Renungan Pagi Kawan, betapa tersiksanya pelaku dosa. Tak hanya di akhirat yang ditakutkan ngerinya, di dunia saja ia sudah merasa tersiksa. ...
Renungan Pagi
Kawan, betapa tersiksanya pelaku dosa. Tak hanya di akhirat yang ditakutkan ngerinya, di dunia saja ia sudah merasa tersiksa.
Ibnul Qayyim berkata, "Orang cerdas harus tahu bahwa pelaku dosa syahwat yang telah ketagihan, akan sampai di fase; tidak bisa lagi merasakan nikmat dan lezatnya maksiat yang diperbuat"
Lalu, nikmat apa yang ia cari? Kelezatan macam mana yang ia dapat? Ibarat fatamorgana, ia kira bisa menghilangkan haus, padahal masih dalam panas terik.
Apakah ia merasakannya? Iya. Namun, lanjut Ibnul Qayyim, "Mereka tidak mampu untuk berhenti. Sebab, dosa syahwat sudah menjadi semacam pola hidup yang mau tidak mau harus dilakukan"
Sungguh tersiksa ia!
Ia kira dengan dosa syahwat itu, dilakukannya dengan riang dan membuatnya senang? Ia sangka setelah berbuat dosa syahwat akan merasa tenang?
Ibnul Qayyim mengungkap, "Oleh sebab itu, Anda bisa saksikan pecandu minuman keras dan seks, tidak akan bisa merasa lezat walaupun 1% nya saja"
Oooohhhh, betapa celaka dan sungguh merana!
"Andai karat-karat hawa nafsu telah hilang, barulah tersadar bahwa dirinya (selama ini) telah merugi padahal inginnya senang, galau padahal maunya bahagia, dan sakit padahal tujuannya kelezatan"
Seperti apakah gerangan fakta para pelaku dosa syahwat?
Menurut Ibnul Qayyim (Raudhatul Muhibbin hal.293), "Ia bagaikan seekor burung yang tertipu biji gandum. Bukan biji gandum yang ia dapat, justru burung itu tak bisa lepas dari perangkap jaring jebakan"
Ia tertipu dengan dosa syahwat, padahal ia telah terperangkap dalam penjara derita.
Musholla Al Ilmu Lendah.
24 Juli 2021
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR