Mengejar Lailatul Qadar Ada yang berbeda malam ini. Sebelum takbiratul ihram salat Maghrib, Syaikh Sudais, Imam Besar Masjidil Haram berpesa...
Mengejar Lailatul Qadar
Ada yang berbeda malam ini. Sebelum takbiratul ihram salat Maghrib, Syaikh Sudais, Imam Besar Masjidil Haram berpesan, " Berlemahlembutlah. Bersikap yang halus. Jangan desak-desakan. Jangan dorong-dorongan. Malam ini memang padat. Pegang tangan saudaramu dengan lembut "
Sejak pagi, arus manusia sudah mulai mengalir menuju Masjidil Haram. Siang, tiap lantai sudah sesak penuh. Pelataran berbagai sisi pun sudah terisi, padahal panasnya menyengat.
Sore, penyekatan-penyekatan dilakukan, hingga jamaah menumpuk di jalan-jalan aspal arah Jarwal, Ajyad, dan Misfalah. Berangkat di waktu Ashar sudah dibilang terlambat.
Malam ini adalah malam ke- 27 Ramadhan, yaitu malam yang paling diharapkan Lailatul Qadar padanya.
Tiap tahun memang demikian keadaannya. Malam 27 adalah malam paling padat, ramai, bahkan crowded.
Tadi malam, diperkirakan 2,5 juta orang membanjiri Masjidil Haram.
Walau demikian, kenyamanan dan ketenangan beribadah benar-benar diperhatikan oleh pemerintah Arab Saudi.
Petugas keamanan yang ramah dan sopan selalu sigap mengarahkan dan mendampingi. Mereka bekerja keras mengarahkan jamaah untuk mengikuti arus dan rute yang dibuat searah.
Petugas kesehatan standby untuk memberikan pelayanan. Seringkali terlihat mereka jemput bola dengan mendatangi jamaah yang mengeluhkan kesehatan. Di banyak titik, fasilitas AED terpasang.
Dalam sehari semalam, lantai-lantai Masjidil Haram dibersihkan sebanyak 10 kali, menggunakan kendaraan yang dirancang khusus untuk mengepel dan mengeringkan. Didampingi petugas-petugas yang bekerja manual.
Kamar mandi tersebar di banyak lokasi. Kebersihan terjamin karena di tiap lokasi kamar mandi, petugas berseragam oranye dan biru tua, selalu membagikan senyuman sambil bekerja.
Tempat-tempat wudhu pun tersedia dalam jumlah yang banyak.
Menjelang berbuka, petugas-petugas yang sudah mempersiapkan sejak siang, segera menghamparkan plastik sebagai alas makan dan minum. Setengah jam sebelum azan Maghrib, makanan dan minuman dibagi-bagikan.
Uniknya, sesaat setelah berbuka, ada lagi relawan Ketahanan Pangan yang berkeliling membawa tas besar untuk menerima makanan atau minuman yang tidak habis atau tidak sesuai selera, asalkan masih utuh bersegel.Di rompi relawan itu tertulis Ikram Makkah.Makanan dan minuman itu lalu dibagi-bagikan ke jamaah yang belum kebagian.
Air zam-zam hampir tidak berhenti di suplay. Ada yang dalam bentuk kran-kran. Ada yang disiapkan dalam jumbo-jumbo ukuran besar.
35 ribu sajadah ukuran 3 atau 4 meter dihamparkan oleh petugas-petugas khusus sajadah. Ada lagi petugas yang mengurus mushaf-mushaf Al Quran untuk dibaca jamaah.
6 lantai di area perluasan Masjidil Haram, semuanya menggunakan eskalator yang tidak berhenti 24 jam. Mekanik eskalator selalu ada berjaga-jaga.
7000 speaker berkualitas membuat jamaah dapat jelas dan khusyuk mendengarkan bacaan Imam. Layanan terjemah ke 10 bahasa, termasuk Melayu, dapat dinikmati jamaah saat mendengarkan khutbah.
Disediakan juga area salat untuk lansia, berkursi roda, dan disabilitas.
Layanan tanya jawab hukum-hukum ibadah dipenuhi melalui pos-pos informasi. Pembagian buku-buku gratis dan buletin juga rutin dilakukan.
Masih banyak lagi layanan yang disiapkan dan diberikan oleh Kantor Urusan 2 Tanah Suci untuk para pengunjung.
Tadi malam, tarawih lebih panjang dari malam-malam sebelumnya. Total 2 juz yang dibaca; 26 dan 27. Dibagi 10 rakaat selepas Isya, dilanjutkan 10 rakaat tengah malam dengan 3 rakaat witir. Doa qunut hampir setengah jam dibaca Syaikh Sudais.
Alhamdulillah. Khusyuk dan syahdu! Memburu dan mengejar Lailatul Qadar, yaitu satu malam yang lebih baik dibandingkan 1.000 bulan.
Mereka datang dari berbagai negara dan negeri. Beraneka bahasa dan bermacam warna kulit. Dari status dan strata yang tak sama. Walau demikian, mereka bisa saling mengerti walau hanya dengan isyarat tangan atau gerakan badan.
Saya menulis ini, sekadar memotivasi saja. Sebab, iman belumlah dikata sempurna kecuali bila telah berharap kebaikan yang dirasakan, turut pula dirasakan saudaranya.
10 hari terakhir dalam i'tikaf, kami ada satu rombongan. Ada yang profesinya perawat, tukang las, produksi roti, pengelola warung makan, petani nira, dan 2 pedagang bakso, satunya lulusan SD satunya lulusan SMP.
Masing-masing punya cerita unik dan dramatis agar bisa berangkat umroh. Dari yang tak terpikirkan, hingga sadar lalu menabung. Sebab, berangkat umroh bukan ditentukan oleh mampu atau tidak mampu. Umroh itu faktornya, mau atau tidak mau. Karena, jika sudah mau, selalu saja ada jalan yang Allah Ta’ala berikan.
Malam 27 Ramadhan tahun depan semoga kita bertemu di Mekkah!
27 Ramadhan 1444 H/18 April 2023
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR