Kesan Dauroh di Tenggarong Kutai Kertanegera Ustadz Abu Nasim Mukhtar
(130)
Merebut Hati Lewat Perhatian
Saya terkesan dengan panitia Kajian di Masjid Abu Hurairah komplek Pesantren An Nawawi Tenggarong.
Letaknya di wilayah Kutai Kartanegara sudah memberitakan keindahan alam Kalimantan. Sejarah panjangnya dikenal hingga kemana-mana.
Sungai Mahakam yang panjangnya hampir seribu kilometer menjadi bagian cerita yang tak terpisahkan dari Tenggarong. Lebih-lebih lagi Jembatan Kukar yang dulu pernah roboh, kini selesai dibangun lagi dengan lebih baik.
Pesantren Salaf An Nawawi masih terbilang baru dan berusia muda. Masjidnya diresmikan untuk dimanfaatkan pada tahun 2017. Area dan komplek pendukungnya memanfaatkan lahan rawa-rawa yang sudah diurug. Cukup baik untuk pendidikan anak karena luas.
Saya terkesan dengan cara panitia menyambut peserta Kajian. Minimal ada dua hal yang saya catat ;
1. Kesigapan dan tanggap cepat panitia ketika hujan mulai turun rintik-rintik.
Kantong plastik/kresek berwarna merah digunakan untuk menutup helm para peserta. Supaya tidak basah oleh hujan.
Maka, sore menjelang Maghrib hari itu, berpuluh-puluh motor berhiaskanlah dengan kantong-kantong plastik merah. Jazahumullahu khairan.
2. Stock dan persediaan air minum buat peserta Kajian.
Doz-doz berisikan air mineral botol disusun rapi di teras masjid. Hari kedua saja saya sempat menghitung; masih ada 22 doz. Belum lagi doz mineral gelas dan galon-galon air minum isi ulang.
Ini penting! Air minum adalah hal urgen dalam thalabul ilmi.
Memuliakan, melayani, dan menyambut tamu adalah ibadah besar. Selain niat ikhlas, diperlukan teknik-teknik khusus untuk membuat nyaman dan senang para tamu.
Pelayanan yang baik, tentu meninggalkan kesan positif dan membuat ingin datang kembali. Sebaliknya, bila tidak diperhatikan, khawatirnya membikin trauma lalu malas untuk menghadiri kajian.
Perhatikanlah, Panitia!
Misi patroli keamanan yang dipimpin sahabat Muhammad bin Maslamah berhasil menangkap seseorang yang mencurigakan. Misi tersebut dilakukan beberapa saat pasca perang Khandaq dan perang Quraizah.
Orang itu dibawa pulang ke Madinah lalu diikat di salah satu tiang Masjid Madinah.
Setelah dilaporkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, beliau bertanya, " Tahukah kalian siapa yang telah kalian tangkap? Dia adalah Tsumamah bin Utsal al Hanafi "
Beliau juga memerintahkan :
أُحْسِنُوا إسَارَهُ
"Baik-baiklah kalian melayaninya sebagai tawanan!"
Menurut Ibnu Hisyam dalam Siroh Nabawiyah (2/638), Nabi Muhammad ﷺ sendiri pulang ke rumah dan meminta istrinya untuk menyiapkan semua makanan yang ada untuk menjamu Tsumamah. Bahkan, susu dari unta milik Nabi dijadikan sebagai minuman pagi sore.
Walau terikat di tiang sebagai tawanan, setiap saat Nabi Muhammad ﷺ menjenguk dan berbicara lemah lembut kepada Tsumamah. Hingga beberapa waktu kemudian, Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan agar Tsumamah dilepaskan.
Tsumamah adalah tokoh dan panutan kabilah Bani Hanifah; kabilah besar penghasil gandum di dataran tengah jazirah Arab.
Melihat dan merasakan kebaikan Rasulullah ﷺ, setelah dilepas, Tsumamah masuk Islam. Radhiyallahu 'anhu.
Demikianlah! Jika hati telah direbut oleh perhatian!
Lawan pun berbalik menjadi kawan. Sikap memusuhi dapat berubah menyayangi. Benci ditukar simpati. Dulu mencela, kini membela.
Maka, jadilah panitia yang baik. Agar dakwah Salaf semakin diterima.
Panitia Kajian adalah tuan rumah. Peserta Kajian yang datang menjadi tamunya. Apalagi bukan tamu biasa. Peserta adalah tamu undangan.
Bukankah dengan pamflet, poster, dan teks pengumuman kajian, Panitia telah mengundang orang untuk datang?
Lalu, setelah datang, akankah didiamkan dan dibiarkan?
Minimal, ada 3 hal yang perlu diperhatikan panitia Kajian. Kajian apapun itu. Kajian harian, tiap pekan, rutin per bulan, bahkan yang bersifat insidentil. Juga sama antara kajian di lingkungan pesantren atau menggunakan masjid di lokasi umum. Sama saja!
Minimalnya 3 hal ;
1. Petugas yang menyambut. Setelah datang karena diundang, bukankah mestinya peserta Kajian disambut dengan hangat?
Ada petugas yang mengucapkan selamat datang, menanyakan kabar, mendoakan kebaikan karena telah menempuh perjalanan, memberikan informasi terkait letak dan fasilitas kajian, mendampingi sampai di lokasi, dan seterusnya.
Intinya; jangan dibuat peserta seperti orang asing, merasa didiamkan, atau mengalami kebingungan.
Nabi Muhammad ﷺ jika menyambut tamu, mengucapkan :
مَرْحَبًا بِالْقَوْمِ أَوْ بِالْوَفْدِ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا نَدَامَى
"Selamat datang kaum atau para utusan yang datang dengan kelapangan hati dan tanpa terbebani" (HR Bukhari no.85)
Selalu saja Nabi Muhammad ﷺ melayani langsung para tamu yang datang. Dengan demikian, tamu merasa nyaman. Selanjutnya ia akan tertarik untuk datang kembali.
2. Kebersihan. Hal ini tidak boleh dianggap sepele. Lokasi kajian yang bersih, kamar mandi yang wangi, serta area yang rapi, membuat betah para peserta.
Apalagi disiapkan fasilitas kebersihan, seperti ; tempat sampah, plastik atau kantong sampah, pembersih tangan, tisu dan sabun, tentu akan lebih membikin nyaman.
Hadis-hadis Nabi Muhammad ﷺ mengenai perintah bebersih sangatlah banyak.
Mulai dari kebersihan badan, kebersihan masjid, kebersihan rumah, hingga kebersihan lingkungan.
3. Fasilitas air minum. Lapar relatif bisa ditahan-tahan, berbeda dengan haus. Manusia bisa hidup tanpa makanan selama berhari-hari, tetapi tanpa minuman, ia bisa mati.
Para peserta Kajian sebagai tamu perlu diperhatikan kebutuhan air minumnya.
Cukuplah penjelasan Al Qurthubi dalam tafsirnya (7/215)!
Beliau mengatakan, " Barangsiapa banyak dosa, hendaknya ia memberi minuman. Sungguh, Allah mengampuni dosa orang yang memberi minum seekor anjing, apalagi jika ia memberi minum seorang mukmin!"
Jazaakumullahu khairan, Panitia Kajian di Tenggarong. Apa yang telah disiapkan dan dilakukan menjadi reminder, pengingat bagi kami. Semoga Allah Ta'ala membalasnya dengan kebaikan berlipat. Baarakallah fiikum
Tarakan, 19 Zulhijjah 1443 H/19 Juli 2022
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR