan. Tak lupa lemari pun dicek, diperiksa dan benar saja di sana ada sajadah. Di situlah mereka mengetahui kalau anaknya sudah berganti keyakinan.
Keduanya sempat emosi, marah. Terlihat dari wajahnya yang memerah dan otot-otot yang tegang. Berita itupun menyebar di keluarga besar, sampai-sampai ada pembicaraan "lu gimana sih? wong wis bener-bener dadi wong cina, malah milih dadi wong pribumi". Cibiran dan perlakuan yang tidak mengenakan hati terus menerus menghampiri.
Alih-alih membalas ucapan dengan yang semisal, Abu Bilal memilih terus bersabar dan tetap tegar menghadapi riuhnya omongan yang kurang baik tentang keputusannya. Sambil terus memperlihatkan adab akhlak yang baik sebagai seorang muslim pada keluarga besarnya.
Alhamdulillah akhirnya keluarga menerima keputusannya dengan ucapan "jika dengan berganti menjadi orang Islam lu menjadi lebih baik, papa mama menerima".
Dengan umur yang sudah matang dan keadaan ekonomi yang cukup. Abu Bilal akhirnya menikahi kekasih hatinya, gadis Sunda pilihannya.
Cobaan tidaklah berhenti, babak titik balik kehidupan dimulai.
Tidak berselang lama setelah pernikahan terjadilah apa yang terjadi. Istrinya menderita sakit yang misterius. Sudah diperiksakan ke sana sini tidak ada perubahan sama sekali. Istrinya hanya terlihat menjerit kesakitan, mata melotot, sampai kedua tangannya harus di ikat di kayu samping ranjang dengan badan yang terus meronta-ronta. Kalau tidak di ikat bisa-bisa akan terus menyakiti diri dengan memukuli badan sendiri. Allahul musta'an.
Dengan tidak tahunya penyakit apa yang menimpa istrinya, Abu Bilal memilih saran guru spiritualnya waktu itu untuk melakukan pengobatan non medis. Seperti berenang malam hari di lautan atau memasuki sebuah gua yang di anggap keramat dan melakukan ritual didalamnya yang sebenarnya itu adalah kesyirikan. " Semoga Allah mengampuniku karena dahulu aku tidak tahu" ucapnya.
Ketika semua perintah gurunya dilakoni, bukannya kesembuhan yang didapat malah kesehatan istrinya semakin menjadi-jadi. Dokter di rumah sakit tempat istri dirawat memberikan ultimatum. "Mas, nampaknya istri anda harus segera dioperasi di bagian kepala, harus ada persiapan dana yang tidak sedikit mungkin sekitar puluhan juta atau seratusan juta" Tiba-tiba sekujur tubuh Abu Bilal menjadi lemas. Uang darimana sebanyak itu. Sedangkan untuk pengobatan istrinya selama ini dia sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Tinggal satu yang tersisa yaitu rumahnya.
Keluarga besar kembali mencibir "kualat kan, lu ninggalin tuhan lu yang dulu" katanya. Untung nya di waktu-waktu seperti ini Abu Bilal di ketemukan dengan seorang kenalannya yang saat itu ngaji di pondok salafiyiin . Ikhwan tersebut menasehati agar Abu Bilal tidak melakukan perbuatan kesyirikan dalam pengobatan. Karena masih banyak pilihan pengobatan lainnya. Dan utamanya Abu Bilal disuruh memasrahkan diri kepada Rabbnya.
Rumah akhirnya dijual dengan harga yang sangat murah demi membiayai pengobatan. Rumah yang pasarannya seharga 250 juta, di jual dengan 150 juta saja. Yang terpenting istrinya sembuh pikirnya saat itu.
Setelah rumah terjual, keajaiban datang. Istrinya sembuh seketika. Tidak perlu merasakan meja operasi. Walhamdulillah.
Dan biaya yang dibayarkan hanya 1,5 juta saja. Jauh dari perkiraan yang mencapai puluhan juta itu. Aneh tapi nyata! Saya juga tidak mengerti.
Sisa uang yang ada Abu Bilal dan istri gunakan hunian baru walau tak sebagus sebelumnya. Tak lupa juga membeli beberapa gamis dan cadar,dan buku-buku karena dia dan istrinya kini belajar mengenal dakwah salaf.
Sekarang Abu Bilal aktif untuk ta'awun di pondok salaf dengan teman-lainnya. Sedangkan istrinya mengajar mengaji anak-anak di sekitar rumahnya.
Sebuah pelajaran yang berarti, sebuah pengorbanan bukti cinta pada Illahi. Apakah manusia akan merasa dibiarkan saja setelah mereka mengatakan beriman? Begitulah kira yang terlintas di kepala, awal dari surah Al ankabut.
Hikmahnya jika kita memasrahkan diri padaNya, yakinlah bahwa kita akan ditolongNya. Jangan pernah ragu.
Allahu a'lam
Parkiran SDN 3 Gesik, 16 Shafar 1445 H, 2 September 2023
AMS
Sumber Grup WA Salafy Asyik Menulis
KOMENTAR