Sungguh! Pernikahan termasuk tanda-tanda kebesaran Allah. Ketika 2 Insan Bersatu.
(92)
Timur dan Barat Ada Cinta Terikat
Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi'i menyatakan, " Sungguh! Pernikahan termasuk tanda-tanda kebesaran Allah. Seorang wanita dari arah timur, seorang laki-laki dari wilayah barat. Mereka berdua tidak pernah saling kenal sebelumnya. Namun, Dzat yang maha penuh kasih memberikan saling cinta kepada mereka berdua " ( Tanya Jawab Nisa' Tihamah )
Sebagai saksi pernikahan pagi ini, saya ingin menyampaikan seperti beliau bahwa ;
"Sungguh! Pernikahan termasuk tanda-tanda kebesaran Allah. Seorang wanita dari Kalimantan Timur ( Bontang), seorang laki-laki dari Kalimantan Barat ( Pontianak ). Mereka berdua tidak pernah saling kenal sebelumnya. Namun, Dzat yang maha penuh kasih memberikan saling cinta kepada mereka berdua"
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ
* * *
Rumah tangga adalah ruang hidup yang menawarkan kedamaian, cinta, dan saling mengasihi.
Kalut kusut hidup, ricuh rusuh, sulit dan rumit, serta resah gelisah yang ada, maka dalam rumah tangga disediakan penawarnya. Ada ketentraman di sana.
Rumah tangga memadukan dua insan yang sama-sama sadar dirinya tidak sempurna. Banyak cacat dan penuh cela. Bertumpuk kekurangan dan kekhilafan.
Maka, masing-masing berusaha menutupi kekurangan pasangannya. Bukan malah mengungkit-ungkit dan mengingat-ingatnya.
Saat menemukan kekurangan, ia bertekad, " Di sini lah saya berperan. Saya harus mengisi rongga yang kosong. Ada sela-sela yang mesti saya tambal"
Agar rumah tangga harmonis terjaga, masing-masing harus sadar diri, bagaimana ia menuntut pasangannya sempurna? Sementara dirinya jauh dari sempurna.
لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin benci kepada wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci satu perangai istrinya, tentunya ia ridha dengan perangainya yang lain” [HR Muslim 1469 )
Carilah titik-titik temu. Jangan mencari-cari garis-garis perbedaan! Hal-hal positifnya, timbulkanlah di permukaan. Sementara yang negatif, kuburkan di dasar terdalam.
Ingat-ingatlah kelebihan dan kebaikannya! Kekurangan dan kesalahannya, lupakan saja.
Jika amarah memanggil, emosi melambai-lambai, dan rasa kesal menggoda, dinginkan dengan istighfar dan ta'awwudz. Sejukkan dengan senyum.
Jangan malu dan jangan merasa terhina untuk meminta maaf!
Ini bukan masalah benar atau salah. Siapa yang tepat dan siapa yang keliru. Ini tentang keutuhan cinta.
Sahabat Abu Darda' berbincang dengan istrinya ;
إذا غضبت فَـرَضيِّني، وإذا غضبت رضيتك، فإذا لم نكن هكذا ما أسرع ما نفترق
" Jika aku sedang marah, berusahalah membuatku ridha. Bila engkau yang marah, maka aku pun berusaha membuatmu ridha. Jika tidak demikian, pasti cepat kita berpisah " ( Raudhatul Uqala hal. 72 )
Jadilah suami yang mudah meminta maaf. Jadilah istri yang tidak berat untuk memohon maaf.
Perekat cinta itu sangat sederhana.
Tidak perlu harta berlimpah. Bukan dengan fashion terkini. Bukan dengan perhiasan atau kosmetik. Bukan dengan perkakas dan perabot mewah.
Pelekat cinta agar kuat, sangat dekat.
Tidak harus body gagah dan tegap. Bukan wajah menawan dan cakap. Bukan dengan fasilitas-fasilitas kesenangan dunia. Juga tidak harus berbentuk materi.
Coba resapi pesan sahabat Ibnu Umar ( Syuabul Iman karya al Baihaqi) :
الْبِرُّ شَيْءٌ هَيِّنٌ؛ وَجْهٌ طَلِيقٌ، وَكَلَامٌ لَيِّنٌ
"Berbuat baik itu sangat mudah ; wajah berseri-seri dan bicara yang lembut"
Nah, untukmu yang baru saja menikah :
Apapun kondisi dan situasi, bagaimanapun berat dan ruwet, hadapilah dengan wajah berseri-seri. Berbicaralah dengan lemah lembut.
Jangan biasakan wajahmu cemberut berkerut. Jangan biasakan suaramu berintonasi dan bernada tinggi.
Ingat, engkau berumah tangga, bukankah untuk menemukan kedamaian? Kedamaian itu harus diperjuangkan. Tidak ujug-ujug ada.
Bontang, 21 Desember 2021
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR