Paling tidak, ada 2 ulama besar bermadzhab Syafi'i yang digelari al Qaffal. Sama-sama berkunyah ; Abu Bakar.
Al Qaffal : Tak Lekang Waktu Untuk Belajar
Paling tidak, ada 2 ulama besar bermadzhab Syafi'i yang digelari al Qaffal. Sama-sama berkunyah ; Abu Bakar.
Sehingga, jika membaca keterangan tentang Abu Bakar al Qaffal as Syafi'i, paling tidak kita harus memastikan, al Qaffal siapa yang dimaksud?
Berikut ini beberapa perbedaan antara 2 al Qaffal; al Qaffal al Kabiir dan al Qaffal as Shaghiir, antara lain :
1.al Qaffal al Kabiir bernama : Muhammad bin Ali as Syaasi. Al Qaffal as Saghiir bernama : Abdullah bin Ahmad al Marwazi.
2. Al Qaffal al Kabiir (tua) lahir di tahun 291 H dan wafat pada tahun 365 H. Sementara al Qaffal as Saghiir (muda) dilahirkan pada 327 H meninggal dunia pada tahun 417 H.
3. Al Qaffal al Kabiir berasal dari kota Syas, sebuah kota besar di masa lampau yang saat ini menjadi ibukota Uzbekistan, yakni Tashkent. Adapun al Qaffal as Shaghiir dinisbatkan ke negeri Marwa Syahijan. Saat ini masuk dalam wilayah Turkmenistan.
4. Al Qaffal al Kabiir lebih sering ditemukan dalam kitab-kitab tafsir dan hadis. Al Qaffal as Saghiir lebih dikenal sebagai ahli fikih.
Beliau berdua adalah tokoh besar dengan sederet pujian dan sanjungan para ulama. Banyak literatur yang membicarakannya.
Namun, di sini, saya ingin menukil keterangan Adz Dzahabi (Siyar A'lam Nubala 17/406) tentang al Qaffal as Saghiir.
"Seorang imam, ahli ilmu yang sangat dihormati, dan guru besar di kalangan ulama bermadzhab Syafi'i"
Adz Dzahabi menambahkan, "Beliau sangat ahli di bidang produksi dan rekayasa gembog. Bahkan, al Qaffal pernah membuat gembog, kunci, dan perangkatnya seberat 4 habbah"
Karya beliau ini adalah gembog super mini. 4 habbah artinya seberat 4 biji gandum.
" Setelah berusia 30 tahun, al Qaffal menyadari dirinya sangatlah cerdas. Maka, beliau tertarik belajar ilmu fikih. Al Qaffal lalu fokus mendalami fikih sampai benar-benar menguasai. Bahkan, beliau dijadikan sebagai permisalan. Al Qaffal adalah penemu metode Khurasan dalam bidang fikih" , demikian Adz Dzahabi menerangkan.
Subhanallah!
Minimal ada 3 pelajaran hidup dari beliau :
1. Thalabul ilmi (belajar ilmu-ilmu agama) termasuk rejeki. Allah membagikannya hanya untuk yang terpilih saja.
Maka, bagi yang belum sempat merasakan manisnya thalabul ilmi, banyaklah berdoa agar diberi rejeki thalabul ilmi.
Bagimu yang telah terpilih menjalani thalabul ilmi, merasakan lezatnya, jangan lepaskan dan jangan biarkan hilang dari genggaman.
Al Qaffal termasuk yang Allah pilih. Maka, beliau tidak sia-siakan itu.
2. Thalabul ilmi tidak dibatasi usia. Walaupun telah berumur, meskipun sudah lanjut usia, bukanlah alasan untuk tidak thalabul ilmi.
Al Qaffal memulai start thalabul ilmi setelah menginjak usia 30 tahun.
Masih ragu kah?
3. Tekad bulat thalabul ilmi tidak akan sia-sia. Siapa yang sungguh-sungguh, niscaya ada jalan. Apapun yang ditinggalkan dengan niat meraih ridha Allah, tentulah Allah menggantikan dengan yang lebih baik.
Pekerjaan yang telah lama ditekuni bahkan benar-benar dikuasai oleh al Qaffal, beliau tinggalkan.
Apa gantinya?
Ilmu yang bermanfaat. Menjadilah beliau seorang ulama, bahkan guru besar dalam madzhab Syafi'i'.
Adakah alasan yang tersisa? Masihkah bimbang?
Muntilan, 19 Sya'ban 1443 H/22 Maret 2022
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR