Orang tua menulis nasehat untuk anak. Sudahkah anda?
Menulis Buat Anak
Menulis buat anak merupakan bentuk cinta dan kasih sayang. Ada nilai positif tersendiri jika orang tua mencurahkan perhatian dalam bentuk tulisan.
Surat tangan, misalkan.
Meskipun zaman telah berkembang, media komunikasi bertambah maju, bukan artinya metode yang dianggap kuno lantas ditinggalkan.
Telpon selular, menggunakan aplikasi medsos, hingga video call dan metode zoom, tidaklah dapat menggantikan tulisan tangan orangtua.
Tulisan tangan akan selalu istimewa.
Menulis buku untuk atau karena anak sudah ditempuh para ulama sejak kala dahulu.
Al Imam Al Baaji termasuk yang demikian.
An Nasihah Al Waladiyyah ialah surat berisikan kumpulan nasehat untuk kedua anak laki-lakinya, yaitu Abul Hasan Muhammad dan Abul Qasim Ahmad.
Surat tersebut ditulis sebelum mereka berdua menginjak dewasa. Masih anak-anak.
Keduanya tumbuh kembang dengan perhatian dan pendidikan agama yang baik.
Namun, Abul Hasan meninggal di usia muda. Sementara Abul Qasim berikut hari menjadi ulama besar yang tak kalah tersohor dibanding ayahnya.
Catatan penting di sini adalah cobalah perhatikan perhatian Al Baaji kepada anak!
Sejak kecil, ingat! , sejak kecil beliau mencurahkan kasih sayang, antaranya dengan tulisan.
Pernah mendengar nama Al Hafiz Ibnu Hajar? Jika pernah, tentunya juga mengetahui salah satu karya beliau di bidang fikih dengan metode hadiisiyyah (membawakan hadis-hadis Nabi tentang ilmu fikih), yakni Bulughul Maram min Adillatil Ahkam.
As Sakhawi (wafat 902 H) tercatat sebagai murid Al Hafiz Ibnu Hajar Al 'Asqalani.
Bercerita tentang Ibnu Hajar, As Sakhawi mendengar info bahwa kitab Bulughul Maram ditulis oleh beliau buat anak laki-lakinya yang bernama Muhammad.
" Saya tidak menganggap hal itu sesuatu yang jauh ", ungkap As Sakhawi dalam Al Jawahir wad Durar hal. 1220 (kitab biografi Ibnu Hajar).
Subhanallah!
Kitab Bulughul Maram yang dijadikan referensi dan bahan kajian fikih di dunia Islam, rupanya buah perhatian seorang ayah untuk anaknya.
Ternyata...
Murid tak jauh-jauh dari gurunya.
Al Hafiz Ibnu Hajar memiliki banyak guru, antara lain Al Hafiz Al 'Iraqi
Al Hafiz Al 'Iraqi (wafat 806 H) menyusun dan menulis hadis-hadis Ahkam dengan memilihkan sanad-sanad tersahih dan diberi judul Taqriibul Asaaniid, untuk siapa?
" ... Sungguh! Aku ingin menghimpun hadis-hadis Ahkam secara ringkas untuk putraku; Abu Zur'ah ... ", tulis Al 'Iraaqi di mukadimah kitabnya.
(Faedah ini disampaikan Ustadz Muhammad Rijal Lc saat berbincang-bincang dengan beliau beberapa malam lalu)
Ada juga Ibnul Jauzi yang menulis Laftatul Kabid Ila Nasihatil Walad. Sebuah surat yang beliau tujukan untuk putra keduanya Abul Qasim Badruddin Ali yang salah jalan.
Badruddin yang sejak kecil terdidik agama dengan baik, bahkan sempat berceramah di berbagai kesempatan, salah pergaulan. Badruddin pun menjadi anak durhaka.
Ibnul Jauzi pun menulis Laftatul Kabid.
Laftatul Kabid merupakan bukti cinta kasih seorang ayah kepada anak laki-lakinya yang mengalami dekadensi akhlak dan kemorosotan moral.
Demikianlah! Orangtua berkewajiban mengalirkan kasih sayang dan perhatian kepada anak. Banyak cara bisa ditempuh. Menulis surat dengan tulisan tangan adalah salah satunya.
Kapan terakhir menulis surat untuk anak, wahai orangtua?
Lendah, 30 Syawwal 1433 H/31 Mei 2022
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR