BOLEHKAH AZAN DENGAN MENDAYU-DAYU? Pertanyaan, Afwan, mau bertanya ustad, cara azan sesuai syariat itu yg seperti apa, maksud ana panjang ...
BOLEHKAH AZAN DENGAN MENDAYU-DAYU?
Pertanyaan,
Afwan, mau bertanya ustad, cara azan sesuai syariat itu yg seperti apa, maksud ana panjang harakat dari azan, apakah boleh panjang mendayu-dayu ?
Jawaban,
al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin 'Umar hafizhahullah,
Disebutkan di dalam shahih al-Bukhari bab khusus,
باب رفع الصوت بالنداء
Bab meninggikan suara ketika azan. Kemudian beliau menyebutkan ucapan khalifah Umar bin Abdil Aziz rahimahullah yang berkata,
أذن أذانا سمحا وإلا فاعتزلنا
"Azanlah dengan azan yang mudah. Jika tidak, maka tinggalkanlah kami."
Al-Imam Ibnu Rajab al-Hambali berkata,
رفع الصوت بالنداء
وقال عمر بن عبد العزيز: أذن أذانا سمحا، وإلا فاعتزلنا.
قال وكيع: ثنا سفيان، عن عمر بن سعيد بن أبي حسين المكي، أن مؤذنا أذن فطرب في أذانه، فقال له عمر بن عبد العزيز: أذن أذاناسمحا، وإلا فاعتزلنا
"Waki' berkata, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Umar bin Said, dari Abu Husain al-Makki bahwa ada seorang muazin yang mengumandangkan azan lalu dia melagukan azannya, kemudian Umar bin Abdil Aziz berkata,
'Azanlah dengan azan yang mudah. Jika tidak, maka tinggalkanlah kami' (Fath al-Bārī, 5/218)."
Al-Imam asy-Syafi'i berkata,
فأحب ترتيل الأذان وتبينه بغير تمطيط ولا تغن في الكلام ولا عجلة
"Aku menyenangi azan yang tartil dan jelas tanpa meliuk-liuk dan bernyanyi dalam ucapannya serta tidak terburu-buru" (al-Umm, 1/107).
Dari penjelasan di atas menunjukkan kepada kita bahwa azan yang dianjurkan adalah azan yang mudah dan tidak meliuk-liuk serta bernada yakni azan yang biasa saja karena kriteria muazin itu adalah yang suaranya jelas dan lantang bukan yang bisa melagukan lafal azan. Hal ini berdasarkan kisah Abdullah bin Zaid yang bermimpi lafal-lafal azan dan disampaikanlah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau pun lalu bersabda,
فقم مع بلال , فألق عليه ما رأيت فليؤذن به فإنه أندى صوتا منك
"Berdirilah engkau bersama Bilal! Sampaikan kepadanya apa yang telah engkau lihat di dalam mimpimu kemudian hendaknya dia azan dengannya karena sesungguhnya Bilal itu lebih lantang suaranya darimu" (Abu Daud, no. 499 dan dihasankan oleh syekh al-Albani di dalam al-Irwa', no. 246).
Oleh karena itu azan yang meliuk-liuk hukumnya makruh. Adapun dari sisi sah atau tidaknya, selama tidak merubah makna, masih tetap sah. Syekh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin berkata,
يؤذن على سبيل التطريب به كأنما يجر ألفاظ أغنية فإنه يجزئ لكنه يكره...ولكن اللحن ينقسم إلى قسمين : قسم لا يصح معه الأذان ، وهو الذي يتغير به المعنى .
وقسم يصح به الأذان مع الكراهة ، وهو الذي لا يتغير به المعنى . فلو قال المؤذن : " الله أكبار" فهذا لا يصح ؛ لأنه يحيل المعنى ، فإن أكبار جمع كَبَر ، كأسباب جمع سبب ، وهو الطبل
"Jika seorang muazin, azan dengan melagukan, seakan-akan dia sedang mendendangkan lirik lagu, maka azannya tetap sah namum, hukumnya makruh.
Kesalahan pada azan itu terbagi menjadi dua:
1. Kesalahan yang menjadikan azannya tidak sah yakni azan yang merubah makna.
2. Kesalahan yang azannya tetap sah disertai dengan makruh yakni yang tidak merubah makna.
Jika seorang muazin mengucapkan,
'Allaahu akbaar.'
Maka azannya tidak sah karena merubah makna, sesungguhnya lafal akbaar itu adalah kata jamak dari kabar yang artinya adalah genderang" (Asy-Syarh al-Mumti', 2/70).
Wallahua'lam
📃 𝐒𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫: 𝐌𝐚𝐣𝐦𝐮'𝐚𝐡 𝐚𝐥-𝐅𝐮𝐝𝐡𝐚𝐢𝐥
✉️ 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢: https://t.me/TJMajmuahFudhail
KOMENTAR