Mengamalkan / meyakini sesuatu, baru cari dalil. Cari dalil setelah melakukan.
KAIDAH BATIL Berkeyakinan terlebih dahulu, baru kemudian mencari-cari dalilnya
🖐Jangan pernah menganggap bid'ah itu kecil, padahal besar urusannya!
KAIDAH BATIL
"Berkeyakinan dulu kemudian mencari dalil."
Ibnul Jauzi ُرَحِمَهُ اللّٰه berkata:
"Datang kaum-kaum yang mereka menampil-nampilkan diri mereka sebagai orang yang Zuhud, dan membuat-buat Thoriqoh jalan yang hawa nafsu telah menghias-hiasinya kemudian mereka berusaha mencari-cari dalil, padahal seharusnya bagi seorang insan itu hanya untuk mengikuti dalil bukan mengikuti sebuah jalan lalu mencari-cari dalilnya." (Shaidul Khathir hal.27)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رَحِمَهُ اللّٰه berkata:
"Dan maksud bahwasanya semisal mereka ini telah berkeyakinan terlebih dahulu dengan suatu pendapat kemudian membawa-bawa lafadz-lafadz Al Qur'an untuk mendasarinya, padahal mereka tidak mempunyai Salaf pendahulu dari para Shahabat dan Tabi'in yang mengikutinya dengan baik, dan tidak juga dari kalangan para imam-imam pemuka kaum muslimin, tidak dalam pendapat mereka dan tidak pula dalam tafsir penjelasannya." (Majmu'ul Fatawa 13/35)
Imam Asy Syathibi رَحِمَهُ اللّٰه berkata:
"Maka Ahli bid'ah tatkala hawa nafsu mengalahkannya beriringan adanya kebodohan terhadap jalan Sunnah, maka akan mengkhayal bahwa apa yang tampak baginya berdasar akalnya itulah jalan yang kokoh bukan yang lainnya, kemudian berlalulah masa dan semakin menyimpang karenanya dari jalan yang lurus, sehingga dia itu sesat dari sisi menyangka bahwasanya dia seorang peniti jalan sejati.
Jadi ahlul bid'ah dari umat ini hanyalah tersesat dalam dalil-dalilnya yang mana mengambilnya itu dari pengambilan hawa nafsu dan syahwat, bukan dari pengambilan bersifat ketundukan kepada hukum-hukum Allah.
Dan inilah perbedaaan antara Mubtadi' dan selainnya, karena Mubtadi' menjadikan hawa nafsu itulah sebagai awal tujuan pencariannya, dan menjadikan dalil-dalil untuk mengikutinya. Sehingga apabila bergabung kepadanya kebodohan terhadap Ushul pokok syariat dan ketiadaan penerapan maksud-maksudnya, maka jadilah urusannya lebih berat dan sangat dekat kepada pengubah-ubahan dan keluar dari maksud-maksud tujuan syariat.
Dan petunjuk akan hal itu bahwasanya kamu akan mendapati seorang Mubtadi dari kalangan orang yang menisbatkan diri kepada Agama, melainkan dia itu akan berusaha mencari-cari bukti dalil untuk menguatkan bid'ahnya dengan dalil syar'i, lalu meletakkannya pada apa yang sesuai dengan akalnya dan syahwatnya, berbeda dengan yang bukan Mubtadi', maka sesungguhnya dia menjadikan petunjuk kepada kebenaran itu adalah awal mula pencariannya, dan menjadikan hawa nafsunya itu dibelakang untuk mengikutinya." (Al I'tishom 1/134)
Syaikh Al Allamah Ibnu Utsaimin رَحِمَهُ اللّٰه berkata:
"Dan oleh karena ini Para Ulama telah berkata sebuah kata yang baik, mereka mengatakan: "Wajib bagi seorang insan untuk berdalil kemudian berpijak dengannya, bukan membangun dulu, baru mencari dalil. Karena dalil itu adalah asal pokok sedangkan hukum itu adalah cabang, maka tidak mungkin untuk meletakkannya secara terbalik, dengan menjadikan hukum itu yang merupakan cabang sebagai asal pokok, dan asal pokok yang itu adalah dalil sebagai cabang.
Lalu bahwasanya seorang insan itu apabila berkeyakinan dulu sebelum berdalil dan tidak memiliki niat yang baik, maka jadinya dia menggiring leher-leher nash-nash dari Al kitab dan as Sunnah ke arah yang dia telah meyakininya, sehingga hasilnya dengan hal itu ia tetap selalu di atas hawa nafsu dan tidak mengikuti petunjuk hidayah." (Liqa-atul Babilmaftuh 2/141-142)
Berkata pula Beliau dalam penjelasannya terhadap kitab As Safariniyah pada pasal tentang pembicaraan mengenai iman:
"Bila kamu memperhatikan seorang insan maka akan diketahuilah bahwasanya fanatik terhadap pendapat itu adalah sebab kesesatan, dan bahwasanya seorang insan itu seharusnya berdalil baru kemudian berkeyakinan, bukan berkeyakinan dulu baru mencari dalil, karena apabila dia berkeyakinan dulu kemudian mencari dalil, maka dia akan memutar leher-leher nash-nash agar sesuai dengan apa yang telah dia yakini, namun jika berdalil pertama-tamanya kemudian baru berkeyakinan maka dia telah membangun akidah keyakinannya di atas dalil, dan dia telah sesuai dengan dalil."
Semoga Allah membalas dengan kebaikan bagi orang yang menunjukkan kepadaku nukilan ini
Sumber:https://bit.ly/3rswXJf
Mift@h_Udin✍ Kawunganten, 5 Rajab 1443H
💎https://t.me/salafykawunganten/3601
KOMENTAR