Kisah Muhammad bin al Qasim umur 17 tahun sudah menjadi panglima perang.
Panglima Perang Muda
Ada sepenggal bait syair yang bersejarah dan seringkali dialunkan untuk menggambarkan kesunyian hati. Bait syair itu digubahkan pertama kali oleh Abdullah bin Umar bin 'Amr bin Affan al 'Arji.
Adz Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala menyebut beliau sebagai pujangga besar sekaligus pejuang pemberani dalam jihad melawan imperium Romawi. Atas sangkaan sebuah kasus, beliau dipenjara di Mekkah selama tujuh tahun sampai meninggal dunia.
Di dalam penjara, Al 'Arji bersyair, di antaranya :
أَضَاعُوْنِي وَأَيُّ فَتَىً أَضَاعُوا ... لِيَوْمِ كَرِيْهَةٍ وَسِدَادِ ثَغْرِ
Mereka tega menelantarkan aku, padahal anak muda seperti apa yang mereka telantarkan?
Anak muda yang siap terjun di hiruk pikuk perang atau mengisi pos perbatasan
Bait di atas adalah baris pembuka untuk rangkaian syair indah setelahnya. Dari bait pembuka saja, sudah cukup menggambarkan kesedihan dan kesunyian hati yang dialami.
Al 'Arji sebagai pejuang yang masih muda merasa hampa hidup di penjara. Padahal, besar inginnya untuk terus berjuang di medan perang atau di pos perbatasan terdepan.
Namun begitulah dunia, anak muda! Tak selamanya indah. Tidak selalu sesuai angan-angan. Kadangkala, bahkan seringkali bertolakbelakang dengan impian. Menghadapi hal-hal semacam itu diperlukan keteguhan hati dan ketabahan jiwa. Disertai keyakinan bahwa apa yang Allah pilihkan adalah yang terbaik untukmu.
Engkau harus bercita-cita besar! Engkau mesti rela berkorban untuk menggapai cita-cita itu. Ingat, hidup di dunia hanya sekali, maka engkau bertekadlah untuk bermanfaat seluas-luasnya. Taruhlah cita-cita itu di pelupuk matamu, di garis pikiranmu, dan selalu hidup di sudut hatimu. Berserah-dirilah kepada Allah! Sandarkan kekuatan hanya kepada Allah.
Setelah itu semua, jalani dan hadapilah semua kenyataan dengan jiwa yang besar. Ikhlas dan tidak berharap apa-apa kecuali ridha Allah semata.
Penyakit hidup adalah kekosongan. Kosong tanpa cita-cita, kosong tiada asa. Kosong dari tekad bulat, kosong dari semangat kuat.
He, anak muda! Pikirkanlah tentang manfaat apa yang bisa engkau berikan, jangan berpikir mengenai apa yang akan engkau dapatkan. He, anak muda! Bukanlah tentang apa yang engkau terima untuk ditargetkan, namun tentang kebaikan apa yang bisa dilakukan yang harus engkau camkan.
ooo___ooo
Bait syair di atas juga disenandungkan oleh Muhammad bin al Qasim ketika dipenjarakan di Irak. Siapakah Muhammad bin al Qasim?
Ibn Katsir dalam Al Bidayah saat berbicara tentang peristiwa besar di tahun 93 H, menyatakan, “ Muhammad bin al Qasim -keponakan al Hajjaj bin Yusuf- menaklukan kota Debal dan kota-kota lainnya di dataran India”
Ibn Katsir melanjutkan, “ Al Hajjaj menunjuk Muhammad bin al Qasim sebagai panglima untuk menaklukan dataran India padahal usianya masih 17 tahun”. Kemudian Ibn Katsir menerangkan kemenangan demi kemenangan yang diraihnya sampai berhasil menguasai Lembah Sindh.
Iya! Muhammad bin al Qasim adalah sang penakluk Lembah Sindh dan sekitarnya. Saat ini, Sindh adalah negara Pakistan. Oleh sebab itu, bisa dikata, Islam di Pakistan dan sekitarnya berkembang pesat setelah ditaklukan oleh Muhammad bin al Qasim.
Militer bukanlah cara utama, namun pendekatan persuasif dan dakwah yang bijak menjadi sebab banyak penduduk lokal yang semula beragama hindu kemudian memilih untuk masuk Islam.
Ada perubahan arah politik setelah khalifah al Walid I wafat. Penerusnya, yaitu khalifah Sulaiman (adik al Walid I) mengambil kebijakan-kebijakan baru. Panglima Muhammad bin al Qasim pun termasuk yang terdampak. Beliau dicopot dari jabatannya.
Sebenarnya, banyak yang tidak setuju dengan hal itu. Bahkan, ada yang mencoba memberi masukan agar Muhammad bin al Qasim melepaskan diri dari pengaruh Bani Umayyah. Selain jarak yang sangat jauh dari pusat kekuasaan, pasukannya berjumlah besar dan menyatakan setia, penduduk lokal di daratan Sindh pun sangat senang dengan Muhammad bin al Qasim. Apalagi banyak dari mereka yang sudah masuk Islam.
Namun, Muhammad bin al Qasim menolak ide tersebut. Beliau memilih untuk berlapang dada dan berjiwa besar. Menerima dengan senang hati pencopotannya dari jabatan panglima.
Entah apa yang sesungguhnya terjadi, walau ahli sejarah ada yang membahasnya, namun faktanya ; Muhammad bin al Qasim ditangkap, dibelenggu, dan dibawa ke Irak untuk dipenjarakan sampai wafat di usia yang belum genap 20 tahun.
Menurut Ibnul Atsir dalam Al Kamil, penduduk Sindh menangisi kepergiannya. Sementara musuh-musuh Islam bergembira ria.
Hamzah bin Baidh al Hanafi memuji beliau :
إِنَّ الْمُرُوءَةَ وَالسَّمَاحَةَ وَالنَّدَى ... لِمُحَمَّدِ بْنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدِ
سَاسَ الْجُيُوشَ لِسَبْعَ عَشْرَةَ حِجَّةً ... يَا قُرْبَ ذَلِكَ سُؤْدُدًا مِنْ مَوْلِدِ
Sungguh, kehormatan,keluhuran budi, dan suka berderma
Adalah watak Muhamamd bin al Qasim bin Muhammad
Di usia 17 tahun sudah memimpin pasukan besar
Betapa mudanya ia saat menjadi pemimpin
Pujangga yang lain mengatakan :
سَاسَ الرِّجَالَ لِسَبْعَ عَشْرَةَ حِجَّةً ... وَلِدَاتُهُ إِذْ ذَاكَ فِي أَشْغَالِ
Baru berusia 17 tahun, ia telah memimpin pasukan besar
Sementara, anak-anak muda seusianya saat itu masih sibuk bermain
Anak muda, bacalah dan renungkanlah kisah hidup Muhammad bin al Qasim di atas! Jangan hanya melihat usianya yang masih muda belia saja! Namun, bayangkanlah bahwa untuk menjadi panglima berpengaruh, penakluk besar, dan berjiwa gagah, tentu melalui proses yang panjang.
Sejak kecil, Muhammad bin al Qasim tentu dididik dan dilatih dengan keras. Displin. Agama yang kuat. Tidak cengeng. Tidak manja. Tidak malas-malasan. Perlu diingat, di zamannya, adalah zaman tabi'iin. Bahkan sejumlah sahabat masih hidup. Sehingga, jabatan panglima sekaligus kesuksesan-kesuksesannya bukan perkara kecil.
Ingin mengulang lagi bait syair di atas karena menusuk-nusuk sukma :
سَاسَ الرِّجَالَ لِسَبْعَ عَشْرَةَ حِجَّةً ... وَلِدَاتُهُ إِذْ ذَاكَ فِي أَشْغَالِ
Baru berusia 17 tahun, ia telah memimpin pasukan besar
Sementara, anak-anak muda seusianya saat itu masih sibuk bermain
Dan kita? Masih saja bermain-main.
Lendah, 17 Agustus 2021
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR