Petuah nasihat rumah tangga antara suami dan istri
PETUAH RUMAH TANGGA
• Saling Mendukung untuk Selalu Taat Kepada Allah¹
Kehidupan yang baik, rumah tangga bahagia, suasana yang menenangkan; seluruhnya berasal dari Allah. Allah yang memberi dan mengaruniakannya.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (Q.S. An-Nahl: 97)
Mulailah menjadikan rumah lebih makmur dengan ibadah, niscaya Allah beri kehidupan rumah tangga yang indah.
Lihat: Asbab Sa‘adah al-Usrah, hlm. 14-15.
• Ingatkan Pasangan Agar Rutin Berzikir
Dengan zikir, hati-hati akan merasa tenang. Jika para penghuni rumah lekat dengan zikir, maka suasana rumah pun akan nyaman.
اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Raʼd: 28)
Zikir dengan pengertian yang luas; seperti membaca Al-Qurʼan, zikir setelah shalat fardhu, zikir pagi dan sore, zikir sebelum tidur, dan zikir-zikir lain secara umum.
Yang terpenting, zikir lisan yang beriring penghayatan. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
وَأَفْضَلُ الذِّكْرِ وَأَنْفَعُهُ مَا وَاطَأَ فِيهِ الْقَلْبُ اللِّسَانَ، وَكَانَ مِن الأَذْكَارِ النَّبَوِيَّةِ، وَشَهِدَ الذَّاكِرُ مَعَانِيَهُ وَمَقَاصِدَهُ
“Zikir yang paling utama dan bermanfaat ialah [1] ketika hati turut berzikir bersama lisan, [2] zikirnya diajarkan oleh Nabi, [3] dan ia memahami makna dan inti zikir tersebut.” (Al-Fawaʼid, hlm. 250)
Satu lagi, saat mengingatkan atau mengajak pasangan untuk beribadah harus dengan kelembutan. Karena kelembutan akan membuat ajakan kita terlihat semakin indah. Sehingga, akan lebih mudah diterima, bi idznillah. Betapa banyak penolakan yang terjadi dikarenakan kurang baiknya cara menyampaikan.
✅ FAEDAH: Zikir Penghilang Kesedihan
مَنْ أَصَابَهُ هَمٌّ أوْ غَمٌّ، أوْ سُقْمٌ، أَوْ شِدَّةٌ، فَقَالَ: اللَّهُ رَبِّي، لَا شَرِيكَ لَهُ، كَشَفَ ذلِكَ عَنْهُ
“Siapa saja yang mengalami kegelisahan atau kesedihan, penyakit maupun kesempitan, lalu mengucapkan ‘Allaahu Robbi laa syariikalah (Allah adalah Rabb-ku, tiada sekutu bagi-Nya)ʼ, niscaya Allah akan menghilangkan segala deritanya.”¹
“Allaahu Robbi laa syariikalah (Allah adalah Rabb-ku, tiada sekutu bagi-Nya)”, kalimat ringkas ini berpengaruh besar bagi orang yang percaya kepada Allah dan yakin bahwa Dia kuasa melakukan segala sesuatu;² termasuk menyelesaikan segala masalahannya.
Hanya kepada Allah kita memohon petunjuk.
¹ HASAN (Shahih al-Jamiʼ, 6040) H.R. Ahmad (27082), ath-Thabrani (Al-Kabir, 396).
² Lihat: At-Tanwir Syarhu al-Jamiʼ ash-Shaghir, 10/107.
• Tidak Ikut Campur Dalam Rumah Tangga Orang Lain
Walaupun rumah tangga anak sendiri, saudara atau saudarinya, maupun kerabat dekatnya. Tidak sedikit masalah rumah tangga menjadi kian rumit lantaran adanya sejumlah pihak yang ikut mencampuri.
Sahl bin Saʼad radhiyallahu ‘anhu berkata,
جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ فَاطِمَةَ فَلَمْ يَجِدْ عَلِيًّا فِي الْبَيْتِ فَقَالَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ قَالَتْ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ فَغَاضَبَنِي فَخَرَجَ فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِنْسَانٍ انْظُرْ أَيْنَ هُوَ فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ فِي الْمَسْجِدِ رَاقِدٌ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ قَدْ سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ شِقِّهِ وَأَصَابَهُ تُرَابٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ عَنْهُ وَيَقُولُ قُمْ أَبَا تُرَابٍ قُمْ أَبَا تُرَابٍ
“Rasulullah ﷺ datang ke rumah Fatimah, namun Ali tidak ada di rumah. Beliau lalu bertanya, ‘Ke mana putra pamanmu (Ali)?ʼ
Fatimah menjawab, ‘Terjadi sesuatu di antara kami hingga ia marah kepadaku, lalu ia pergi dan tidak tidur siang di rumah.ʼ Maka Rasulullah ﷺ berkata kepada seseorang, ‘Carilah, di mana ia!ʼ
Kemudian orang itu kembali dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, Ali sedang tidur di masjidʼ. Maka Rasulullah ﷺ mendatanginya, ketika itu Ali berbaring dan kain selendangnya jatuh di sisinya hingga ia tertutupi debu. Maka Rasulullah ﷺ membersihkannya seraya berkata, ‘Wahai Abu Thurab, bangunlah. Wahai Abu Thurab, bangunlahʼ.”¹
Mari melihat hadits di atas, ketika Fatimah putri Rasulullah berkata, “Terjadi sesuatu di antara kami hingga ia marah kepadaku, lalu ia pergi”, Rasulullah ﷺ tidak bertanya kepada Fatimah tentang masalah yang terjadi apa atau karena apa.
Memang benar, sah-sah saja keluarga ikut memberi masukan, tetapi hanya dalam sejumlah kondisi, seperti ketika dimintai pendapat, misalnya. Adapun menggali dan mengorek permasalahan rumah tangga orang lain, maka baiknya dihindari.
¹ H.R. Al-Bukhari (441) dan Muslim
• Hangat Kepada Pasangan
Bercengkrama bersama pasangan itu perlu. Setidaknya mengobrol santai, walau tidak lama, jika memang sibuk dan tubuh penat. Jangan sampai kesenangan sesaat bersama hp atau apa pun merampas kenyamanan di rumah.
Mari singgah sejenak, menengok sebentar ke rumah Rasulullah ﷺ. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Di antara akhlak Nabi Muhammad ﷺ ialah ramah dalam bergaul, selalu riang, bersenda gurau dan hangat kepada istri-istrinya, menafkahi dan tertawa bersama mereka. Bahkan beliau pernah berlomba lari bersama Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha untuk membahagiakannya.
Aisyah mengajak, “‘Mari lomba lari bersamaku wahai Rasulullahʼ, kami pun berlomba dan aku berhasil mengalahkan beliau, tubuhku waktu itu belum berisi. Di lain waktu, aku kembali mengajak beliau berlomba sedang tubuhku mulai berisi, dan beliau mengalahkanku, saat itu beliau berseloroh, ‘Kemenangan ini untuk membalas yang waktu ituʼ.”
Tiap malam, beliau ﷺ mengumpulkan seluruh istrinya di rumah istri yang menjadi giliran beliau menginap malam itu; kadang-kadang mereka makan malam bersama, lalu mereka pulang ke rumahnya masing-masing... Jika selesai shalat isya, beliau pulang ke rumah dan berbincang beberapa saat sebelum tidur untuk menyenangkan hati pasangannya. Dan Allah telah berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (Q.S. Al-Ahzab: 21) —selesai perkataan Ibnu Katsir—
📚 Tafsir Al-Qurʼan Al-Azhim, 2/242.
Sungguh, betapa indahnya.
Maka sangat baik jika suami dan istri, masing-masing berusaha untuk menunjukkan kehangatan kepada pasangannya. Jangan hanya di awal-awal pernikahan atau saat ada yang diinginkan.
Insyaallah bersambung...
Ditulis oleh Ustadz Hari Ahadi
Sumber : t.me/nasehatetam
KOMENTAR