Bersiap ke Mekkah, Mencari Bekal untuk Barzakh Kata sebagian orang, ”Mekkah itu jauh”. Mekkah memang jauh.Namun, sejauh-jauhnya Mekkah teta...
Bersiap ke Mekkah, Mencari Bekal untuk Barzakh
Kata sebagian orang, ”Mekkah itu jauh”.
Mekkah memang jauh.Namun, sejauh-jauhnya Mekkah tetap masih bisa diperkirakan berapa kilometer jaraknya. Bisa dihitung durasi perjalanannya bahkan dengan berjalan kaki sekalipun.
Mengenai bekal yang diperlukan pun dapat dipersiapkan. Biaya yang dikeluarkan sudah dikira-kira berapa besarnya. Jika demikian, sebenarnya Mekkah itu tidak begitu jauh.
Walaupun semua dapat dihitung dan diperkirakan, sadarkah kita untuk ke Mekkah, sudah berapa lama dipersiapkan?
Ke Mekkah telah direncanakan sejak lama.Ada yang berbulan-bulan menabung, mungkin saja ada yang sampai hitungan tahun. Ke Mekkah tidak hanya dalam hitungan singkat.
Bergabung di grup At Tiqnu beberapa waktu lalu, banyak hal yang didiskusikan dan dibicarakan.Untuk apa? Mempersiapkan sebaik-baiknya.
Siapapun ingin perjalanannya lancar.Tanpa hambatan.Tidak ada kesulitan. Siapapun ingin proses pulang-perginya berlangsung nyaman. Menyenangkan. Menggembirakan.
Walaupun sadar bahwa perjalanan panjang itu melelahkan, tetap saja kita berpikir tentang cara agar nyaman. Meskipun kita paham bahwa perjalanan ini lumayan menguras tenaga, bukankah kita berikhtiar untuk bisa mempertahankan kebugaran dan kesegaran?
Sebab, masing-masing kita mengerti bahwa ; perjalanan ke Mekkah itu cukup panjang, banyak proses yang harus dilalui melalui mekanisme antrian, ada rangkaian manasik yang tidak bisa tidak mesti dihadapkan dengan berdesak-desakan, sejumlah keputusan diambil untuk kepentingan bersama bukan lagi selera individu dan kita semua dipertemukan dengan kenyataan bahwa ; masing-masing memiliki karakternya sendiri.
Oh,iya.
Sebelum itu semua, rasanya masih hangat diingat, berapa tahapan yang harus ditempuh untuk bisa resmi dinyatakan sebagai calon jamaah umroh.
Untuk pasport, ada proses melengkapi berkas yang mesti diselesaikan.Terkadang ada penyesuaian karena ada ketidak-samaan data. Perlu waktu untuk memiliki pasport, bukan?
Belum lagi vaksinasi Meningitis dan Covid serta booster.Tambahkan proses permohonan visa, ticketing, booking hotel dan catering!
Subhaanallah! Persiapan demi persiapan.
Menarik sekali isi percakapan di grup kita. Saya senang dan sangat terkesan.
Hal-hal kecil pun berusaha untuk dipersiapkan. Ada sabun, apakah bisa diperbolehkan dibawa ke pesawat? Ada uang, berapa yang yang dibutuhkan untuk cukur rambut? Ada ikat pinggang, supaya membantu kain ihram agar lebih kencang terikat. Dan masih banyak yang harus dipersiapkan untuk kelancaran perjalanan.
Ooooo
Persiapan-persiapan untuk bepergian -khususnya ke Mekkah sebagai tema kita- , secara hukum Islam memang disyari'atkan.
Bahkan, tahapan persiapan pun sudah masuk dalam rangkaian ibadah umroh itu sendiri. Oleh karenanya, sejak awal dan dari semula, marilah sama-sama meluruskan niatan. Untuk apa berangkat umroh? Apa tujuan ke Tanah Suci?
Negeri Yaman sudah ada sejak dahulu kala. Entah berapa ribu tahun yang lalu. Saat ini negara Yaman bertetangga dengan kerajaan Arab Saudi. Garis perbatasannya menjadi yang terpanjang.
Menilik sejarah lama, perjalanan dari Shan'a sebagai ibukota Yaman sampai ke Mekkah, paling tidak menghabiskan satu bulan perjalanan dengan berjalan kaki. Naik turun pegunungan batu. Melintasi padang pasir. Menembus lembah-lembah sepi.
Perjalanan yang melelahkan!
Ibnu Abbas -sahabat Nabi-, bercerita tentang salah satu kebiasaan masyarakat Yaman yang berangkat berhaji tanpa melakukan persiapan dan tanpa mengumpulkan bekal.
Alasan mereka adalah ingin bertawakal kepada Allah.Namun apa kenyataannya?
Sesampainya di tujuan, mereka malah meminta-minta kepada orang.Oleh sebab itu, Allah menurunkan ayat 197 dalam surat Al Baqarah :
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Dan carilah bekalmu ! Sesungguhnya, sebaik-baik bekal adalah ketakwaan”
Keterangan Ibnu Abbas di atas disebutkan Al Bukhari di dalam As Shahih (4/127).
