Jernih Pelita Cinta Cinta biasa ditamsilkan pelita, yakni lampu berbahan bakar minyak. Sepanjang minyak diisikan, sepanjang itulah pelita b...
Jernih Pelita Cinta
Cinta biasa ditamsilkan pelita, yakni lampu berbahan bakar minyak. Sepanjang minyak diisikan, sepanjang itulah pelita bercahaya.
Bagaimana dengan cinta? Sama. Agar jernih dan terang, cinta mesti disirami perhatian dan kasih sayang.
Kata-kata Ibnu Katsir begitu mengena, saat menjelaskan firman Allah dalam surat An Nisa ayat 19.
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
"Dan pergaulilah mereka (istri) secara baik"
Ibnu Katsir mengajari kita untuk, " Berbicaralah dengan lemah lembut kepada istri. Bersikap dan berpenampilan sebaik-baiknya lah, sesuai kemampuanmu. Sebagaimana engkau menyukai hal tersebut untuk dilakukan istrimu, maka lakukanlah hal yang sama kepadanya "
Ibnu Katsir kemudian menyebutkan firman Allah Ta'ala dalam surat Al Baqarah ayat 228, yaitu :
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
" Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya, menurut cara yang ma'ruf (baik) "
Ibnu Katsir melanjutkan dengan sabda Nabi Muhammad ﷺ yang artinya, " Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya. Saya adalah yang terbaik di antara kalian kepada keluarganya "
" Akhlak mulia yang diteladankan beliau ﷺ adalah dengan cara bergaul yang baik, selalu bergembira, mencandai keluarga, berlemah-lembut, lapang dalam memberi nafkah, dan mengajak istri-istri beliau untuk tertawa ", Ibnu Katsir menjabarkan.
Bahkan, Nabi Muhammad ﷺ pernah mengajak Aisyah, Ibunda Kaum Mukminin, untuk lomba lari. Menurut Ibnu Katsir, " Sebagai wujud kemesraan yang diberikan Beliau ﷺ kepada istri ".
Ibunda Aisyah berkisah, " Rasulullah ﷺ mengajakku lomba lari, dan aku berhasil mengalahkan Beliau. Hal itu sebelum aku gemuk. Setelahnya aku lomba lari lagi, dan Beliau mengalahkanku. Beliau ﷺ berkata, " Kemenangan ini untuk membalas kekalahan yang dulu ".
Setiap malam, seluruh istri-istri Beliau berkumpul di rumah istri yang memperoleh giliran menginap. Kadang-kadang, Beliau makan malam bersama dengan seluruh istri. Selesai makan, setiap istri pulang ke rumahnya masing-masing.
Nabi Muhammad ﷺ tidur mempergunakan satu selimut bersama istri. Beliau melepas kain penutup bagian atas, dan tidur menggunakan sarung.
Selepas salat Isya, Beliau ﷺ pulang ke rumah dan menyempatkan waktu untuk berbincang-bincang dengan istri sebelum istirahat tidur. Hal itu sebagai cara untuk menjaga keharmonisan.
Setelah Ibnu Katsir menguraikan hal-hal di atas, beliau membawakan ayat 21 surat Al Ahzab, yakni :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap kepada Allah dan hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Pelajaran terpenting dari uraian Ibnu Katsir di atas adalah ; harus selalu ada waktu untuk istri. Mencandainya, berbincang-bincang, mendengarkan curhatnya, memperhatikan pendapatnya, membantu aktivitas rumah tangga, dan selalu ada waktu untuk membersamai istri pada keperluan-keperluannya.
Nabi Muhammad ﷺ pernah beri'tikaf di Masjid. Ibunda Shafiyyah datang menjenguk. Saat akan kembali pulang ke rumah, Nabi Muhammad ﷺ dengan sepenuh kasih mengatakan :
لا تَعْجَلِي حتَّى أنْصَرِفَ معكِ
" Jangan terburu-buru, supaya aku bisa menemanimu pulang " HR Bukhari no.2038
Rasulullah ﷺ saat itu sedang i'tikaf di 10 hari terakhir Ramadhan. Padahal, i'tikaf diharuskan selalu berada di dalam masjid dan tidak boleh keluar kecuali untuk keperluan-keperluan darurat.
Namun, Beliau ﷺ mengajarkan untuk kita bahwa membersamai istri adalah sebuah konsekuensi cinta.
Maka, berilah waktu dan bersamailah istrimu untuk menghadiri kajian ilmu, berbelanja, menjenguk orang tua, bahkan untuk sebatas jalan-jalan supaya mengurangi kejenuhan. Di situlah letak nilai seorang suami!
Lakukanlah itu semua dengan gembira dan senang hati. Jangan lupa, niatkanlah untuk meneladani Rasulullah ﷺ.
Yogyakarta, 18 Dzulqa’dah 1444 H/07 Juni 2023
Ustadz Abu Nasim Mukhtar
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR