Cerita Bal'am bin Ba'ur bin Syahum Kisah Ulama di masa Nabi Musa Kaum Bani Israil
KALA GODAAN MENERPA SANG ULAMA
Oleh : Al-Ustadz Abdullah حفظه الله تعالى
Adalah seseorang di masa Bani Israil dari negeri Balqa, Syam. Allah سبحانه وتعالى mengarunianya ilmu. Dan di antara ilmu yang dia miliki, dia mengetahui nama Allah yang paling agung, tidak ada seseorang yang meminta dengan nama Allah tersebut kecuali pasti dikabulkan. Dia adalah Bal'am bin Ba'ur bin Syahum bin Qousyatum bin Mab bin Luth bin Harran bin Azar tinggal di salah satu kampung di wilayah Balqa.
Tatkala Nabi Musa عليه السلام beserta pasukannya datang di perkampungan Bani Kan'an di wilayah Syam, kerabat serta kaum Bal'am datang kepadanya seraya mengadu, "Musa bin 'Imran bersama Bani Israil telah datang untuk mengusir, membunuh, dan menempatkan Bani Israil menduduki daerah kami. Kami tidak punya tempat tinggal lagi. Sesungguhnya Musa seseorang yang keras seperti besi, berpasukan yang banyak, seandainya dia menang atas kami niscaya kami akan dibinasakan."
"Engkau tahu, kami adalah kaummu." lanjut mereka. Dan engkau adalah seorang yang dikabulkan doanya, keluarlah dan berdoalah kepada Allah agar menimpakan kejelekan kepada Musa dan pasukannya. Agar mereka terpukul mundur meninggalkan negeri kami."
Jawab Bal'am, "Celaka kalian! Musa adalah nabi Allah. Dan nabi Allah itu disertai para malaikat dan kaum mukminin. Bagaimana aku mendoakan kejelekan atas mereka? Padahal aku mengetahui ilmunya dari Allah?"
"Kami benar-benar tidak punya tempat tinggal yang lain." kata mereka.
Bal'am pun menghindar, "Seandainya saya sampai berdoa kepada Allah meminta agar Allah memukul mundur Musa dan pasukannya, akan sirna dunia dan akhiratku."
Mereka terus membujuk Bal'am, mengiba-iba, meminta belas kasihan. Namun Bal'am tetap pada pendiriannya.
Mereka tidak putus asa. Mereka datangi istrinya dan memberinya hadiah dengan syarat membujuk Bal'am untuk mendoakan jelek Nabi Musa dan pasukannya. Istrinya pun menerima hadiah tersebut. Mulanya Bal'am menolak bujukan istrinya. Namun, istrinya terus membujuknya.
Akhirnya, Bal'am mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, aku akan beristikharah."
Allah سبحانه وتعالى pun melarangnya di dalam mimpinya. Bal'am menceritakan larangan tersebut kepada istrinya. Namun, istrinya justru memerintahkan, "Tanyalah kembali kepada Rabbmu !”
Bal'am pun kembali melakukan istikharah. Namun, kali ini tidak ada jawaban untuk istikharahnya. Istrinya pun kembali memengaruhinya, “Seandainya Allah ingin melarangmu, niscaya Allah akan menampakkannya.” Demikian istrinya terus saja memprovokasinya. Akhirnya, Bal'am pun menerima tawaran kaumnya.
Mulailah Bal'am mengendarai keledai betinanya ke arah gunung Husban. Dia ingin menaikinya sehingga bisa melihat pasukan Bani Israil untuk mendoakan kejelekan bagi mereka. Akan tetapi, belum lama ia menunggangi keledainya, keledai tersebut pun menekuk lututnya dan menempelkan perutnya ke tanah.
Bal'am pun turun lalu memukuli binatang tersebut sampai ia berhasil membuatnya kembali berdiri. Keledai tersebut pun bangkit kemudian ia tunggangi kembali.
Belum lama binatang tersebut membawa tuannya, kemudian keledai tersebut pun kembali menekuk lututnya dan menempelkan perutnya ke tanah. Dia pun turun lalu memukuli hewan betina tersebut sampai ia berhasil menundukkannya. Demikian hal ini terjadi tiga kali.
Kemudian Allah menjadikan keledai tersebut berbicara sebagai salah satu hujah atasnya, "Kasihan engkau Bal'am, kamu mau ke mana? Tidakkah kamu tahu bahwa di hadapanku ada para malaikat yang menghalauku? Apakah kamu hendak mendoakan kejelekan atas Nabi Allah dan kaum mukminin?”
Ternyata Bal'am tidak mengurungkan niatnya, kembali ia pukuli keledai tersebut. Tatkala diperlakukan demikian, Allah pun melepaskan keledai tersebut untuk melanjutkan perjalanan. Keledai itu pun berangkat hingga membawa tuannya naik ke puncak gunung Husban di atas pasukan Nabi Musa dan Bani Israil.
Mulailah Bal'am melancarkan kejahatannya, dia mendoakan kejelekan bagi Nabi Musa عليه السلام dan pasukannya. Tetapi, tidaklah ia berdoa satu kejelekan pun yang ia arahkan kepada Nabi Musa عليه السلام dan pasukannya, kecuali Allah arahkan lisannya untuk mendoakan kaumnya. Demikian pula, tidaklah ia berdoa satu kebaikan pun yang ia arahkan kepada kaumnya, kecuali Allah arahkan lisannya untuk mendoakan kebaikan bagi Bani Israil.
la pun diprotes kaumnya, "Hai Bal'am, tahukah apa yang kau perbuat? Kau ini malah mendoakan kebaikan untuk mereka dan mendoakan kejelekan untuk kami."
"Kejadian itu di luar kontrol saya, Allah yang menjadikannya demikian.” tukas Bal'am.
Lidah Bal'am pun menjulur sampai ke dada -na'dzu billahi min dzalik-. Dia pun mengatakan, "Sekarang, dunia dan akhiratku telah hilang." Bal'am bukannya bertobat, kembali ke jalan yang benar, tapi semakin menjadi-jadi, "Tidak tersisa peluang mengalahkan Bani Israil kecuali makar dan tipu daya. Saya akan rancang makar dan tipu daya untuk membantu kalian.“ Dia rela berbuat makar untuk melawan kaum mukminin.
Dia jelaskan rencana tipu daya yang hendak dilakukan, “Persolek wanita- wanita kalian, kemudian serahkan barang dagangan kepada mereka. Lalu kirimlah mereka ke pasukan Bani Israil untuk berdagang di sana. Berpesanlah jangan ada satu perempuan pun yang menolak laki-laki jika menginginkannya. Kalau seorang saja dari pasukan Bani Israil berzina, maka sudah mencukupi kalian."
Subhanallah, betapa kejinya orang yang menginginkan iming-iming dunia, kemudian berpihak kepada ahlul bathil memusuhi pengikut para nabi.
Kaumnya pun menuruti rencana Bal'am tersebut. Pada waktu itu, ada seseorang laki-laki dari Bani Israil yang membawa wanita tersebut ke hadapan Nabi Musa عليه السلام. Dia pun mengatakan, "Saya yakin, Anda akan mengatakan bahwa ini haram bagi saya?”
Nabi Musa عليه السلام menjawab, “Tentu. Dia memang haram bagimu. Jangan engkau mendekatinya."
Orang itu pun menimpali jawaban tersebut, “Demi Allah, kami tidak akan menaatimu pada hal ini.”
Kemudian, orang itu pun menzinainya. Karena terjadinya satu perzinaan ini, benarlah apa yang dikatakan Bal'am, Allah turunkan wabah penyakit. Wabah penyakit itu telah menewaskan 70.000 orang -ulama yang lain menyebutkan 20.000 orang- dalam waktu yang singkat di siang tersebut.
Lalu, ada seseorang dari kalangan Bani Israil yang memiliki kekuatan. Saat mengetahui hal ini, dia pun pergi menemui kedua orang yang berzina tersebut. Lalu, dia membunuh keduanya. Setelah membunuhnya, dia mengangkat jasad keduanya ke atas lalu menyeru, "Ya Allah, inilah yang kami perbuat kepada orang yang memaksiati-Mu." Seketika itulah, wabah penyakit itu pun hilang dari Bani Israil.
Allah سبحانه وتعالى menurunkan ayat mengenai Bal'am:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita tentang orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (Q.S. AI-A'raf: 175)
Kisah ini bisa dilihat di dalam kitab Al-Kamil fit Tarikh karya Ibnul Atsir رحمه الله, Tarikh Ar-Rusul wal Muluk karya Ath-Thabari رحمه الله disandarkan kepada Ibnu Ishaq رحمه الله. Dan diisyaratkan pula oleh Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhuma di dalam kumpulan tafsir beliau yang berjudul Tanwirul Miqbas min Tafsir Ibni 'Abbas, dikumpulkan oleh Muhammad bin Ya'qub Fairuz Abadi رحمه الله (wafat. 817 H).
Di antara pelajaran yang bisa kita petik dari kisah di atas adalah:
1. Penggunaan nikmat agama pada selain ketaatan kepada Allah bisa berakibat kesesatan dan dijauhkan dari rahmat. Bahkan, azab akan menantinya di hari kiamat. Contohnya adalah ilmu syar'i yang dimiliki seseorang, apabila diinginkan dengannya kehidupan dunia ini, maka akan berakibat celakanya orang tersebut. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا
“Siapa yang mempelajari suatu ilmu yang seharusnya diharapkan darinya wajah Allah Namun dia mempelajarinya hanya untuk mendapatkan dunia, dia tidak akan mendapatkan wangi surga pada hari kiamat.” (H.R. Ibnu Majah dan Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله)
2. Bahaya menerima tawaran godaan dunia, dan meninggalkan ilmu yang telah diketahuinya.
3. Janganlah seseorang tertipu dengan keadaan sekarang, yang menjadi penentu adalah akhir keadaannya. الله أعلم بااصواب
Sumber || Majalah Qudwah Edisi 13
https://t.me/Majalah_Qudwah
KOMENTAR