Hukum naqii'ah acara makan setelah safar pulang seperti haji dan umroh?
MEMBUAT ACARA MAKAN-MAKAN SEPULANG DARI UMROH
Pertanyaan,
ana mau bertanya ustadz; Bolehnya membuat acara makan-makan setelah pulang nya dari Umroh, Jazakumullahu Khairan
Jawaban,
al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin 'Umar hafizhahullah,
Jika yang dimaksud, acara makan-makan sepulang dari safar, karena pulang umrah atau haji, termasuk ke dalam pulang dari safar secara umum, maka mempersiapkan makanan dan membagi-bagikannya ketika seseorang baru tiba dari safar dinamakan dengan naqii'ah.
Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Al-Imam al-Bukhari menyebutkan bab khusus di dalam shahihnya.
باب الطعام عند القدوم
"Bab menyediakan makanan ketika tiba."
Al-Hafidz ibnu Hajar berkata,
أي من السفر وهذا الطعام يقال له النقيعة
"Yakni dari safar dan hal ini dinamakan dengan naqii'ah" (Fath al-Baari, 6/194).
Dan al-Imam al-Bukhari juga menyebutkan apa yang dilakukan oleh Ibnu Umar,
وكان ابن عمر يفطر لمن يغشاه
"Ibnu Umar memberi makan bagi siapa saja yang mendatanginya"
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata,
ابن عمر كان إذا قدم من سفر أطعم من يأتيه
"Ibnu Umar apabila tiba dari safar, beliau memberi makan kepada siapa saja yang mendatanginya" (Fath al-Baari, 6/194).
Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata,
يستحب النقيعة وهي طعام يعمل لقدوم المسافر ويطلق على ما يعمله المسافر القادم وعلى ما يعمله غيره له...ومما يستدل به لها حديث جابر رضي الله عنه " أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما قدم المدينة من سفره نحر جزورا أو بقرة " رواه البخاري
"Disunahkan melakukan Naqii'ah yaitu makanan yang dibuat karena datangnya musafir. Dimaknakan pada apa yang dibuat oleh musafir yang baru tiba dan yang dibuat oleh orang lain untuknya. Dalilnya adalah hadis dari Jabir radhiyallahu 'anhu, 'Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mendatangi Madinah dari safarnya, beliau menyembelih unta atau sapi" (al-Majmuu', 4/400).
Syekh Abdul Muhsin al-Abbad berkata,
كون المرء يصنع طعاما ويدعو الناس إليه عند القدوم من السفر جاءت بذلك السنة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، وذلك لما جاء في هذا الحديث: (أنه لما قدم المدينة ذبح جزورا أو بقرة) يعني: على الشك إما هذا وإما هذا، وهذا يدل على جواز مثل ذلك، وأن الإنسان إذا قدم من سفر له أن يذبح شيئا شكرا لله عز وجل على كونه وصل سالما...
"Seseorang membuat makanan dan mengundang manusia ketika tiba dari safar, hal ini disebutkan di dalam sunnah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Yakni sebagaimana disebutkan di dalam hadis ini 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila tiba di Madinah, beliau menyembelih unta atau sapi', yaitu terjadi keraguan. Bisa jadi dengan unta atau bisa jadi dengan sapi. Ini menunjukkan bolehnya hal ini, dan apabila seseorang tiba dari safar, boleh dia menyembelih sesuatu karena bersyukur kepada Allah azza wa jalla atas keberadaannya telah sampai dalam keadaan selamat" (Syarh sunan Abī Dāud, 423/36).
Namun, yang perlu diperhatikan, tidak boleh seseorang berlebih-lebihan, berfoya-foya dan memberat-beratkan diri dalam hal ini sehingga terjatuh ke dalam perkara yang melampaui batas dan tidak boleh pula ada amalan-amalan yang tidak dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti doa berjamaah, zikir berjamaah dan amalan lainnya yang tidak ada contohnya dari Nabi dan para sahabat.
Wallahua'lam
📃 𝐒𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫: 𝐌𝐚𝐣𝐦𝐮'𝐚𝐡 𝐚𝐥-𝐅𝐮𝐝𝐡𝐚𝐢𝐥
✉️ 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢: https://t.me/TJMajmuahFudhail
KOMENTAR