Karena Salah Ajar, Anak Pun Enggan Belajar Banyak orang tua mengeluhkan anak yang susah berangkat belajar. Katanya sudah dinasihati, sudah d...
Karena Salah Ajar, Anak Pun Enggan Belajar
Banyak orang tua mengeluhkan anak yang susah berangkat belajar. Katanya sudah dinasihati, sudah dirayu, sudah diiming-imingi, namun tetap saja tidak mau. Bahkan, tidak jarang yang terbawa emosi hingga memukul anak.
Tidak mau belajar adalah dampak dari sebuah sebab, bahkan beberapa sebab yang terakumulasi. Anak yang tidak mau belajar bukanlah substansi problem. Pokok masalahnya adalah apa yang menyebabkan anak tidak mau belajar?. Nah, itu yang harus dicari!
Ketika anak malas bangun, lamban bergerak, tidak terlihat bersemangat, bahkan terkesan menyengaja untuk terlambat, juga ada saja yang menjadi ulah, di situ orang tua harus bersikap bijak.
Lebih-lebih kalau anak nampak cemas, sorot mata menunjukkan ketakutan, gerak tangan atau anggota tubuh yang lain menandakan gelisah, sekali lagi orang tua seyogyanya bersikap lemahlembut.
Akar masalahnya mesti dicari dan digali!
Ringkasnya; anak sedang tidak nyaman dalam belajar.
Bisa jadi karena muatan kurikulum yang di luar batas kemampuannya, sakit namun anak tidak berterusterang, gesekan dengan teman, dibully, metode pembelajaran yang kurang sesuai, jarak yang jauh hingga melelahkan, konflik keluarga, dan masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Guru yang salah ajar, termasuk penyebab anak enggan belajar.
Contohnya; type guru yang berbicara dengan nada tinggi, meledak-ledak, semacam membentak, seperti orang marah-marah, temperamen, mudah tersinggung, dan mata melotot.
Anak pasti trauma! Apalagi jika si guru berbicara dengan mata melotot, jari menunjuk-nunjuk, urat leher timbul, tentu anak tidak nyaman.
Allah Ta’ala berfirman;
فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". QS Thaha: 44
Menurut As Sa'dii, ayat di atas berisi perintah untuk, " Berbicara dengan ringan, lembut, lunak, halus, dan memilih kata yang santun. Tidak kasar, tidak angkuh, tidak berangasan dan tidak kaku dalam sikap". As Sa'dii menekankan bahwa, " Berbicara kasar akan membuat orang lari"
Contoh lain adalah type guru yang suka menegur anak di depan teman-teman kelasnya. Anak memang berbuat salah, namun bagi guru, belum puas rasanya bila tidak "menelanjangi" anak di muka umum. Alasannya? Supaya kapok dan memberikan efek jera untuk teman-temannya.
Guru dengan type di atas tidak akan disukai anak-anak. Bagaimana mungkin nyaman belajar, jika anak dibayang-bayangi resah dan gelisah. Anak takut jika melakukan kesalahan, akan dipermalukan di depan kelas.
Ibnu Rajab ( Jamiul Ulum wal Hikam 1/224 ) menyatakan, " Kaum Salaf dahulu jika hendak menasihati seseorang, mereka akan menyampaikannya diam-diam "
Mestinya, anak yang berbuat salah diajak bicara empat mata, diberi penjelasan dengan lemah lembut, dan tunjukkan bahwa tujuannya bukan untuk merendahkan atau menjatuhkan. Semua karena sayang.
Bukan malah mengungkit kesalahan yang pernah dilakukan anak, apalagi sudah cukup lama berlalu. Si anak saja harus berusaha keras mengingat, karena lupa.
Modal dan bekal utama mengajar anak adalah rasa sayang kepada anak.
Sahabat Anas bin Malik menggambarkan Rasulullah ﷺ :
كان أرحمَ النَّاسِ بالصِّبيانِ و العِيالِ
" Nabi Muhammad ﷺ adalah pribadi yang paling menyayangi anak-anak dan keluarga " ( Disahihkan Al Albani dalam Sahihul Jami' no.4797 )
Oleh karena itu, memilih atau mengangkat pengajar haruslah selektif. Jangan asal-asalan. Jangan sembarang pasang.
Anda yang berniat menjadi pengajar, latih dan bentuklah diri Anda agar memiliki kesabaran dan kasih sayang kepada anak-anak. Jika belum bisa menjadi pribadi yang lemah lembut, mohon bersabar untuk terus belajar. Niscaya Allah Ta’ala memudahkan.
10/13 A.
22 Dzulqa’dah 1444 H/11 Juni 2023
Ustadz Abu Nasim Mukhtar
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR