Kaum dermawan di Ramadhan, semangat memberi di bulan suci.
(113)
Kaum Dermawan di Ramadhan
Abu Thalhah (Sahih Bukhari 1461 Muslim 998) termasuk orang kaya kaum Anshar. Kekayaannya berupa kebun-kebun kurma yang produktif.
Bairaha' adalah nama kebun kurma miliknya yang paling berharga. Letaknya berhadap-hadapan dengan masjid. Nabi Muhammad ﷺ sering masuk ke sana untuk mereguk segarnya air sumur Bairaha'.
Kebun kurma Bairaha' itu lalu disedekahkan Abu Thalhah.
“ Sungguh! Harta yang paling aku cintai adalah Bairaha'. Sungguh! Kini, Bairaha' aku sedekahkan Lillahi. Aku berharap menjadi kebaikan dan tabungan di sisi Allah “, kata Abu Thalhah kepada Rasulullah ﷺ.
Apa yang mendorong Abu Thalhah berlapang dada melepas aset paling berharga dan paling disuka sebagai sedekah?
Sebab, telah turun firman Allah di dalam surat Ali Imran 92 :
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
“ Kalian, belumlah dinyatakan meraih hakikat kebaikan, sampai kalian menginfakkan harta yang kalian cintai. Sekecil apapun infak yang kalian berikan, sesungguhnya Allah maha mengetahuinya”
Jika kebaikan itu bertingkat-tingkat, maka ujud yang tertinggi adalah kesiapan dan kelapangan jiwa untuk memberikan aset terbaik dan miliknya yang paling berharga di jalan Allah.
Walaupun demikian, sekecil apapun dan sesedikit apapun yang disalurkan di jalan Allah, tetap saja berpahala dan Allah membalasnya dengan berlipat-lipat.
Nabi Muhammad ﷺ pernah mengajak sahabat-sahabatnya untuk bersedekah (Muslim 1017). Beliau memotivasi dengan menyebut bilangan yang dianggap sedikit.
Bersedekah satu dinar, yang satu dirham, yang berupa baju, yang satu sha' (4 kali cakupan dua genggam tangan) kurma, yang satu sha' gandum, bahkan walau sepotong kurma.
Berinfak atau bersedekah sangatlah luar biasa!
Syaikh Al Utsaimin menerangkan (Syarah Riyadhus Shalihin 5/238), “ Nabi memberitakan bahwa setiap orang akan berada di bawah teduhan sedekahnya pada hari kiamat. Umat manusia saat itu, matahari didekatkan di atas kepala sejarak satu mil. Orang-orang yang gemar bersedekah, di atas kepala mereka adalah sedekah-sedekah yang telah diberikan; juga zakat. Mereka berada di bawah naungan sedekah pada hari kiamat”
Keterangan Al Utsaimin di atas terkait sabda Nabi ﷺ :
كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ»
" Setiap orang akan berada di naungan sedekahnya sampai keputusan manusia selesai” HR Ahmad dan Al Hakim dari sahabat Uqbah bin Amir dan disahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami' (4510)
Abul Khair Martsad, seorang perawi hadis di atas, begitu semangat mengamalkan. Sejak menyampaikan hadis ini, setiap hari beliau bersedekah meskipun sepotong roti atau sebiji bawang.
Semangat bersedekah adalah semangat yang selalu menyala setiap hari. Setiap waktu. Bukan mingguan, bukan perbulan, bukan pertahun, apalagi hanya satu dua kali dalam satu tahun.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda (Bukhari 2389 Muslim 991) ;
لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا يَسُرُّنِي أَنْ لاَ يَمُرَّ عَلَيَّ ثَلاَثٌ، وَعِنْدِي مِنْهُ شَيْءٌ إِلَّا شَيْءٌ أُرْصِدُهُ لِدَيْنٍ
" Andai aku punya emas sebanyak gunung Uhud, aku tidak merasa tenang jika tiga hari berlalu sementara masih ada yang tersisa padaku. Kecuali sejumlah yang akan aku pakai melunasi utang”
Oleh sebab itu :
1. Bulan Ramadhan adalah bulan sedekah. Sepuluh malam terakhir adalah waktu yang sangat istimewa, terutama malam ke-27.
Ibnu Abbas (Bukhari 1803 Muslim 2308) menggambarkan Nabi Muhammad ﷺ sebagai pribadi yang sangat dermawan. Kedermawanan beliau semakin bertambah saat tiba bulan Ramadhan. Siapkah kita meneladani beliau?
2. Bagimu, Saudaraku! Jika ada ajakan sedekah, tawaran berinfak, jangan merasa terganggu! Jangan sempit hati! Jangan kesal dan jangan jengkel?
Syukurilah!
Sahabat Hakim bin Hizam mengatakan, “ Tidaklah pagi hari tiba, lalu aku melihat ada orang di halaman rumahku meminta bantuan kemudian aku bantu dia, melainkan aku yakini sebagai nikmat dari Allah yang membuatku memuji-Nya.
Dan tidaklah pagi hari tiba sementara aku tidak melihat ada orang di halaman rumahku meminta bantuan, melainkan aku yakin bahwa musibah telah menimpaku hingga aku berharap ada pahala di sana” (Ibnu Abi Dunya dalam Makarimul Akhlaq)
Hari-hari ini, di berbagai daerah adalah hari-hari donasi pembangunan. Pembebasan lahan, perluasan masjid, renovasi fasilitas pendidikan, penambahan asrama santri, dan lain-lain.
Maka, selalu saja ada pesan atau poster masuk lewat grup maupun japri berisi ajakan ta'awun. Tawaran turut serta membantu. Jangan merasa terganggu! Itulah pintu kebaikan yang Allah bukakan untukmu.
3. Bagimu, Panitia! Sebelum orang lain, mulailah dari dirimu sendiri. Jangan hanya berharap pihak luar membantu, sementara dari dalam sendiri justru terlupa. Apa yang telah engkau sedekahkan, wahai Panitia? Berharaplah kemudahan dan bantuan itu kepada Allah semata. Hamba-hamba Allah hanyalah perantara.
Semoga malam ini adalah malam Lailatul Qadar, malam yang nilainya lebih baik walau dibandingkan 1.000 bulan.
Jangan sia-siakan! Jangan lewatkan! Selain tarawih, doa, dan membaca Al Qur'an, coba pikirkanlah sedekah terbaik apa yang bisa diberikan?
( Bahan Tausiyah Buka Bersama di Ma'had Minhajus Sunnah Muntilan. Kamis 26 Ramadhan 1443 H/28 April 2022 )
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR