Tawa Anak-Anak Adalah Kita Sahabat Mahmud bin Rabi' bercerita : عَقلتُ من النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ مَجَّةً مجَّها في وجهي وأنا ابن خ...
Tawa Anak-Anak Adalah Kita
Sahabat Mahmud bin Rabi' bercerita :
عَقلتُ من النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ مَجَّةً مجَّها في وجهي وأنا ابن خمس سنين من دلوٍ
" Saya masih ingat betul; Nabi Muhammad menyemburkan air (melalui mulut) dari ember ke wajahku. Saat itu, saya masih berusia 5 tahun" .(HR Bukhari no.77)
Hebat dan luar biasa!
Nabi Muhammad ﷺ benar-benar dekat dan akrab dengan anak-anak kecil. Tidak ada ruang berjarak. Tanpa tembok penyekat.
Beliau mengerti ; anak-anak adalah generasi penerus perjuangan.
Ikatan dan jalinan harus dikawal sejak dini. Pesan-pesan kehidupan sudah ditransferkan seawal mungkin. Anak-anak adalah identitas kita.
Coba bayangkan, bagaimana sosok Nabi ﷺ sebagai pribadi agung dan mulia, menyempatkan bercanda dan bermain dengan anak-anak kecil. Main-mainan air.
Ingat, hal itu tidak mengurangi wibawa beliau sedikit pun!
Bahkan, momen indah itu melekat kuat dalam kenangan. Setelah berlalu waktu, tetap saja sulit dilupakan.
Sedihnya adalah ketika anak-anak kita - suatu saat kelak -, kebingungan menjawab, " Kenangan apa yang masih engkau ingat dari ayahmu? "
Ibnu Aqil ( Al Adabus Syar'iyyah
3/228 ) bertutur, " Orang bijak itu ; jika sedang bersama anak-anak kecil, ia akan bersikap seperti anak kecil juga. Di momen semacam itu, ia menghindari sikap serius "
Benar! Demikianlah semestinya. Selalu menyesuaikan situasi. Sedang bersama siapa kita? Bukankah sedang bersama anak-anak?
Keberhasilan pendidikan dapat ditandai dengan seberapa banyak momen manis yang diingat anak. Bukan justru cerita-cerita beralur trauma atau bernada sedih.
Saya pribadi masih ingat satu pesan disertai penjelasan Ayah saya - rahimahullah-.
Beliau ingatkan untuk jangan sombong. Setinggi-tingginya ilmumu, masih ada lagi yang lebih tinggi. Di atas langit, masih ada langit.
Ayah saya lalu menyebutkan firman Allah Ta'ala ( Yusuf; 76) :
وَفَوْقَ كُلِّ ذِى عِلْمٍ عَلِيمٌ
Saya masih ingat, salah satu stempel Ayah saya bertuliskan ayat di atas. Semoga Allah merahmati beliau.
Lalu, apa kenanganmu bersama ayahmu?
Kira-kira, esok hari, apa yang diingat-ingat oleh anak-anakmu tentang dirimu? Kenangan indah atau cerita kelam?
Momen Idul Fitri juga jangan dilewatkan begitu saja. Saat anak-anak harusnya bercanda bahagia. Ketika mereka begitu senang saat diberi hadiah.
Al Lajnah Ad Daimah (26/347-348) menerangkan boleh bahkan dianjurkan untuk membagi-bagikan uang lebaran kepada anak-anak. " Termasuk kebiasaan positif ", terang fatwa tersebut.
Nah, ada sekian waktu hingga lebaran nanti. Apa yang bisa kita berikan buat anak-anak?
Bukan hanya anak-anak sendiri.
Di sana, ada banyak anak-anak yang memerlukan perhatian dari kita. Termasuk santri-santri Pondok yang tidak bisa pulang kampung karena satu atau dua kendala.
Masih ingat, apa yang Anda rasakan di hari lebaran saat masih kecil? Apa kenangan manismu di hari Idul Fitri?
Jangan biarkan anak-anak itu kehilangan tawa! Sebagaimana, kita masih bisa tersenyum karena mengingat tawa di saat kecil dulu.
Musholla Al Ilmu Lendah, malam 29 Ramadhan 1443 H/30 April 2022
t.me/anakmudadansalaf
Telegram (http://t.me/anakmudadansalaf)
KOMENTAR