Tunjukkanlah dirimu sebagai pejuang saat di rumah. Menangkanlah hati orang tua dengan membuat mereka tersenyum
(128)
Santri, Pulanglah Membawa Kemenangan!
Thalabul Ilmi memang jalan perjuangan. Pelakunya disebut pejuang. Pesantren adalah medan laga dan area berperang.
Melawan siapa?
Di pesantren, Santri sedang berperang melawan hawa nafsunya. Usia remaja sangat rawan akan godaan syahwat. Begitu rentan menjadi korban kepalsuan pernak-pernik dunia. Santri mesti bertekad menjadi pemenang.
Di pesantren, Santri harus berperang. Ia dituntut mengalahkan ego dan individualis nya. Kebersamaan dan kemajemukan mesti selalu dikedepankan.
Di pesantren, Santri mau tak mau akan berlaga. Bertempur menaklukkan sifat kanak-kanak, manja, dan cengeng. Ia dihadapkan pada satu jalan hidup yang mustahil terelakkan; kedewasaan dan kemandirian.
Bertahun-tahun ditempa di medan juang, digembleng oleh aneka keadaan, dan seringkali terjatuh penuh luka.
Harusnya, seorang Santri terbentuk sebagai ksatria tangguh berwatak perwira. Kuat, ulet, dan pantang menyerah. Bi idznillah.
Namun, jangan bangga dan besar kepala!
Sebab, hakikat medan juang Santri adalah berbakti kepada orang tua!
Buktikan itu di saat-saat liburan! Tunjukkanlah dirimu sebagai pejuang saat di rumah. Menangkanlah hati orang tua dengan membuat mereka tersenyum, bahkan menangis bahagia!
Seorang pemuda bermohon ijin kepada Rasulullah ﷺ agar diikutkan berangkat berperang.
Nabi Muhammad ﷺ justru bertanya, " Apakah kedua orang tua mu masih hidup? "
" Iya. Masih hidup ", jawabnya.
Nabi Muhammad ﷺ perintahkan ia pulang dan berpesan :
فَفِيهِما فَجَاهِدْ
" Berjuanglah dengan berbakti kepada kedua orang tua mu! " (HR Bukhari 3004 Muslim 2549 dari sahabat Abdullah bin Amr)
Riwayat Abu Dawud menyebutkan saat pemuda itu berangkat, kedua orang tuanya menangis.
Di riwayat itu, Nabi Muhammad ﷺ bersabda :
ارجعْ إليهِما و أَضْحِكْهُمَا كما أبكيْتَهُمَا
" Pulanglah engkau! Buat kedua orang tua mu tertawa, sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis "
Santri...jika liburan tiba, bukan artinya engkau di rumah berleha-leha. Bersantai ria. Bermanja suka-suka. Kesempatan minta sini minta sana. Bukan!
Santri...saat engkau pulang, jangan berpikir untuk dilayani sebagai raja. Bertitah dalam perintah. Berkehendak tanpa boleh ditolak. Semua mau harus sesuai engkau.
Pulang ke rumah maknanya meraih kemenangan.
Kemenangan apa?
Memenangkan hati orang tua. Buatlah mereka tertawa! Mereka menyembunyikan tangis karena berpisah denganmu. Habis terperas pikiran mereka sebab mengingatmu.
Jangan engkau pikir tenang hidup mereka! Tidak ada orang tua yang dapat tenang bila jauh dari anaknya. Setiap waktu, wajah dan cerita tentangmu yang mengisi ingatan orang tua.
Maka, selagi di rumah, senang-senangkanlah orang tua. Bikin mereka gembira. Buatlah mereka berbangga. Hapus lelah dan letih orang tua dengan akhlak dan perilaku mulia.
Rajinlah! Rajin ibadah. Rajin bersih-bersih. Rajin membantu. Rajin membersamai. Rajin mendampingi.
Berbicaralah dengan lemah lembut. Jangan kasar apalagi membentak. Betah-betahlah di rumah! Bukan malah pergi tak pulang-pulang ke rumah.
Ingat, Santri adalah pejuang. Area juang sesungguhnya adalah rumah. Rebutlah hati orang tua. Menangkanlah senyum mereka!
Jangan lupa untuk mendoakan kebaikan untuk orang tua!
Ketika ayahnya meninggal dunia, Amir bin Abdillah mengatakan, " Ayahku meninggal dunia. Selama satu tahun setelahnya, saya tidak meminta kepada Allah kecuali agar ayahku diampuni " ( Uyunul Akhbar 3/98 )
Urwah bin Zubair dalam sujud berdoa, " Ya Allah, ampunilah Zubair bin Awam dan Asma' binti Abi Bakar ". Zubair dan Asma' adalah ayah ibunya. ( Birrul Walidain, Turthusyi hal.77)
Abu Yusuf Al Faqih, murid kepercayaan Imam Abu Hanifah, setiap selesai salat berdoa, " Ya Allah, ampunilah kedua orang tua ku dan Abu Hanifah " ( Birrul Walidain, hal 77)
Demikianlah seorang pejuang! Tidak lupa kepad orang yang telah berjasa. Orang yang sabar mendidik dan merawatnya, yakni orang tua dan gurunya.
Lendah 14 Zulhijjah 1443 H/14 Juli 2022
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR