Terjemah Umdatul Ahkam Kitab At Thaharah (Bersuci)

SHARE:

Terjemah Hadits Kitabut Thaharah Bersuci dari Kitab Umdatul Ahkam Hadits Shahih Bukhari dan Muslim

 HADITS 1. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)

■ PENTINGNYA NIAT ■

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ – رضي الله عنه – قَالَ: 

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ: 

((إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ – وَفِي رِوَايَةٍ: بِالنِّيَّةِ – وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى, فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ, فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ, وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا, فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ)) .

النيةُ: القصدُ والعزمُ على الشيء

Dari ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya setiap amal bergantung pada niat (an-niyyaat)—dalam riwayat lain dengan lafazh niyat—dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”

(HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907)

*Niat adalah keinginan dan tekad melakukan sesuatu.

===================

 HADITS 2. UMDATUL AHKAM

📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)

■ SUCI DARI HADATS ■


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: 

"لَا يَقْبَلُ اللهُ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَى يَتَوَضَّأَ"


Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- mengatakan, Rasululullah ﷺ bersabda,

“Tidaklah Allah menerima shalat salah seorang di antara kalian apabila berhadats hingga ia berwudhu.”

📚 (Diriwayatkan Imam al-Bukhari, Imam Muslim dan Imam at-Tirmidzi)

Yang perlu diperhatikan hadats ada dua macam:

Hadats kecil dan hadats besar. Hadats itu berbeda dengan najis, karena cara bersuci dari hadats pun berbeda. Hadats kecil dihilangkan dengan cara berwudhu, sedangkan hadats besar dihilangkan dengan cara mandi wajib.

Jikalau tidak ada air, maka hadats kecil dan besar dapat dihilangkan dengan cara ber tayamum.

===================

HADITS 3. UMDATUL AHKAM

📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)

■ TUMIT YANG TIDAK TERKENA AIR WUDHU ■

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَعَائِشَةَرضي الله عنهم قَالُوا: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم-:

وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ.

الويلُ: العذابُ والهلاكُ، وجاءَ في بعضِ الآثارِ أَنَّه وادٍ في جهنم.

الأَعقاب: جمعُ عَقِبٍ، وهو مُؤَخَّرُ القَدَمِ. والمرادُ أَصحابُها.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, Abu Hurairah, dan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhum, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celakalah tumit yang tidak terbasuh air wudhu dengan api neraka.”

(HR. Bukhari, no. 165 dan Muslim, no. 241)

Catatan:

✅ Wajib anggota wudhu seluruhnya terkena air ketika berwudhu.

✅ Bahayanya orang yang tidak memperhatikan anggota wudhunya saat berwudhu. Bahkan dalam hadits ini diberi ancaman neraka.

✅ Kalau kaki dalam keadaan terbuka hendaklah dibasuh. Beda kalau kaki dalam keadaan memakai sepatu atau kaos kaki, maka bisa cukup diusap sebagaimana nanti akan dijelaskan dalam hadits-hadits selanjutnya dari kitab Umdatul Ahkam.

===================

HADITS 4. UMDATUL AHKAM

FIKIH IBADAH (BERSUCI)

YANG DILAKUKAN KETIKA BANGUN TIDUR ■

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ الله – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ:

“إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَجْعَلْ فِي أَنْفِهِ ، ثُمَّ لِيَنْتَثِرْ. وَمَنِ اسْتَجْمَرَ فَليُوْتِرْ. وَإِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلْيَغْسِِلْ يَدَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَهُمَا فِي الإِنَاءِ ثَلاَثًا؛ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لاَ يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ”

وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ: “فَلْيَسْتَنْشِقْ بِمَنْخَرَيِه مِنَ المَاءِ”

وَفِي لَفْظٍ: “مَنْ تَوَضَّأَ فَلْيَسْتَنْشِقْ”

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika salah seorang di antara kalian berwudhu, maka hendaklah ia menghirup air ke dalam hidung lalu ia menghembuskan keluar. Siapa saja yang beristijmar (membersihkan kotoran saat buang hajat dengan menggunakan batu), hendaklah ia menggunakan batu berjumlah ganjil. Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, hendaklah ia cuci tangannya sebelum ia celupkan ke dalam bejana, mencucinya sebanyak tiga kali dahulu, karena salah seorang di antara kalian tidak tahu ke mana tangannya bermalam semalam.”

Dalam lafazh Muslim disebutkan, “Hendaklah ia menghirup air dengan kedua lubang hidungnya.”

Dalam lafazh lain disebutkan pula, “Barangsiapa yang berwudhu, hendaknya ia menghirupkan air ke lubang hidungnya.”

(HR. Bukhari No. 162 dan Muslim No. 278)

 📝Catatan:

Dalam berwudhu diperintahkan untuk menghirup air ke dalam hidung kemudian menghembuskannya.

Hendaklah mencuci tangan tiga kali ketika bangun dari tidur, tidak langsung mencelupkan tangan ke dalam wadah (ember).

Hikmah kenapa mencuci tangan dahulu karena kita tidak mengetahui ke mana tangan kita bermalam semalam.

===================

HADITS 5. UMDATUL AHKAM

📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)

■ LARANGAN KENCING DI AIR TERGENANG ■

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ:

“لاَ يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِي المَاءِ الدَّائِمِ؛ الَّذِي لاَ يَجْرِي، ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيْهِ.

 وَلِمُسْلِمٍ: “لاَ يَغْتَسِلْ أَحَدُكُمْ فِي المَاءِ الدَّائِمِ وَهُوَ جُنُبٌ

 Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah salah seorang dari kalian kencing di air yang diam yaitu air yang tidak mengalir kemudian ia mandi di dalamnya.”

(HR. Bukhari, no. 239 dan Muslim, no. 282).

Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Jangan salah seorang dari kalian mandi di air yang tergenang dalam keadaan junub.”

📚(HR. Muslim, no. 283).

📝Catatan:

💎Hadits di atas menunjukkan bagaimanakah syariat Islam begitu peduli pada kebersihan dan menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan mudarat.

===================

HADITS 6. UMDATUL AHKAM

📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)

■ CARA MEMBERSIHKAN NAJIS ANJING ■

عن أبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عنهُ أنَّ رَسُولَ للهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّم قالَ: ((إِذَا شَرِبَ الْكَلْبُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْسِلْهُ سَبْعًا)).

ولِمسلمٍ ((أُولاَهُنَّ بِالتُّرَابِ)).

“Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Apabila anjing minum dari bejana salah seorang darimu maka hendaklah ia mencucinya tujuh kali. Dalam riwayat Muslim: yang pertama dengan tanah.”

ولهُ في حديثِ عبدِ اللهِ بنِ مُغَفَّلٍ، أنَّ رَسُولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّم قالَ: ((إِذَا وَلَغَ الْكَلْبُ في الإِنَاءِ فَاغْسِلُوهُ سَبْعًا، وَعَفِّرُوهُ الثَّامِنَةَ بِالتُّرَابِ)).

Dan Muslim juga meriwayatkan dari hadits Abdullah bin Mughoffal: “Apabila anjing menjilat air di bejana salah seorang darimu maka cucilah tujuh kali dan kedelapan campur dengan tanah.”

📝 *Catatan:*

Keagungan syariat Islam. Dimana di zaman ini para ilmuwan menemukan mikroba dalam air liur anjing yang tidak dapat dibersihkan oleh air saja. Tapi harus dengan tanah. Ini menunjukkan mukjizat yang agung akan kebenaran syariat Allah dan bahwa Nabi tidak berbicara dari hawa nafsunya.

===================

📒 HADITS 7. UMDATUL AHKAM

📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)

■ TATA CARA BERWUDHU ■

عن حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رضي اللهُ عنهما : أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ , فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ إنَائِهِ , فَغَسَلَهُمَا ثَلاثَ مَرَّاتٍ ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِي الْوَضُوءِ , ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاثاً , وَيَدَيْهِ إلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلاثًا , ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ , ثُمَّ غَسَلَ كِلْتَا رِجْلَيْهِ ثَلاثًا , ثُمَّ قَالَ : رَأَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَتَوَضَّأُ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ، وَقَالَ : مَنْ تَوَضّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا , ثُم صَلَّى رَكْعَتَيْنِ , لا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبه

“Dari Humran maula (bekas budak) Utsman bin Affan radliyallahu 'anhu. Bahwasannya Utsman meminta diambilkan air wudhu kemudian dia menuangkan air dari bejana ke atas kedua telapak tangannya lalu membasuh keduanya tiga kali. Kemudian dia memasukkan tangan kanannya ke air wudhu lalu berkumur-kumur dan beristinsyaq (menghirup air ke hidung) serta ber-istintsar (mengeluarkan air yang dihirup ke hidung). Kemudian dia membasuh wajahnya tiga kali. Kemudian dia membasuh kedua tangannya hingga siku tiga kali. Kemudian dia mengusap kepalanya. Kemudian dia membasuh kedua kakinya hingga mata kaki tiga kali.

Kemudian Utsman berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dulu berwudhu seperti wudhuku tadi.

Kemudian Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian shalat dua raka’at dalam keadaan tidak terlintas pikiran apapun (dalam urusan keduniaan) di dalam benaknya; niscaya dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.”

(HR Bukhari No. 164 dan Muslim No. 226)

📝Catatan:

1. Disunnahkan mencuci dua tangan tiga kali sebelum berwudhu di luar bejana.

2. Disunnahkan menggunakan tangan kanan ketika mengambil air wudhu untuk mencuci anggota wudhu.

3. Air musta’mal adalah suci dan mensucikan. karena Utsman memasukkan tangannya ke dalam bejana untuk mengambil air wudhu.

4. Disyari’atkan berkumur-kumur, istinsyaq dan istintsar. Pendapat yang kuat adalah hukumnya wajib karena adanya perintah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

5. Disunnahkan mencuci anggota wudhu tiga kali kecuali kepala maka cukup sekali atas pendapat yang kuat.

6. Tidak disunnahkan mencuci tangan melebihi siku-siku dan kaki melebihi mata kaki karena ayat hanya menyebutkan hanya sampai itu, demikian juga kebanyakan shahabat yang mengceritakan wudhu Nabi.

8. Wajib tertib ketika mencuci anggota wudhu.

9. Disunnahkan shalat setelah wudlu dengan penuh kekhusyuan.

10. Kewajiban berwudhu mengikuti tata cara wudlu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

11. Pahala yang disebutkan dalam hadits tersebut bagi yang berwudhu dan shalat setelahnya dua rakaat.

===================

 HADITS 8. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■ SIFAT WUDHU RASULULLLAH ■

عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى المَازِنِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ رَجُلًا، قَالَ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ، وَهُوَ جَدُّ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى أَتَسْتَطِيعُ أَنْ تُرِيَنِي، كَيْفَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ؟ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ: نَعَمْ، فَدَعَا بِمَاءٍ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَ مَرَّتَيْنِ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلاَثًا، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا، ثُمَّ غَسَلَ يَدَيْهِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ إِلَى المِرْفَقَيْنِ، ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ بِيَدَيْهِ، فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ، بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ، ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى المَكَانِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ

Dari Amru bin Yahya al-Maaziini dari bapaknya bahwa seorang berkata kepada Abdullah bin Zaid dan beliau adalah kakek Amru bin Yahya : Apakah Engkau bisa mencontohkan bagaimana dahulu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu? Maka Abdullah bin Zaid berkata: Ya, lalu minta air dan menuangkan ke kedua tangannya lalu mencucinya dua kali, kemudian berkumur-kumur dan menghirup air kehidung tiga kali kemudian mencuci wajah tiga kali kemudian mencuci kedua tangannya dua kali dua kali sampai siku kemudian mengusap kepalanya dengan kedua tangannya lalu memajukan dan memundurkan keduanya. Memulai dengan bagian depan kepalanya hingga membawa keduanya ke tengkuk kemudian mengembalikan keduanya ke tempat mulainya kemudian mencuci kedua kakinya.

📚(HR Bukhari no 185)

📝Catatan:

🌹Wanita dan pria sama dalam tata cara ini. Karena pada asalnya dalam hukum syariat semua yang berlaku pada pria juga berlaku pada wanita dan juga sebaliknya kecuali ada dalil yang mengkhususkannya.
Oleh karena itu Imam al-Bukhori menyampaikan secara mu’allaq dari Said bin al-Musayyib pernyataan beliau:

(الْمَرْأَةُ بِمَنْزِلَةِ الرَّجُلِ تَمْسَحُ عَلَى رَأْسِهَا)

Wanita seperti lelaki mengusap kepalanya.

