Mewujudkan generasi yang suka membaca, agar luas wawasan dan ilmu.
Generasi Gemar Membaca
Oleh : Al Ustadz Abu Nasim Mukhtar hafizhahullah
Tanpa harus menengok data yang dirilis oleh lembaga atau instansi terkait, tentu dapat kita pastikan bahwa minat baca pada anak-anak kita sangatlah menyedihkan.
Minat baca di sini, maksudnya adalah aktivitas membaca yang bersifat positif dan produktif. Adapun membaca status, story, wall, atau semisal, tidak termasuk kategori minat baca.
Kemajuan dan perkembangan positif pada individu, komunitas, kelompok, lembaga pendidikan, masyarakat, bahkan bernegara, dapat ditilik pada minat baca.
Kualitas keilmuan dan luasnya wawasan seseorang dipengaruhi oleh minat baca. Membaca adalah gerbang ilmu yang akan berimplikasi pada sikap dan perbuatan.
Contohnya seorang alim ulama. Tidak akan menjadi alim ulama, jika tidak gemar membaca. Orang sukses pasti senang membaca. Sebaliknya, seseorang yang malas membaca tentu hidupnya akan berantakan dan cenderungnya susah.
Tentunya kita sama-sama mengetahui awal kali wahyu diturunkan Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad ï·º.
Malaikat Jibril mendekap kencang-kencang, sampai Nabi Muhammad ï·º merasakan sesak. Jibril meminta Nabi Muhammad ï·º untuk, “Bacalah!”. Nabi Muhammad ï·º dilepaskan, lalu didekap lagi. Berulang sampai 3 kali. Setiap kali nya, Jibril mengatakan, “ Bacalah!”
Lalu di saat itulah , Jibril menyampaikan wahyu pertama dari Allah yang berisi perintah membaca. Allah berfirman :
اقْرَØ£ْ بِاسْÙ…ِ رَبِّÙƒَ الَّØ°ِÙŠ Ø®َÙ„َÙ‚َ
“ Bacalah! Dengan menyebut nama Rabb-mu Yang Maha Mencipta “ ( Al ‘Alaq:01 )
Perintah membaca itu difirmankan lagi pada ayat yang ke-3 :
اقْرَØ£ْ ÙˆَرَبُّÙƒَ الْØ£َÙƒْرَÙ…ُ
“ Bacalah! Dan Tuhan-mu lah Yang Maha Mulia”
Generasi Salaf adalah generasi membaca. Tidak ada satu pun ulama yang biografinya tidak menyebutkan kegemaran membaca. Sebagai contoh saja adalah Al Imam Ibnul Jauzi.
Ibnul Jauzi ( Shaidul Khatir, hal.453) bertutur, “Andai saya mengatakan : Sudah 20 ribu jilid kitab yang telah saya baca, tentu sebenarnya lebih dari itu. Padahal saat itu saya masih berstatus pelajar. Dari situ, banyak manfaat yang dapat saya peroleh, seperti kehidupan Salaf, tingginya cita-cita mereka, kekuatan menghafal, praktek ibadah, dan kedalaman ilmu mereka. Sesuatu yang tidak akan mungkin dicapai oleh orang yang tidak mau membaca”
Ibnul Jauzi (Shaidul Khatir, hal.557) juga berkata, “ Melihat sebuah kitab baru yang belum pernah saya baca sebelumnya, seakan menemukan harta karun “
Ibnul Mubarak seringkali menghabiskan waktu untuk membaca di rumah. Ada yang bertanya, “ Apakah Anda tidak merasa kesepian? “. Beliau menjawab, “ Bagaimana mungkin aku merasa kesepian, padahal saya bersama Rasulullah dan sahabat-sahabatnya” (Siyar A’lam Nubala, Adz Dzahabi 8/382)
Al Imam Al Bukhari ketika ditanya tips menghafal dan mengingat, menjawab, “ Dengan mengulang-ulang membaca”
Membaca itu ibadah. Bukankah Al Quran harus dibaca dan ditadabburi? Hadis-hadis Nabi pun mestinya selalu dibaca.
Membaca itu menyehatkan. Mereka yang gemar membaca pasti lebih sehat dibandingkan yang malas membaca. Sebab, seluruh organ tubuh dan panca inderanya difungsikan.
Membaca itu mencerdaskan. Maka, orang bodoh itu bukan karena ia bodoh. Orang bodoh itu dikarenakan malas membaca.
Membaca itu mengalihkan dari kegiatan negatif. Sebab, membaca itu asyik dan menyenangkan. Sementara kegiatan negatif justru membuat pusing dan membikin beban pikiran.
Oleh sebab itu, orang tua dan para pendidik ; bersabarlah dalam mendidik anak agar bisa membaca. Jangan terburu-buru memberikan materi pelajaran, padahal pondasi membaca belum kokoh.
Pelajaran membaca mestinya dibuat secara tersendiri, diberi jam pelajaran khusus, dan diujikan, bahkan sampai anak telah dewasa.
Biarlah anak-anak kita fokus pada kemampuan baca tulis, baik Arab maupun Latin di usia kanak-kanak dan kelas dasar mereka.
Percuma bahkan akan membuat anak stress lalu tidak mau belajar, jika “dipaksa” menerima berbagai macam mata pelajaran, sementara kemampuan baca tulis mereka masih lemah. Ingat, baca tulis adalah pondasi ilmu!
Berikutnya, kita perlu bekerjasama dan duduk berdiskusi lalu diikuti dengan eksekusi di lapangan tentang metode dan fasilitas membaca.
Dirikan sebuah lokal atau ruang yang menarik dan nyaman untuk membaca. Sediakan dan berikan buku-buku bacaan yang bermanfaat. Update dan teruslah menambah buku baru secara rutin, agar anak tidak bosan. Supaya anak selalu ingin datang untuk mencari tahu buku baru.
Buatlah perlombaan membaca dengan kategori : kecepatan, intonasi, gaya baca, gestur tubuh, kekompakan membaca satu tim, membaca materi dadakan, atau kategori lainnya. Jangan lupa berikan hadiah untuk anak-anak kita!
Kesabaran mendampingi akan menjadi kata kunci. Orang tua di rumah membentuk kultur membaca. Para pendidik menguatkan dan mengokohkan aspek membacanya. Para donatur mempersiapkan sarana dan fasilitasnya.
Semoga kegiatan membaca menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi dan meminimalisir kenakalan remaja. Baarakallahu fiikum
Lendah, 22 Dzulhijjah 1444 H/11 Juli 2023
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR