Tidak semua kejahilan mendapatkan udzur, ayo semangat menuntut ilmu.
KEJAHILAN, TIDAK SEMUA ORANG DAPAT UDZUR KARENANYA
Al Ustadz Usamah Faishol Mahri Hafizhahullah
Syaikhul Islam juga menyebutkan: Tercela orang yang jahil itu saat telah dijelaskan kepadanya al-Haq, tetap dia tinggalkan. Atau dia kurang di dalam.. kurang semangat, kurang bersungguh-sungguh di dalam mencari al-Haq, agar tampak baginya al-Haq. Atau dia berpaling karena hawa nafsunya, atau mungkin karena malas memang.
Semua itu mengakibatkan orang tercela karena kejahilannya.
Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah juga menyebutkan: Kejahilan, ngga semuanya orang kemudian dapat udzur karenanya, kemudian dengan gampangnya dia katakan oo.. ma'zur, ya dikasih udzurlah namanya orang jahil, ngga semuanya. Dan tidak semudah itu setiap orang jahil kemudian dikatakan dapat udzur dikasih udzur karena kejahilannya. Terutama saat orang seperti dia memungkinkan sebetulnya bagi dirinya untuk belajar, tapi dia ngga lakukan, sementara ada syubhat dikepalanya, dia tidak berusaha bagaimana menyingkirkan syubhat itu.
Ya.. sebagai contoh beliau sebutkan kalau orang menganggap sesuatu itu halal, entah itu makanan atau yang lain.. yang dia pakai yang dia ini. Saat kemudian dikatakan padanya... kaif ya akhi ngga boleh, haram ini! paling tidak, semestinya muncul syubhat bagi dirinya, apa betul ini haram? loh selama ini ana makan, selama ini ana pakai, selama ini ana bermuamalah dengannya. Semestinya dari situ dia belajar, dia cari tahu, karena sudah syubhat sekarang, dia ngga akan berhenti sampai tau kebenarannya, halal atau haram ini? Itu yang seharusnya, bukan kemudian dia santai, tetap saja terus berjalan dan melanjutkan apa yang dia anggap benar.
Maka yang semacam ini..mufarrid, menyia-nyiakan. Ngga mau belajar, ngga mau tanya. Tidak diberi udzur karena kejahilannya.
Kecuali orang yang jahil, dia tidak ada syubhat, dia sangka memang itu haq, dan tidak ada keinginan pada dirinya untuk menyelisihi al Haq, tidak menginginkan kemaksiatan, yang semacam ini tentu ada udzur baginya. Dia bukan tipe orang yang malas untuk belajar, bukan orang yang menyia-nyiakan kesempatan untuk dia tau, bertanya. Maka beda yang satu dengan yang lainnya.
Ala kuli hal, kejahilan itu jelek dan tercela.
Kata Ali radhiyallahu Ta'ala anhu: Cukup bukti kejahilan itu tercela orang yang berada padanya berlepas diri darinya dan tidak mau dinisbatkan padanya.
Begitukan kenyataannya?
Padahal dia di dalam kejahilan itu jelas-jelas. Tapi kamu katakan, ya Fulan: kamu ini jahil! Ngga terima dia, marah dia, siapapun orangnya? bahkan orang awan sekalipun ngga akan terima kamu katakan dia jahil, padahal memang dia ada dalam kejahilan itu, menunjukkan kejahilan itu dibenci sebetulnya, orang ngga senang. Walupun dia ngga sadar dia berada dalam kejahilan.
Dan kebenaran atau ilmu itu mulia, disenangi bahkan oleh orang yang tidak memilikinya.. bahkan oleh orang yang tidak memilikinya. Bangga untuk dinisbatkan pada ilmu.
Oo Fulan alim, padahal ngga punya ilmu.
Bangga orang senang, karena kemuliaan ilmu, terhormat, orang cinta dan senang padanya.
Bahkan dalam urusan duniawi. Jangankan masalah yang jauh lebih mulia, agama. Urusan dunia, orang sampai ngaku-ngaku kan? atau membuat rekayasa ijazah palsu misalnya lulusan perguruan tinggi mana begitu, padahal palsu.
Karena orang bangga dan senang dengan ilmu, walaupun dia tidak berada padanya.
https://t.me/salafyjember/451
KOMENTAR