Kisah Biografi Ringkas Imam Daruquthni, Ulama Pakar Hadits, Pakar Qiraah, Penghafal Kelas Dunia.
IMAM AD DARUQUTHNI
Baghdad tempo dulu pernah melahirkan ulama-ulama besar yang pernah ada dalam sejarah Islam. Salah satunya adalah Imam Ad Daraquthni yang bernama lengkap Abul Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdi bin Mas'ud bin An Nu'man bin Dinar bin Abdillah Al Baghdadi. Beliau lahir di Darul Qathn Kota Baghdad Irak pada tahun 306 H.
PERJALANAN MENUNTUT ILMU
Ad Daraquthni tumbuh di sebuah rumah yang penuh dengan cahaya ilmu agama dan nuansa islami. Karena ayahanda beliau adalah seorang pakar hadis di masanya yang terpercaya. Sejak kecil Daraquthni telah menyaksikan secara langsung bagaimana kesibukan ayahanda dalam berbagai majelis ilmu untuk mendengarkan dan meriwayatkan hadis. Kesibukan sang ayah dalam mencatat, menulis hadis, dan belajar ilmu agama adalah aktivitas yang tidak pernah luput dari pandangan matanya.
Tentang masa kecilnya, Abul Fatah Yusuf Al Qawas mengatakan, "Dahulu kami pernah berjalan menuju Abul Qasim Al Baghawi dan Ad Daraquthni yang saat itu masih kecil berjalan di belakang kami dengan memegang roti berisi asinan. Kami pun masuk ke rumah Abu Mani' dan kami melarangnya untuk ikut masuk bersama kami. Akhirnya Ad Daruqutni kecil duduk di depan pintu sambil menangis."
Kecintaan terhadap ilmu agama dan hadis telah tumbuh dalam diri Ad Daraquthni sejak masih kecil. Hal ini ditunjang dengan kecerdasan yang cemerlang dan kuatnya hafalan yang Allah anugerahkan kepadanya. Sejak kecil beliau telah mendengarkan ilmu dari banyak ulama seperti Abul Qasim Al Baghawi, Yahya bin Muhammad, Abu Bakar bin Abu Dawud, Muhammad bin Nairuz Al Anmathi, Abu Hamid Muhammad bin Harun Al Hadhrami, Ali bin Abdillah bin Mubasysyir Al Wasithi, Muhammad bin Al Qasim bin Zakaria Al Muharibi, dan masih sangat banyak yang lainnya.
Ad Daraquthni hidup di Kota Baghdad dengan keberadaan ulama dan pakar hadis yang terkenal. Dia pun pada masa mudanya mempelajari hadis di Baghdad dari tokoh-tokoh ulama di kota itu seperti Abu Bakar bin Abi Dawud As Sijistani dan Abu Muhammad bin Sulaiman Al Maliki. Tidak cukup sampai di situ, tatkala sudah dewasa beliau memperdalam ilmunya dengan menjelajahi beberapa negeri seperti Syam dan Mesir.
Al Azhari menuturkan bahwa Ad Daraquthni pernah mengadakan perjalanan ke Mesir dan di sana bertemu dengan syaikh Alawi dari Kota Madinah yang bernama Muslim bin Ubaidillah. Dia lah pemilik nasab dan dikenal mempunyai kemampuan bahasa yang fasih. Di sana ia juga belajar kepada Ibnu Hayyuyah An Naisaburi, Abu Thahir Adz Dzuhli, Abu Ahmad bin Nasih, dan yang lainnya.
Selain itu beliau juga berguru kepada para imam besar sekelas Imam Ibnu Hibban Al Busti penulis kitab Shahih Ibnu Hibban, Ats Tsiqat, dan selainnya. Demikian halnya Al Hafizh Musnidul 'Ashr Abul Qasim Abdullah Al Hasan bin Ismail bin Sa'id Adh Dhabbi Al Baghdadi, Imam Muhammad bin Makhlad bin Hafsh Abu Abdillah, Imam Syaikhnya para Qari' Abu Bakar Ahmad bin Musa bin Al Abbas bin Mujahid Al Baghdadi, dan Imam Ahli bahasa Abu Bakar bin Al Qasim bin Basyar bin Al Anbari, dan selainnya.
Sejatinya kitab Sunannya adalah bukti yang menggambarkan kapasitas keilmuannya dalam bidang hadis dan fikih. Dia belajar ilmu fikih dari Abu Sa'id Al Ishthikhri namun ada pendapat yang mengatakan bahwa dia belajar ilmu fikih dari temannya Abu Sa'id. Di samping kesibukannya meriwayatkan hadis, kegiatan ilmiah lain yang ditekuni olehnya adalah membuat karya tulis.
Beberapa kitab fenomenal pun terlahir dari tangannya semisal 'Ilalul Hadis, Al Mu'talif wal Mukhtalif, At Tatabbu', Al llzamat, Al Mujtana minas Sunan Al Ma'tsurah 'anin Nabi, Al Ahadis allati khulifa fiha Imam daril Hijrah Malik bin Anas, Ahaditsu Muwaththa' Malik wat Tifaqur Ruwati'an Malik, Kitabus Sifat wa Kitabur Ru'yah, dan selainnya.
Adapun murid-muridnya sangat banyak dari berbagai penjuru negeri kaum muslimin di antaranya adalah Al Hafizh Abu Abdillah Al Hakim, Al Hafidz Abdul Ghaniy, Tamam bin Muhammad Ar Razi, Al Faqih Abu Hamid Al Isfarayini, Abu Nuaim Al Ashfahani, Abu Bakar Al Barqani, Al Qadhi Abu Thayyin Ath Thabari, Abu Hazim bin Al Farra' saudaranya Al Qadhi Abu Ya'la, Abu Mas'ud Ad Dimasyqi, Ahmad bin Al Hasan Ath Thayya, Abu Abdirrahman As Sulami, Ahmad bin Muhammad An Nahwi, Hamzah bin Yusuf As Sahmi, dan masih banyak yang lainnya dari Baghdad, Damaskus, Mesir dan berbagai negari yang lainnya.
PENGHAFAL KELAS DUNIA
Penghafal tiada tara kelas dunia adalah julukan beliau dan ini pun telah diakui para ulama. Tidak berlebihan tentunya dan bukan tanpa fakta ulama memberikan gelar tersebut kepada beliau. Memang sejak beliau kecil potensi ini sudah terlihat nyata dan membuat kagum manusia. Sambil menulis saja tanpa fokus mendengarkan majelis imla', Ad Daraquthni mampu menghafal dengan sempurna.
Salah satu bukti kekuatan hafalan yang mengagumkan adalah kisah berikut ini, Abu Manshur Al Azhari menuturkan, "Telah sampai berita kepadaku bahwa Ad Daraquthni saat masih kecil pernah menghadiri majelisnya Ismail Ash Shaffar. Setibanya di majelis, Ad Daraquthni duduk lalu mencatat satu kitab yang dibawa oleh Ismail. Tiba- tiba seorang hadirin mengatakan kepadanya, "Tidak sah apa yang kamu dengarkan sementara engkau mendengar sambil menulis." Akan tetapi dengan tenangnya Ad Daraquthni mengatakan, "Pemahamanku terhadap hadis yang didiktekan berbeda dengan pemahamanmu. Apakah kamu hafal berapa hadis yang telah didiktekan oleh Syaikh Ismail?" Lelaki itu menjawab, "Tidak." Ad Maka Daraquthni mengatakan, "Syaikh Ismail telah mendiktekan delapan belas hadis." Maka dihitunglah hadis yang telah didiktekan dalam banyak sanadnya dan ternyata benar apa yang dikatakan olehnya. Kemudian Ad Daraquthni menyebutkan satu persatu hadisnya lengkap dengan sanad dan matannya. Sejak saat itulah, orang-orang pun merasa kagum dengan kekuatan hafalannya.
Bahkan Ad Daraquthni pernah mendiktekan kitab llalnya kepada Abu Bakar Al Bargani dengan hafalannya. Subhanallah, jikalau benar apa yang ternukilkan tersebut, sungguh semakin meneguhkan beliau sebagai penghafal kelas dunia karena sekarang kitab 'llal beliau telah tercetak sebanyak 15 jilid.
Salah satu keajaiban hafalannya adalah beliau mampu membenarkan kesalahan muridnya ketika beliau sedang salat. Raja' bin Muhammad Al Mu'addil berkisah, "Pada suatu hari kami pernah berada di sisi Ad Daruqutni yang sedang salat sunnah. Sementara saat itu ada muridnya yang sedang membacakan hadis di sebuah majelis. Lewatlah sebuah hadis yang di dalam sanadnya ada Nusair bin Dzu'luq namun dibaca oleh muridnya dengan 'Basyir'. Tiba-tiba Ad Daraquthni bertasbih, maka diralat oleh muridnya dengan mengatakan 'Busyair'. Namun kembali Ad Daraquthni bertasbih dan akhirnya dia membaca 'Nusair'. Dalam salatnya tersebut ia membaca surat Al Qalam.
Peristiwa yang sama juga pernah dialami oleh muridnya yang lain yang bernama Hamzah bin Muhammad bin Thahir. Ia berkisah, "Aku pernah berada di sisi Ad Daraquthni ketika beliau melakukan salat sunnah. Kemudian Abu Abdillah Al Katib sedang membacakan hadis yang pada sanadnya terdapat nama Amr bin Syuaib namun dibaca Amr bin Sa'id. Maka Ad Daraquthni bertasbih dan dia pun mengulangi bacaannya dengan mengatakan, 'Ibnu Sa'id' dan berhenti. Maka Ad Daraquthni membaca ayat:
يَا شُعَيْبُ أَصَلاتُكَ تَأْمُرُك
"Wahai Syu'aib apakah salatmu memerintahkanmu.." (Q.S. Hud: 87)
Akhirnya Ibnu Katib mengatakan, "Ibnu Syu'aib."
Bahkan ulama sekaliber Al Hakim dengan karya monumentalnya Al Mustadrak pun sangat kagum dengan kemampuan dan hafalan gurunya tersebut. Al Hakim menuturkan, "Suatu saat guru kami Abu Abdillah bin Abi Dzuhl selesai melakukan ibadah haji lantas ia menggambarkan kepadaku bagaimana kekuatan hafalan Ad Daruqutni dan keunggulannya dalam ilmu hadis. Hingga aku pun sempat tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh guruku tersebut, sampai akhinya aku melakukan ibadah haji. Aku pun datang ke Baghdad dan tinggal di sana selama lebih dari empat bulan. Selama itu pula aku banyak bermajelis dengan Ad Daraquthni pada siang dan malam hari, maka sungguh kemampuannya melebihi apa yang telah digambarkan oleh guruku Ibnu Abi Dzuhl. Aku bertanya kepadanya tentang 'Ilal (penyakit-penyakit hadis) serta syaikh- syaikh para perawi hadis dan dia mempunyai sekian karya tulis."
PUJIAN ULAMA
Ulama dengan berbagai kelebihan seperti Ad Daraquthni telah menuai banyak pujian dari ulama yang lain. Pengakuan dan rekomendasi ulama adalah realita yang menjadi bukti bagaimana kapasitas keilmuannya. Simak ucapan Al Khatib Al Baghdadi dalam tarikhnya, "Ad Daraquthni adalah seorang imam dan ulama besar yang tidak ada duanya. Kepadanyalah berhenti ilmu atsar, pengetahuan tentang penyakit hadis, dan nama- nama perawi hadis. Figur ulama yang jujur, amanah, fakih, benar akidahnya, dan selamat mazhabnya. Di samping menguasai hadis, ia juga punya pengetahuan luas tentang ilmu qira'ah.
Dalam bidang ilmu ini ia mempunyai kitab ringkas yang menghimpun pokok- pokok ilmu qira'ah dalam beberapa bab yang diletakkan pada awal kitab."
Abu Abdirrahman As Sulami menegaskan, "Aku bersaksi dengan nama Allah bahwa guru kami Ad Daraquthni tidak meninggalkan seorang pun di bawah kolong langit ini memiliki pengetahuan semisal beliau tentang hadis-hadis Nabi." Adz Dzahabi mengatakan tentang biografinya, "Dia adalah seorang imam, hafizh, Mujawwid, Syaikhul Islam, ulama besar, ahli qira'ah, dan pakar hadis. Dia merupakan salah satu lautan ilmu dan imam kelas dunia, kepadanyalah berakhir kekuatan hafalan dan pengetahuan tentang hadis serta para perawinya. Sangat menonjol di masanya dalam ilmu qira'ah, fikih, perselisihan ulama, dan berbagai sejarah peperangan Islam."
Abu Abdillah Al Hakim mengatakan dalam Kitab Muzakki Al Akhbar, "Abul Hasan menjadi ulama pilih tanding di masanya dalam hal hafalan, pemahaman, sikap wara', pemimpinnya para ahli qira'ah dan pakar nahwu. Pertama kali aku masuk Kota Baghdad, dia menghadiri berbagai majelis sedangkan usianya saat itu kurang dari tiga puluh tahun, dia adalah salah satu manusia yang kuat menghafal."
Raja' bin Muhammad Al Mu'addil pernah mengatakan kepada Ad Daraquthni, "Apakah engkau pernah melihat ulama yang semisal denganmu?" Maka Ad Daraquthni membaca ayat:
فَلَا تُزَكُوا أَنْفُسَكُم
"Janganlah kalian menyucikan diri diri kalian sendiri." Maka aku pun terus memintanya agar menjawab pertanyaan itu, hingga ia menjawab, "Aku belum pernah melihat seorang pun yang pernah mengumpulkan (ilmu hadis) seperti yang telah aku kumpulkan."
Al Hafizh Abdul Ghani pernah mengatakan, "Orang yang paling baik ucapannya tentang hadis Rasulullah ada tiga orang; Ibnul Madini di zamannya, Musa bin Harun di masanya, dan Ad Daraquthni di eranya." Bahkan predikat sebagai Amirul Mukminin dalam bidang hadis disandang olehnya sebagaimana ditegaskan oleh Al Qadhi Abu Thayyib Ath Thabari.
Ulama multi talenta ini memang bisa dikatakan hampir menguasai semua ilmu agama dengan cabangnya. Sebagaimana penuturan Al Azhari, "Ad Daraquthni adalah orang yang cerdas dan jika disebutkan suatu perkara dari cabang ilmu apapun, pasti dia mempunyai pengetahuan yang melimpah tentangnya."
AKHIR KEHIDUPANNYA
Pada masa senjanya, Ad Daraquthni masuk ke negeri Syam dan Mesir dan beliau terus memberikan faedah kepada umat. Beliau meninggal pada hari kamis tanggal 8 Dzulqa'dah tahun 385 H dengan torehan sejarah yang indah. Sepanjang hidupnya beliau bergelut dengan hadis-hadis Rasulullahdan sangat membenci ilmu kalam serta tidak suka berjidal (berdebat).
Abu Nashr Ali bin Hibatullah berkata, "Aku melihat dalam mimpiku seolah- olah aku bertanya tentang keadaan Ad Daraquthni di akhirat. Maka dikatakan kepadaku, 'Dia dipanggil dengan sebutan imam di surga." Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ampunan- Nya kepada Imam Ad Daraquthni. Allahu A'lam.
Referensi : Siyar A'lamin Nubala.
Ustadz Hafiy Abdullah
Majalah Qudwah Edisi 77 Vol. 07 1441 H
KOMENTAR