ARBAʼIN NAWAWIYYAH Hadits 1 Setiap Amalan Tergantung Niatnya
BELAJAR HADITS ARBAʼIN NAWAWIYYAH (BAG. 1)
📚 Serial: Hadits 1 || Nilai Amalan Ditentukan dari Niat
عن أميرِ المؤمنينَ أبي حفصٍ عمرَ بنِ الخطَّابِ رَضِي اللهُ عَنْهُ قالَ: سَمِعْتُ رسولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقولُ:
{إِنَّمَا الأَعْمَالُ بالنِّيَّاتِ وإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ ما نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَو امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ}.
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya tiap amal tergantung dengan niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya. Maka, barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya; dan barang siapa yang hijrahnya kepada dunia yang ingin diraih atau wanita yang ingin dinikahi, maka hijrahnya kepada tujuannya tersebut.”
[Muttafaqun ‘Alaihi: Shahih al-Bukhari (no. 1, 54, 2529, 3898, 5070, 6689, 6953), Shahih Muslim (no. 1907)].
_
✅ Petikan Hikmah dalam Hadits
1. Banyak pahala diraih dengan niat yang baik.
Aktivitas mubah yang biasa dilakukan sehari-hari jadi bernilai pahala jika niat menjalaninya untuk kebaikan.
Duduk bersama seorang muslim, membicarakan hal-hal yang mubah (bukan dosa) dengan niat membuatnya bahagia; maka duduk-duduk dan obrolan itu bernilai pahala. Karena niatnya di atas ibadah: membahagiakan seorang muslim.
Begitu pula makan, minum, juga tidur. Bisa bernilai pahala bila niatnya untuk menopang ibadah.
Mu‘adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata,
أَحْتَسِبُ نَوْمَتِي كَمَا أَحْتَسِبُ قَوْمَتِي.
“Aku berharap pahala dari tidurku; sama seperti aku berharap pahala dari ibadah malamku.” (Al-Bukhari, 4342)
2. Hadits di atas hanya membahas tentang pentingnya niat; nilai sebuah ibadah diukur dari niat. Bukan menjelaskan bahwa niat saja sudah cukup walaupun amalan yang dikerjakan buruk.
Hal ini terlihat jelas dalam contoh yang disebutkan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Amalannya sama: hijrah. Nilainya berbeda, karena beda tujuannya.
3. Memberi contoh saat mengajar ialah langkah yang penting. Kadang ada pembahasan yang terasa sulit, lalu menjadi mudah karena adanya contoh.
Kadang juga ada pembahasan yang memang cukup mudah, menjadi bertambah mudah dan ringan dihafal juga karena contoh. Dan kita melihat dalam hadits di atas, Nabi Muhammad ﷺ memberikan contoh langsung terkait niat.
4. Syahwat adalah salah satu perkara dunia yang paling melalaikan manusia dan bisa melemahkan kekuatannya dalam menjalankan agama.
Lihat pada sabda beliau, “atau wanita yang ingin dinikahi.” padahal menikahi wanita termasuk niatan dunia yang sudah tercakup dalam sabda beliau, “barang siapa yang hijrahnya kepada dunia yang ingin diraih.”
Ini bukti bahwa seseorang tidak boleh menganggap kecil perkara syahwat; yakni berdekatan dengan jalan dan sarananya. Bisa saja tanpa disadarinya, ia telah jauh meninggalkan petunjuk agamanya.
🏷️ Referensi: Taʼliqat Tarbawiyah ‘ala al-Arbain an-Nawawiyyah.
✍️ -- Hari Ahadi @ Kota Raja
▶️ Mari ikut berdakwah dengan turut serta membagikan artikel ini, asalkan ikhlas insyaallah dapat pahala.
📡 https://t.me/nasehatetam
🖥 www.nasehatetam.net
KOMENTAR