📜(lihat Fathulbari 1/290)
.
===================

📒 HADITS 9. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■ MENDAHULUKAN YANG KANAN ■

ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ : 

ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻳُﻌْﺠِﺒُﻪُ ﺍﻟﺘَّﻴَﻤُّﻦُ ﻓِﻲ ﺗَﻨَﻌُّﻠِﻪِ , ﻭَﺗَﺮَﺟُّﻠِﻪِ , ﻭَﻃُﻬُﻮﺭِﻩِ , ﻭَﻓِﻲ ﺷَﺄْﻧِﻪِ ﻛُﻠِّﻪِ.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang senang memulai sesuatu dengan kanannya, ketika memakai sandal, bersisir, bersuci, dan pada semua perbuatannya.” 

📚(HR. Bukhari dan Muslim)

📝Catatan:

💎Menggunakan kanan dalam perkara perkara yang baik itu afdlol(lebih utama) secara syariat, akal dan kedokteran.

💬Imam An Nawawi rahimahullah berkata, “Kaidah syariat yang tetap adalah disukai memulai yang kanan dalam perkara perkara yang mulia. Adapun kebalikannya maka dengan memakai yang kiri.”

📜(Syarah shahih Muslim (3/160)

===================

📒 HADITS 10. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■ CAHAYA BEKAS WUDHU ■

عَنْ نُعَيْمِ الْمُجْمِرِ عَنْ أبيِ هريرة رَضِيَ الله عَنْهُ عَنِ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم أنَهُ قَالَ: «إنَّ أمتي يُدْعَون يومَ القيَامةِ غُرُّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثارِ الْوُضُوءِ، فَمن استطَاَعَ مِنْكُمْ أن يُطِيلَ غرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ».

وفي لفظ آخر: رَأيْتُ أبَا هُريرةَ يتوضأ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيهِ حَتى كَادَ يَبْلُغُ المَنْكِبَينِ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ حَتَى رَفَعَ إلَى السَّاقَيْن، ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: «إن أمتي يُدْعَوْنَ يَوْم القِيَامَةِ غرا مُحَجلِين من آثار الوُضُوءِ، فمَنِ اسْتَطَاَعَ مِنْكُمْ أنْ يُطِيل غرته وَتَحْجيلَهُ فَلْيَفْعَل».

وفي لفظ لمسلم: سَمِعْتُ خليلي صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: « تبلغ الحِلْيَةُ من الْمُؤْمِنِ حَيْثُ يَبْلُغُ الْوُضُوءُ».

Dari Nu’aim Al Mujmir, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dalam keadaan putih bercahaya disebabkan bekas wudhu, barangsiapa di antara kalian bisa memperpanjang cahayanya hendaklah ia lakukan.”

(HR. Al-Bukhari & Muslim)

Dalam lafazh yang lain: “aku melihat Abu Hurairah berwudhu, lalu membasuh wajahnya dan kedua tangannya hingga hampir mencapai lengan, kemudian membasuh kedua kakinya hingga meninggi sampai pada kedua betisnya, kemudian dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya umatku datang pada hari kiamat dalam keadaan putih bercahaya disebabkan bekas wudhu. Maka barang siapa di antara kalian mampu untuk memanjangkan putih pada wajahnya maka hendaklah dia melakukannya’.”

(HR. Muslim)

lafazh Muslim: “Perhiasan seorang mukmin adalah sejauh mana air wudhunya membasuh.”

===================

📒 HADITS 11. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■ ADAB BUANG HAJAT ■

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضي الله عنه -: أَنَّ النَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إذَا دَخَلَ الْخَلاءَ قَالَ:

 «اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ».

“Dari Anas_radhiyallahu anhu, ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam tempat buang hajat, maka beliau selalu berdo’a:

ALLAHUMMA INNI A’UUDZU BIKA MINAL KHUBUTSI WAL KHABA`ITS (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan).”

 (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Catatan:

💡Doa ini dibaca ketika akan masuk WC, bukan setelah masuk WC 

===================

📒 HADITS 12. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■ ADAB MASUK WC ■

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – «إذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ، فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ وَلَا بَوْلٍ، وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا».

قَالَ أَبُو أَيُّوبَ: ” فَقَدِمْنَا الشَّامَ، فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ قَدْ بُنِيَتْ نَحْوَ الْكَعْبَةِ، فَنَنْحَرِفُ عَنْهَا، وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ”.

“Dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian mendatangi tempat buang hajat, maka janganlah kalian menghadap kiblat saat buang air besar atau buang air kecil dan jangan pula membelakanginya, tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat.”

Abu Ayyub berkata; “Saat kami mendatangi negeri Syam, kami mendapati WC (disana) dibangun menghadap kiblat, lalu kami berpaling darinya dan meminta ampun kepada Allah.”

(HR. Al-Bukhari & Muslim)

Catatan:

🌹Di negeri yang arah kiblatnya ke barat atau ke timur maka buang hajatnya menghadap ke utara atau selatan.

===================

📒 HADITS 13. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■ ADAB BUANG HAJAT ■

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا – قَالَ: «رَقَيْتُ يَوْمًا عَلَى بَيْتِ حَفْصَةَ، فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقْضِي حَاجَتَهُ مُسْتَقْبِلَ الشَّامَ، مُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ».

“Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Suatu hari saya memanjat rumah Hafshah. Maka saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk untuk buang hajat dalam keadaan menghadap Syam dan membelakangi kiblat.”

(HR. Al-Bukhari & Muslim)

Catatan:

Menurut pendapat yang kuat, buang hajat menghadap atau membelakangi kiblat hukumnya makruh.والله تعالى اعلم بالصواب

===================

📒 HADITS 14. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■ BERISTINJA' ■

عنْ أنَس بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ الله عَنْهُ، أنَّهُ قَالَ: 

“كَانَ رَسول الله يَدْخُلُ الخلاء فَأحْمِلُ أنَا وَغُلام نَحوِى إدَاوَةً مِنْ ماء وَعَنَزَةَ فَيَسْتَنْجِي بِاْلمَاء”.

“Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi buang hajat, maka saya dan seorang pemuda sepertiku membawa satu ember berisi air dan kayu tombak, lalu beliau beristinja’ dengan air.”

(HR. Al-Bukhari & Muslim)

Catatan:

Wajib bagi seseorang dan juga kaum muslimin secara umum untuk menutup auratnya dan jangan sampai tersingkap ketika buang hajat. Allah Ta’ala berfirman:

{قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ}

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
[QS. An Nuur: 30]

Dalam hadits Abdullah bin Ja’far, ia berkata;

«وَكَانَ أَحَبَّ مَا اسْتَتَرَ بِهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَتِهِ، هَدَفٌ أَوْ حَائِشُ نَخْلٍ»

“Sesuatu yang paling disukai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dijadikan alat bersembunyi untuk menunaikan hajatnya adalah bangunan WC dan kebun pohon kurma.” 
(HR. Muslim)

Dalam Hadits Mu’awiyah bin Haidah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« احْفَظْ عَوْرَتَكَ إِلَّا مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُك ».

“Jagalah auratmu kecuali kepada istrimu atau budak yang kamu miliki.” 

(HR. Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan Syaikh Al Albani)

Adapun apabila dia berada di padang pasir atau yang semisalnya, tidak ada WC maupun tempat berlindung untuk buang hajat, maka hendaknya dia menjauh dari pandangan manusia. Sebagaimana yang ditunjukan dalam hadits-hadits berikut ini;

عَنْ مُغِيرَةَ بْنِ شُعْبَةَ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَقَالَ: «يَا مُغِيرَةُ خُذِ الإِدَاوَةَ»، فَأَخَذْتُهَا، فَانْطَلَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَوَارَى عَنِّي، فَقَضَى حَاجَتَهُ.

“Dari Mughirah bin Syu’bah berkata, “Aku pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan, beliau bersabda: “Wahai Mughirah, ambilkan segayung air.” Aku lalu mencarikan air untuk beliau, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi menjauh hingga tidak terlihat olehku untuk buang hajat.

(Muttafqun ‘alaihi)

===================

📒 HADITS 15. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■ LARANGAN BERISTINJA' DENGAN TANGAN KANAN  ■

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْحَارِثِ بْنِ رِبْعِيٍّ الْأَنْصَارِيِّ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ -: أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ «لَا يُمْسِكَنَّ أَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ وَهُوَ يَبُولُ وَلَا يَتَمَسَّحْ مِنْ الْخَلَاءِ بِيَمِينِهِ وَلَا يَتَنَفَّسْ فِي الْإِنَاءِ»

“Dari Abu Qatadah Al Harits bin Rib’iy Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kalian memegang kelaminnya dengan tangan kanan pada waktu kencing. Janganlah mengusap dengan tangan kanan saat buang hajat, dan jangan bernafas di dalam bejana.”

(HR. Al Bukhari – Muslim)

Catatan:

Dilarang memegang kemaluan dengan tangan kanan pada waktu kencing dan demikian pula beristinja’ dengan tangan kanan. Dalil yang lain yang menunjukan larangan ini adalah hadits Salman radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang beristinja’ dengan tangan kanan.

(HR. Muslim)

===================

📒 HADITS 16. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■  DUA HAL YANG MENYEBABKAN SIKSA KUBUR  ■

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا – قَالَ «مَرَّ النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بِقَبْرَيْنِ، فَقَالَ: إنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا: فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الْآخَرُ: فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ فَأَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً، فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ، فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لِمَ فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ: لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا».

“Dari Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena sesuatu yang besar. Yang satu disiksa karena tidak berlindung di saat kencing, sementara yang satunya suka mengadu domba.” Kemudian beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini?” beliau menjawab: “Semoga siksa keduanya diringankan selama dahan pohon ini masih basah.” 

(HR. Al-Bukhari & Muslim)

📝Catatan:

Dengan hadits ini, jumhur ulama berdalil bahwa hukum istinja’ atau istijmar adalah wajib. Barangsiapa tidak beristinja’ setelah buang hajat maka dia berdosa, dan terancam dengan siksa kubur.

Lafazh (لَا يَسْتَتِرُ) dalam hadits memiliki dua makna:

Di saat kencing, dia tidak menghindarkan dirinya dari percikan air kencingnya, yang mana dia adalah najis.

Di saat kencing, dia tidak menjaga auratnya, yaitu dibiarkan tersingkap.

===================

HADITS 17. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■  BERSIWAK  ■

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – عَنْ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ «لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ».

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Seandainya aku tidak khawatir akan memberatkan umatku, niscaya akan aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali akan shalat.”

(HR. Al-Bukhari & Muslim)

===================

HADITS 18. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■ BERSIWAK ■

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا – قَالَ «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ

“Dari Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bangun malam, maka beliau menggosok mulutnya dengan siwak.” [HR. Al Bukhari – Muslim]

Catatan:

Disunnahkan bersiwak ketika bangun tidur malam, baik bangunnya untuk berdzikir, shalat tahajjud, ingin ke kamar mandi, makan sahur atau yang lainnya. Hadits diatas bersifat umum. Disebutkan sebagian ulama bahwa hadits tersebut mencakup pula bangun tidur siang, karena sebab disyariatkan bersiwak setelah bangun tidur karena adanya perubahan bau mulut setelah bangun tidur.

===================

HADITS 19. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■ BERSIWAK ■

عَنْ عَائِشَةَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا – قَالَتْ «دَخَلَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – عَلَى النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَأَنَا مُسْنِدَتُهُ إلَى صَدْرِي، وَمَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سِوَاكٌ رَطْبٌ يَسْتَنُّ بِهِ فَأَبَدَّهُ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بَصَرَهُ. فَأَخَذْتُ السِّوَاكَ فَقَضَمْتُهُ، فَطَيَّبْتُهُ، ثُمَّ دَفَعْتُهُ إلَى النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَاسْتَنَّ بِهِ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – اسْتَنَّ اسْتِنَانًا أَحْسَنَ مِنْهُ، فَمَا عَدَا أَنْ فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: رَفَعَ يَدَهُ – أَوْ إصْبَعَهُ – ثُمَّ قَالَ: فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى – ثَلَاثًا – ثُمَّ قَضَى. وَكَانَتْ تَقُولُ: مَاتَ بَيْنَ حَاقِنَتِي وَذَاقِنَتِي»
وَفِي لَفْظٍ «فَرَأَيْتُهُ يَنْظُرُ إلَيْهِ، وَعَرَفْتُ: أَنَّهُ يُحِبُّ السِّوَاكَ فَقُلْتُ: آخُذُهُ لَكَ؟ فَأَشَارَ بِرَأْسِهِ: أَنْ نَعَمْ» هَذَا لَفْظُ الْبُخَارِيِّ وَلِمُسْلِمٍ نَحْوُهُ.

“Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Suatu ketika Abdurrahman bin Abu Bakr masuk ke rumah sambil membawa kayu siwak yang biasa dia pakai, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersandar di dadaku. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kepadanya. Lalu aku mengambil siwak tersebut, kemudian aku lembutkan (ujung siwak) dan aku rapikan, setelah itu aku berikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pun bersiwak dengannya. Aku tidak pernah melihat sebelumnya beliau bersiwak sebaik itu. Setelah selesai, beliau mengangkat tangannya, atau jarinya seraya berkata; ‘Arrafiiqul A’laa, Arrafiiqul A’laa  sebanyak tiga kali. Lalu beliau wafat. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata; ‘Beliau wafat di antara dagu dan leherku’.” [HR. Al Bukhari – Muslim]

Dalam riwayat lain: Kemudian aku melihat beliau melihat kepadanya. Aku tahu kalau beliau menyukai siwak. Maka aku katakan kepada beliau; ‘Aku ambilkan untukmu? Beliau memberi isyarat dengan mengangguk. [HR. Al Bukhari]

===================

HADITS 20. UMDATUL AHKAM
FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■ BERSIWAK ■

عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – قَالَ «أَتَيْتُ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَهُوَ يَسْتَاكُ بِسِوَاكٍ رَطْبٍ، قَالَ: وَطَرَفُ السِّوَاكِ عَلَى لِسَانِهِ، وَهُوَ يَقُولُ: أع، أع، وَالسِّوَاكُ فِي فِيهِ، كَأَنَّهُ يَتَهَوَّعُ».

“Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku dapati beliau sedang bersiwak dengan siwak yang masih basah. Dan ujung siwak berada di lisannya. sambil mengeluarkan suara, “U’ U’.” Sementara kayu siwak berada di mulutnya seolah ingin muntah.” [HR. Al Bukhari – Muslim]

Catatan:

Boleh bagi seorang pemimpin untuk bersiwak di hadapan bawahan atau rakyatnya. Hal ini tidaklah mengurangi kewibawaan dan kehormatannya sebagai pemimpin.

قَالَ أَبُو مُوسَى: “أَقْبَلْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعِي رَجُلَانِ مِنَ الْأَشْعَرِيِّينَ، أَحَدُهُمَا عَنْ يَمِينِي، وَالْآخَرُ عَنْ يَسَارِي، فَكِلَاهُمَا سَأَلَ الْعَمَلَ، وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَاكُ” الحديث

Abu Musa radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama dengan dua orang dari bani Al Asy’ariyin, seorang berada di sisi kananku dan seorang lagi di sisi kiriku. Keduanya meminta diberi jabatan, sementara saat itu beliau sedang bersiwak…” 
[HR. Al Bukhari – Muslim]

===================

HADITS 21. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■  MENGUSAP SEPATU  ■

عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – قَالَ «كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فِي سَفَرٍ، فَأَهْوَيْتُ لِأَنْزِعَ خُفَّيْهِ، فَقَالَ: دَعْهُمَا، فَإِنِّي أَدْخَلْتُهُمَا طَاهِرَتَيْنِ، فَمَسَحَ عَلَيْهِمَا»

“Dari Al Mughirah bin Syu’bah, ia berkata: “Aku pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan, aku lalu merunduk untuk melepas kedua sepatunya, namun beliau bersabda: “Biarkan saja, karena sesungguhnya aku mengenakan keduanya dalam keadaan suci.” Dan beliau hanya mengusap bagian atas sepatunya.”

📚(HR. Al Bukhari dan Muslim)

===================

HADITS 22. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■  MENGUSAP SEPATU  ■

ﻋَﻦْ ﺣُﺬَﻳْﻔَﺔَ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﻴَﻤَﺎﻥِ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ : ‏ﻛُﻨْﺖُ ﻣَﻊَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ فِي سَفَرٍ، ﻓَﺒَﺎﻝَ ﻭَﺗَﻮَﺿَّﺄَ ﻭَﻣَﺴَﺢَ ﻋَﻠَﻰ ﺧُﻔَّﻴْﻪِ. مُخْتَصَرًا.

“Dari Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu, ia bekata: “Aku bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah perjalanan, beliau pergi buang air kecil kemudian berwudhu dan mengusap sepatunya secara singkat” 
(disebutkan penulis rahimahullah secara ringkas)

📝Catatan:

💡Syarat mengusap khuf adalah ketika khufnya sampai menutup mata kaki.

💡Mengusap kedua khuf sabagai penganti mencuci kedua kaki jika seseorang memakai khuf.

💡Syarat dari ijma, seseorang mengusap khuf adalah ketika dia dalam keadaan suci.

💡Mengusap khuf cukup satu kali.

💡Mengusap khuf diatas punggung mata kaki.

💡Mengusap khuf hanya ketika hadats kecil. Adapun hadats besar dia harus melepasnya.

💡Dipersyaratkan dalam syariat mengusap khuf, apabila sebelum memakainya dalam keadaan suci atau sudah berwudhu terlebih dahulu. Jika dia tidak dalam keadaan suci atau belum pernah berwudhu sebelumnya, kemudian dia memakai khuf, dan di saat berwudhu dia mengusap khufnya maka wudhunya tidaklah sah.

===================
HADITS 23. UMDATUL AHKAM
FIKIH IBADAH (BERSUCI)
 SYARAT SYARAT MENGUSAP SEPATU KHUF / DIATAS SEPATU  ■

عَنْ المغيرة بن شعبة قال: كُنْتُ مَع النبي صلى الله عليه وسلم في سَفَر فَأهوَيْتُ لأنْزِعَ خُفَيْهِ، فَقَالَ: “دَعْهُمَا، فَإنَّي أدْخَلتُهُمَا طاهِرَتَيْنِ” فَمَسَحَ عَلَيْهِمَا.

Dari Al Mughirah bin Syu’bah berkata, “Aku pernah bersama Nabi dalam perjalanan. Aku pun turun untuk melepas kedua sepatu Nabi. Beliau bersabda, ‘biarkan
saja sepatu itu karena aku memakainya dalam keadaan suci.”

(Abu Dawud dalam ath thaharah 45, Bukhari dalam al wudhu’ 75)

===================

HADITS 24. UMDATUL AHKAM
FIKIH IBADAH (BERSUCI)
KENTUT KETIKA SHALAT

عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ بْنِ عَاصِمٍ الْمَازِنِيِّ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – قَالَ «شُكِيَ إلَى النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – الرَّجُلُ يُخَيَّلُ إلَيْهِ: أَنَّهُ يَجِدُ الشَّيْءَ فِي الصَّلَاةِ، فَقَالَ: لَا يَنْصَرِفُ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا، أَوْ يَجِدَ رِيحًا».

“Dari ‘Abbad bin Tamim dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim Al Maziny radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Seorang lelaki diadukan kepada Nabi ﷺ bahwa dia seolah-olah mendapati sesuatu (kentut) ketika shalat. Beliau bersabda, “Dia tidak perlu membatalkan shalatnya hingga dia mendengar suara atau mencium bau.”
 
📚(HR. Al-Bukhari & Muslim)

📝Catatan:

💎Dalam hadits ini terkandung didalamnya qaidah yang agung, sebagaimana yang dikatakan Al Imam An Nawawy rahimahullah: “Hadits ini merupakan prinsip dasar Islam dan kaidah yang agung dari kaidah-kaedah ilmu fiqih, yaitu segala sesuatu dihukumi dengan hukum asalnya hingga datang (hukum) yang menetapkan kebalikannya, tidaklah bisa dirusak (hukum asal) disebabkan karena sekedar keraguan yang muncul.”

 📖 (Syarah Shahih Muslim: 4/49)

💡Kaidah ini dinamakan oleh Ahli ilmu ushul “Sesuatu yang yakin tidaklah dapat dihilangkan dengan suatu keraguan”.

🎙Berkata Al Imam An Nawawy rahimahullahu: “Di antara contoh masalah dari kaidah ini adalah barangsiapa ragu dalam mencerai istrinya, membebaskan budaknya, air itu najis ataukah suci, pakaian, makanan tersebut najis ataukah tidak, apakah telah shalat tiga rakaat atau empat, sudah ruku’ dan sujud apa belum, telah niat berpuasa, shalat, berwudhu, i’tikaf ataukah belum, dalam keadaan dia di tengah-tengah ibadahnya dan yang semisalnya, maka semua bentuk keraguan tersebut tidaklah mempengaruhi ibadahnya. Hukum asal semua ini tidak terjadi.” 

📖 (Syarah Shahih Muslim: 4/50)

===================

HADITS 25. UMDATUL AHKAM

📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)

■KENCING BAYI■

عَنْ أُمِّ قَيْسِ بِنْتِ مِحْصَنٍ الْأَسَدِيَّةِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا – «أَنَّهَا أَتَتْ بِابْنٍ لَهَا صَغِيرٍ، لَمْ يَأْكُلْ الطَّعَامَ، إلَى رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَأَجْلَسَهُ فِي حِجْرِهِ، فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ، فَدَعَا بِمَاءٍ فَنَضَحَهُ عَلَى ثَوْبِهِ، وَلَمْ يَغْسِلْهُ».

وفي حديث عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا – «أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أُتِيَ بِصَبِيٍّ، فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ، فَدَعَا بِمَاءٍ، فَأَتْبَعَهُ إيَّاهُ». وَلِمُسْلِمٍ: «فَأَتْبَعَهُ بَوْلَهُ، وَلَمْ يَغْسِلْهُ» .

“Dari Ummu Qais binti Mihshan Al Asadiyah radhiyallahu ‘anha, bahwa dia datang menemui Rasulullah ﷺ dengan membawa anaknya yang masih kecil dan belum makan makanan. Rasulullah lalu mendudukkan anak kecil itu dalam pangkuannya sehingga ia kencing dan mengenai pakaian beliau. Beliau kemudian minta diambilkan air, lalu memercikkannya dan tidak mencucinya.”

📚(HR. Al-Bukhari & Muslim)

💎Dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Bahwa Rasulullah ﷺ pernah diserahi bayi yang kemudian bayi tersebut mengencingi pakaian beliau. Beliau lalu meminta sedikit air kemudian mencipratkan air pada bekas air kencing tersebut.”

📚 (HR. Al-Bukhari & Muslim)

📜 Dalam riwayat Muslim: “kemudian mencipratkan air pada bekas air kencing tersebut tanpa mencucinya.”

📝Catatan:

🎙Berkata Al Khathaby rahimahullah: “Dibolehkannya memerciki (air kencing) bayi laki-laki bukanlah karena air kencingnya tidak najis, akan tetapi karena ada keringanan pada cara menghilangkan (najisnya). Ini adalah pendapat yang benar.

📚 (Syarah Shahih Muslim: 3/195)

===================

HADITS 26. UMDATUL AHKAM

FIKIH IBADAH (BERSUCI)

CARA MENSUCIKAN BEKAS KENCING DITANAH

Dari Yahya bin Sa'id berkata :

أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي طَائِفَةِ الْمَسْجِدِ فَزَجَرَهُ النَّاسُ فَنَهَاهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَضَى بَوْلَهُ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَنُوبٍ مِنْ مَاءٍ فَأُهْرِيقَ عَلَيْهِ

"Anas bin Malik berkata, 'Seorang Arab badui datang lalu kencing di sudut Masjid, maka orang-orang yang hadir pun ingin mengusirnya, tetapi Nabi ﷺ melarang mereka. Setelah orang itu selesai dari kencingnya Nabi ﷺ minta setimba air lalu menyiram pada bekas kencing tersebut'."

(HR. Bukhari No. 221 dan Muslim No. 285)

Catatan :
 
Cara membersihkan kencing diatas tanah adalah mengguyurnya dengan air. Tidak disyariatkan memindah tanah dari tempatnya atau membalikannya.

Ketika terdapat beberapa kerusakan, yang dilakukan adalah yang paling sedikit kerusakanya. Rasulullah ﷺ membiarkan orang Arab Badui tersebut untuk menyempurnakan kencingnya karena adanya kerusakan yang lebih besar bila memaksa untuk menghentikannya. Seperti kencingnya menjadi berceceran di banyak tempat tidak pada satu titik, dan bisa menimbulkan penyakit bagi si Arab Badui.

===================

HADITS 27. UMDATUL AHKAM

FIKIH IBADAH (BERSUCI)

SUNNAH FITRAH

Dari Abu Hurairah berkata: saya mendegar Rasulullah ﷺ bersabda : 

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْآبَاطِ

“Ada lima macam fitrah, yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari 5891 dan Muslim 258)

===================

📒 HADITS 28. UMDATUL AHKAM

📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)

MANDI JANABAH

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – «أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – لَقِيَهُ فِي بَعْضِ طُرُقِ الْمَدِينَةِ، وَهُوَ جُنُبٌ، قَالَ: فَانْخَنَسْتُ مِنْهُ، فَذَهَبْتُ فَاغْتَسَلْتُ، ثُمَّ جِئْتُ، فَقَالَ: أَيْنَ كُنْتَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟ قَالَ: كُنْتُ جُنُبًا، فَكَرِهْتُ أَنْ أُجَالِسُكَ وَأَنَا عَلَى غَيْرِ طَهَارَةٍ، فَقَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ، إنَّ الْمُسْلِمَ لَا يَنْجُسُ».

💬“Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi ﷺ pernah berjumpa dengannya di salah satu jalan Madinah, sementara ia dalam keadaan junub.” Abu Hurairah berkata, ‘Aku malu dan pergi diam-diam’. Abu Hurairah kemudian pergi mandi dan kembali lagi setelah itu, lalu beliau ﷺ bertanya: “Kemana saja kamu tadi wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab: “Aku tadi dalam kondisi junub. Dan aku tidak ingin duduk bersamamu dalam keadaan belum bersuci.” Beliau pun bersabda: “Subhaanallah! Sesungguhnya seorang Muslim itu tidak najis.”

📚 (HR. Al-Bukhari & Muslim)

📝Catatan:

💎Hadits ini menunjukkan sucinya badan seorang muslim.

🎙Berkata Al Imam An Nawawi rahimahullah: “Hadits ini merupakan asas yang agung yang menyatakan sucinya badan seorang muslim, baik dalam kondisi hidup maupun sudah meninggal. Adapun jika masih hidup maka dia suci dengan ijma’nya kaum muslimin, sedangkan jika sudah meninggal maka pendapat yang rajih (jasadnya) tetap suci.” 

===================

HADITS 29 & 30. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
■MANDI JANABAH■

Hadits 29:

عَنْ عَائِشَةَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا – قَالَتْ «كَانَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ غَسَلَ يَدَيْهِ، ثُمَّ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ، ثُمَّ اغْتَسَلَ، ثُمَّ يُخَلِّلُ بِيَدَيْهِ شَعْرَهُ، حَتَّى إذَا ظَنَّ أَنَّهُ قَدْ أَرْوَى بَشَرَتَهُ، أَفَاضَ عَلَيْهِ الْمَاءَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ سَائِرَ جَسَدِهِ، وَكَانَتْ تَقُولُ: كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – مِنْ إنَاءٍ وَاحِدٍ، نَغْتَرِفُ مِنْهُ جَمِيعًا.
 
“Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,: “Nabi Rasulullah ﷺ , jika mandi janabah, mencuci tangannya dan berwudhu’ sebagaimana wudhu’ untuk shalat. Kemudian mandi dengan meratakan air ke celah-celah rambutnya dengan tangannya, hingga bila telah yakin bahwa dirinya telah membasahi dasar kulit kepalanya, selanjutnya Beliau mengguyurkan air ke atas kepalanya tiga kali. Lalu membasuh seluruh badannya”. ‘Aisyah berkata,: “Aku pernah mandi bersama Rasulullah ﷺ dari satu bejana di mana kami saling mengambil (menciduk) air bersamaan”.

📚 (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Hadits 30:

عَنْ مَيْمُونَةَ بِنْتِ الْحَارِثِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا – زَوْجِ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهَا قَالَتْ «وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَضُوءَ الْجَنَابَةِ، فَأَكْفَأَ بِيَمِينِهِ عَلَى يَسَارِهِ مَرَّتَيْنِ – أَوْ ثَلَاثًا – ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ، ثُمَّ ضَرَبَ يَدَهُ بِالْأَرْضِ، أَوْ الْحَائِطِ، مَرَّتَيْنِ – أَوْ ثَلَاثًا – ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ، وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ، ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ، ثُمَّ غَسَلَ جَسَدَهُ، ثُمَّ تَنَحَّى، فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ، فَأَتَيْتُهُ بِخِرْقَةٍ فَلَمْ يُرِدْهَا، فَجَعَلَ يَنْفُضُ الْمَاءَ بِيَدِهِ. «
 
“Dari Maimunah bintul Harits radhiyallahu ‘anha, istri Nabi ﷺ, ia berkata, “Aku mengambilkan untuk Rasulullah ﷺ air wudhu untuk mandi janabah. Beliau menuangkan dengan telapak tangan kanannya ke atas telapak tangan kirinya lalu mencucinya dua kali atau tiga kali. selanjutnya mencuci kemaluannya dan kemudian memukulkan tangannya ke tanah atau dinding dua kali atau tiga kali. Kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung lalu mencuci wajahnya dan kedua lengannya. Kemudian mengguyurkan air ke atas kepalanya lalu membasuh badannya. Kemudian berpindah dari tempat mandinya, lalu membasuh kakinya”. Selanjutnya aku berikan handuk kepada Beliau, namun Beliau menolaknya, Beliau mengeringkan air dari badannya dengan tangannya.”

(HR. Al-Bukhari & Muslim)

===================

 HADITS 34. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
MANDI JANABAH

ﻋَﻦْ ﻣَﻴْﻤُﻮﻧَﺔَ ﺑِﻨْﺖِ ﺍﻟْﺤَﺎﺭِﺙِ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺯَﻭْﺝِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻧَّﻬَﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ :  ﻭَﺿَﻌْﺖُ ﻟِﺮَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺿُﻮﺀَ ﺍﻟْﺠَﻨَﺎﺑَﺔِ، ﻓَﺄَﻛْﻔَﺄَ ﺑِﻴَﻤِﻴﻨِﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻳَﺴَﺎﺭِﻩِ ﻣَﺮَّﺗَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﺛَﻠَﺎﺛًﺎ ﺛُﻢَّ ﻏَﺴَﻞَ ﻓَﺮْﺟَﻪُ، ﺛُﻢَّ ﺿَﺮَﺏَ ﻳَﺪَﻩُ ﺑِﺎﻟْﺄَﺭْﺽِ، ﺃَﻭْ ﺍﻟْﺤَﺎﺋِﻂِ، ﻣَﺮَّﺗَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﺛَﻠَﺎﺛًﺎ. ﺛُﻢَّ ﺗَﻤَﻀْﻤَﺾَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻨْﺸَﻖَ، ﻭَﻏَﺴَﻞَ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﻭَﺫِﺭَﺍﻋَﻴْﻪِ، ﺛُﻢَّ ﺃَﻓَﺎﺽَ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﺍﻟْﻤَﺎﺀَ، ﺛُﻢَّ ﻏَﺴَﻞَ ﺟَﺴَﺪَﻩُ، ﺛُﻢَّ ﺗَﻨَﺤَّﻰ، ﻓَﻐَﺴَﻞَ ﺭِﺟْﻠَﻴْﻪِ، ﻓَﺄَﺗَﻴْﺘُﻪُ ﺑِﺨِﺮْﻗَﺔٍ ﻓَﻠَﻢْ ﻳُﺮِﺩْﻫَﺎ، ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﻳَﻨْﻔُﺾُ ﺍﻟْﻤَﺎﺀَ ﺑِﻴَﺪِﻩِ.