Nah, ayat ini merupakan dasar hukum Islam agar kita berusaha maksimal dalam melakukan persiapan-persiapan untuk keberangkatan umroh ke Tanah Suci.
Sejak saat itu, penduduk Yaman selalu membawa bekal cukup untuk keperluan berhaji. Roti dan bekal kering dicukupi. Pakaian pun dipersiapkan sebagai ganti.
Sahabat Ibnu Umar jika bepergian rombongan, menetapkan satu syarat kepada seluruh anggota, yaitu masing-masing membawa bekal air minum yang cukup.
Ibnu Umar juga mengatakan, ”Kedermawanan seseorang itu bisa juga diukur dengan seberapa baiknya bekal perjalanan yang ia persiapkan”.
Kenapa? Sebab, ia tidak hanya berpikir untuk diri sendiri. Ia pun turut memikirkan kepentingan anggota rombongan lainnya.
Ooooo
Saudaraku...
Ke Mekkah itu tidak jauh. Ke Mekkah bisa dihitung jarak kilometernya, bisa ditentukan durasi perjalanannya, bisa direncanakan agenda detailnya, bisa diperkirakan apa yang akan ditemui, bisa dibayangkan bagaimana dan apa-apanya.
Itupun ke Mekkah dengan harapan dapat pulang dengan selamat kembali di tengah-tengah keluarga.
Saudaraku...
Itu pun kita persiapkan sebaik-baiknya, bukan? Bahkan yang sudah pernah atau berkali-kali ke Tanah Suci pun tetap melakukan persiapan-persiapan.
Lalu,bbukankah persiapan-persiapan harus dilakukan lebih baik dan lebih ekstra jika perjalanan yang akan ditempuh itu berkali-kali lipat jauh dan lamanya?
Apalagi perjalanan tersebut penuh dengan kengerian dan kedahsyatan. Lebih-lebih lagi perjalanan itu entah kapan berakhirnya, tidak ada satu pun dari kita yang bisa memastikannya.
Jaraknya tidak bisa dihitung karena jauh. Lamanya tidak dapat diperkirakan. Perjalanan apakah itu?
Perjalanan akhirat!
Ada alam Barzakh. Ketika setiap orang menunggu dalam kuburnya untuk dibangkitkan hidup kembali.
Ada padang Mahsyar saat seluruh manusia dikumpulkan satu. Ada perhitungan amal perbuatan. Ada timbangan untuk menentukan hasil perbuatan. Ada jembatan yang dibentangkan di atas Jahannam dan harus dilewati. Ada pula proses qishas, yakni ketika tiap-tiap kita harus menyelesaikan urusan dengan hak-hak orang lain.
Itu adalah perjalanan yang suangaat panjang. Apa yang sudah dipersiapkan?
Allah berfirman ;
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Dan carilah bekalmu ! Sesungguhnya,sebaik-baik bekal adalah ketakwaan”
Ibnu Katsir -pakar tafsir terkemuka- menyatakan, ”Setelah Allah memerintahkan untuk melakukan persiapan-persiapan guna keperluan perjalanan di dunia, Allah juga menyuruh untuk melakukan persiapan-persiapan guna perjalanan di akhirat, yaitu dengan bertakwa”
Oleh karenanya, Saudaraku...Marilah kita membangkitkan ingatan pada setiap kali melakukan persiapan-persiapan ke Mekkah, bahwa persiapan-persiapan menuju akhirat pun harus dilakukan.
Jika kita ingin mengetahui suhu dan cuaca di Mekkah, agar tepat memilih jenis pakaian yang dipakai, maka kita pun harus tahu bahwa manusia akan dibangkitkan dalam keadaan tidak berpakaian, tanpa alas kaki dan tiada berkhitan.
Jika kita mengetahui bahwa over bagasi akan menyulitkan diri sendiri, maka alangkah berbahagianya seorang hamba yang amat mudah melewati proses hisab sebab ia meninggalkan dunia tanpa memiliki apa-apa. Sebab, seluruhnya ia pergunakan di jalan yang diridhai Allah.
Jika kita mengetahui panas teriknya matahari di Timur Tengah sehingga banyak cara kita tempuh seperti mempersiapkan kacamata hitam, cream kulit atau peneduh kepala, maka betapa senangnya mereka yang tergolong sebagai orang-orang yang memperoleh naungan dari Allah saat matahari didekatkan.
Jika kita hendak meminta maaf kepada orang-orang terdekat sebelum berangkat, maka mintalah maaf dan mohonlah dihalalkan kepada orang-orang yang pernah kita dzalimi sebelum hal itu harus diselesaikan di akhirat.
Jika kita mengetahui bahwa uang sangatlah diperlukan selama di Tanah Suci, entah rupiah, riyal maupun dalam bentuk ATM, maka pada hari kiamat itu semua tidak lagi berguna.
Hanya seorang hamba memiliki hati yang salim, dialah yang selamat.
Pada akhirnya, persiapan-persiapan ke Mekkah mengingatkan kita untuk mempersiapkan diri ke akhirat. Semoga umroh kita pun termasuk dari persiapan ke akhirat itu sendiri.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Dan carilah bekalmu ! Sesungguhnya,sebaik-baik bekal adalah ketakwaan”
Mekkah, 17 Ramadhan 1443 H/19 April 2022
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR