Al-Mawahib Ar-Rabbaniyah Minal Ayatil Qur'aniyyah Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dy
MENYELAMI KEINDAHAN KANDUNGAN AL-QUR'AN
Judul Asli: Al-Mawahib Ar-Rabbaniyah Minal Ayatil Qur'aniyyah
Karya: As-Syaikh Al-Allamah Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dy rahimahullah;
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين و الصلاة والسلام على نبينا محمد و آله و صحبه (وبعد)؛
Inilah faidah-faidah yang Allah bukakan untukku dengannya di bulan yang diberkahi ini (Ramadan 1347). Kami memohon kepada-Nya tambahan dari kemurahan-Nya. Aamiin.
1. Firman-Nya;
فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلْجَبِينِ
"Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah)". Qs. Ash-Shaffat: 103.
Tatkala firman-Nya, أَسْلَمَا "Keduanya berserah diri" menunjukkan kesiapan diri untuk melaksanakan perintah Allah, dan tekad yang diiringi dengan keikhlasan dan (siap) mengerjakan. Dan (yang namanya) tekad itu terkadang ada keterlambatan dalam pelaksanaanya, maka Allah ta'ala menyebutkan pelaksanaannya dengan firman-Nya, وَتَلَّهُۥ لِلْجَبِينِ "dan dia (Ibrahim) membaringkan putranya atas pelipis(Nya)"
Sehingga terkumpullah antara tekad dan pelaksanaan, namun pengaruh pelaksanaannya (sedikit) mundur; yaitu terjadinya penyembelihan. Setelahnya, Allah ta'ala menyebutkan bahwa Dia menggantinya dengan hewan sembelihan yang besar sebagai tebusan baginya.
2. Firman-Nya;
فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ
"Maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain". Qs. Al-Baqarah: 185
Ayat ini menunjukkan bahwa yang dianggap adalah jumlah harinya bukan ukuran panjang dan pendeknya, maupun panas dan dinginnya, dan tidak pula (menunjukkan) wajib segera (menggantinya) atau tidaknya, maupun (wajib) berurutan atau terpisah. Hal ini ditetapkan pula dengan firman-Nya;
يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu". Qs. Al-Baqarah: 185
3. Firman-Nya;
اَوْ عَلٰى سَفَرٍ
"Atau dalam keadaan safar". Qs. Al-Baqarah: 184.
Ini lebih umum daripada bila dengan;
فى سَفَرٍ
"Di dalam safar", sehingga (dengan ini) masuk di dalamnya orang yang tinggal di suatu negeri atau gurun dan belum menghentikan safarnya, namun dia masih dalam keadaan safar, meskipun tidak sedang melakukan perjalanan.
4. Firman-Nya;
يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِيْ مِنْ عَذَابِ يَوْمِئذٍۢ بِبَنِيْهِۙ
"Pada hari itu, orang yang berdosa ingin sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya". Qs. Al-Ma'arij: 11.
Padanya (ada faidah) bahwa selain orang yang berdosa tidak menginginkan hal itu. Karena ketika dia di dunia telah menebus dirinya dari azab dengan takwa dan iman. Dia pada hari itu tidaklah bersedih hati karena guncangan yang besar, malahan dia berharap bisa berkumpul dengan orang-orang yang shalih dari bapaknya, anak-anaknya, dan orang-orang tercintanya di Surga yang penuh dengan kenikmatan.
5. Firman-Nya;
وَالَّذِيْنَ هُمْ لِاَمٰنٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رٰعُوْنَۖ
"Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya". Qs. Al-Ma'arij: 32
Yakni, karena hal itu mereka menjadi orang-orang yang memelihara lagi menjaga dan bersungguh-sungguh menempuh segala sebab tertunaikannya amanat-amanat dan janji-janjinya dengan sempurna, serta menjauhi segala sebab yang merusaknya.
Demikian pula firman-Nya;
وَالَّذِيْنَ هُمْ بِشَهٰدٰتِهِمْ قَاۤىِٕمُوْنَۖ
"Dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya". Qs. Al-Ma'arij: 33.
6. Firman-Nya;
يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ قُمْ فَاَنْذِرْۖ
"Wahai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan!". Qs. Al-Muddatsir: 1-2
Allah ta'ala mengingatkan pada ayat ini tentang keadaan rasul-Nya dan kesempurnaannya, serta disempurnakannya nikmat Allah atasnya.
Perhatikanlah antara permulaan urusannya, terkejutnya ia saat (pertama kali) mendapat wahyu, dan berselimutnya ia karena dahsyatnya apa yang ia jumpai dan antara akhir urusannya ketika Allah sempurnakan semua urusan-urusannya.
Karenanya, Allah memerintahkan beliau untuk menyempurnakan dirinya dan orang selain dirinya, kemudian membimbingnya kepada perkara yang menjadi sebab diraihnya hal tersebut. Yaitu: penunaian kewajiban yang sempurna dengan giat yang diiringi pengagungan terhadap Rabbnya, dan pemuliaan-Nya dalam hatinya, mensucikan amalannya dan baju-baju luarnya, meninggalkan segala kejelekan dan kekotoran, dan menggunakan ruh seluruh amalan; yaitu ikhlas dalam segala sesuatunya, sampaipun dalam memberi pemberian. Karenanya Allah berfirman;
وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُۖ
"Dan janganlah engkau (wahai Rasul) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak". Qs. Al-Muddatsir: 6.
Kemudian Allah membimbingnya kepada perkara yang akan membantunya pada semua urusannya, yaitu bersabar dalam rangka mengharap wajah Allah. Allah berfirman;
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْۗ
"Dan karena Tuhanmu, bersabarlah". Qs. Al-Muddatsir: 7.
Kemudian Allah menjamin akan menjaganya dari musuh-musuhnya, dan menjada apa yang dia datang dengannya (risalah) dengan memberi ancaman siksa, terkhusus kepada orang-orang yang paling keras penentangannya dan paling besar permusuhannya. Dan inilah merupakan nikmat yang sempurna.
insyaalah bersambung...
https://t.me/RaudhatulAnwar1/
KOMENTAR