Maimunah binti Al Harits radhiyallahu 'anha istri nabi ﷺ menceritakan "aku pernah menyiapkan air untuk mandi junub beliau Rasulullah ﷺ menuangkan bejana dengan tangan kanan ke tangan kirinya dan membasuhnya dua kali atau tiga kali kemudian beliau membersihkan kemaluan nya lalu menggosok kan tangannya ke tanah atau dinding sebanyak dua kali atau tiga kali, setelah itu beliau berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung, membasuh wajah dan kedua sikunya, beliau menuangkan air ke bagian kepala, meratakannya ke seluruhan tubuh, kemudian menjauh dari tempat mandinya dan mencuci kedua kakinya, aku membawakan untuk beliau sehelai kain (handuk) tetapi beliau tidak menginginkannya beliau menyapu sisa air mandi dengan tangannya.

HR. Bukhari 374 dan Muslim 317.

Catatan :
Pemberitahuan ada 3 hadits terlewat, dan kesalahan penomoran hadits, sehingga langsung ke nomor 34.

===================

 HADITS 35. UMDATUL AHKAM
📚 FIKIH IBADAH (BERSUCI)
TIDUR DALAM KEADAAN JUNUB

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّ عُمَرَبْنَ الخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ يَارَسُولَ اللهِ اَيَرْقُدُ اَحَدُنَا وهو جُنُبٌ؟ نَعَمْ اِذَا تَوَضَّاَ اَحَدُكُمْ فَلْيَرْقُدْ وهو جُنُبٌ.

Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhuma pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, bolehkah salah seorang diantara kami tidur dalam keadaan junub?" Beliau menjawab, "Iya boleh jika ia telah berwudhu, silahkan tidur meski masih dalam keadaan junub.''

HR. Bukhari no. 287 dan Muslim no. 306.

Insyaallah bersambung

Sumber : https://t.me/salafysala3



KOMENTAR

BLOGGER
Nama

Adab-Akhlak,234,Akhirat,22,Akhwat,108,Anak Muda dan Salaf,238,Anti Teroris,2,Aqidah,279,Arab Saudi,12,Asma wa Shifat,2,Audio,44,Audio Singkat,8,Bantahan,103,Bid'ah,59,Biografi,86,Cerita,64,Cinta,10,Dakwah,47,Doa Dzikir,67,Ebook,15,Fadhilah,71,Faedah Ringkas,17,Fatwa Ringkas,4,Fiqih,344,Ghaib,17,Hadits,169,Haji-Umroh,16,Hari Jumat,31,Hari Raya,5,Ibadah,43,Info,80,Inspiratif,39,IT,10,Janaiz,7,Kata Mutiara,128,Keluarga,237,Khawarij,21,Khutbah,4,Kisah,289,Kitab,6,Kontemporer,155,Manhaj,177,Muamalah,46,Nabi,20,Nasehat,633,Poster,7,Puasa,53,Qurban,18,Ramadhan,51,Rekaman,2,Remaja,155,Renungan,95,Ringkasan,100,Sahabat,69,Sehat,25,Sejarah,53,Serial,3,Shalat,157,Syiah,25,Syirik,15,Tafsir,49,Tanya Jawab,594,Tauhid,54,Tazkiyatun Nafs,108,Teman,20,Thaharah,21,Thalabul Ilmi,149,Tweet Ulama,6,Ulama,88,Ustadz Menjawab,9,Video,20,Zakat,12,
ltr
item
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy: Terjemah Umdatul Ahkam Kitab At Thaharah (Bersuci)
Terjemah Umdatul Ahkam Kitab At Thaharah (Bersuci)
Terjemah Hadits Kitabut Thaharah Bersuci dari Kitab Umdatul Ahkam Hadits Shahih Bukhari dan Muslim
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKUACLnj-RZwvc4HmHq28nanbRnS9cZkqTrmXeKg2nyRsvNHJ_cBgO19T8tosxa8Djm2WVDXmmksy4C7gp7VZNtmrbTfttiKaApLm-HWY5lBH08kPPNOHAopEN51Rhr5nZQYvDovQNNnbCbtGGm7C9qUxKJxau926jSsrTk_86XIfQPtaxRM9LlQI1tA/s320/umdatul%20ahkam%20thaharah.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKUACLnj-RZwvc4HmHq28nanbRnS9cZkqTrmXeKg2nyRsvNHJ_cBgO19T8tosxa8Djm2WVDXmmksy4C7gp7VZNtmrbTfttiKaApLm-HWY5lBH08kPPNOHAopEN51Rhr5nZQYvDovQNNnbCbtGGm7C9qUxKJxau926jSsrTk_86XIfQPtaxRM9LlQI1tA/s72-c/umdatul%20ahkam%20thaharah.jpg
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
https://www.atsar.id/2022/11/terjemah-umdatul-ahkam-kitab-at-thaharah.html?m=0
https://www.atsar.id/?m=0
https://www.atsar.id/
https://www.atsar.id/2022/11/terjemah-umdatul-ahkam-kitab-at-thaharah.html
true
5378972177409243253
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA POST Selengkapnya Balas Batal Balas Hapus Oleh Beranda HALAMAN POSTS Lihat Semua BACA LAGI YUK LABEL ARSIP SEARCH ALL POSTS Al afwu, artikel tidak ditemukan Kembali ke Beranda Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Min Sen Sel Rab Kam Jum Sab Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des baru saja 1 menit yang lalu $$1$$ minutes ago 1 jam yang ago $$1$$ hours ago Kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago lebih dari 5 pekan yang lalu Pengikut Ikut THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy