Kisah Ulama Sufyan Ats Tsauri, Diburu Kerajaan, Kenapa ya?
SUFYAN ATS TSAURI رحمه الله
Bagian 2 (Sang Buronan Kerajaan)
✍🏻 Al-Ustadz Abu Hamid Fauzi bin Isnaini حفظه الله تعالى
Imam Sufyan bin Said Ats Tsauri رحمه الله bukan hanya zuhud dari harta dunia. Namun, beliau pun sangat hati-hati terhadap godaan kedudukan duniawi. Beliau رحمه الله lebih memilih menjauh dari jabatan duniawi. Inilah di antara buah dari kapasitas ilmunya yang luar biasa.
JAUH DARI PINTU ISTANA/PENGUASA
Ketika Al Mahdi, putra Abu Ja’far Al Manshur naik tahta menjadi khalifah sepeninggal ayahnya, ia mengirimkan utusan kepada Sufyan untuk menghadapnya. Ketika sampai di istana, khalifah melepaskan cincinnya, dan melemparkannya di hadapan Sufyan. Lalu berkata, “Wahai Abu Abdillah ini adalah cincinku. Berbuatlah untuk umat Islam dengan Al Kitab dan As Sunnah.”
Sufyan tidak segera mengambil cincin itu. Namun ia berkata menyela, “Izinkan aku bicara sedikit wahai Amirul Mukminin?”
“Silakan!”
“Jika aku bicara, apakah engkau akan menjamin keamanan untukku ?”
“Ya!” kata khalifah.
“Wahai khalifah, janganlah engkau mengutus kepadaku seorang pun. Biarkan aku datang sendiri. Dan jangan engkau memberikan sesuatu kepadaku, kecuali kalau aku memintanya.” ujar Sufyan di hadirat khalifah.
Khalifah marah besar dengan sindiran Sufyan. Hampir saja ia berbuat sesuatu terhadap Sufyan, kalau tidak diingatkan oleh sekretarisnya akan jaminan keselamatan dan keamanan yang kadung diberikan.
Ketika Sufyan pergi meninggalkan istana, ia diikuti murid-muridnya. Mereka menyesalkan tindakan Sufyan, “Apa yang mencegahmu menyanggupi permintaan khalifah? Bukankah khalifah telah memintamu untuk bertindak berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.”
Sufyan menanggapi ucapan mereka bagai angin lalu. Ia berkata, “Aku tidak takut dengan penghinaan mereka, justru aku takut dengan penghormatan mereka, sehingga aku tidak bisa menilai kejelekan sebagai kejelekan.” Akhirnya Sufyan pergi menuju Bashrah.
KISAH SUFYAN DIBURU KHALIFAH AL MANSHUR
Sufyan sempat melarikan diri dan berpindah dari satu negeri ke negeri yang lain beberapa waktu dari umurnya. Hal ini dikarenakan dahulu, di masa khalifah Abu Ja’far Al Manshur, beliau diminta untuk menjadi qadhi (hakim). Namun beliau menolak permintaan ini.
Sayang, Abu Ja’far tetap saja memaksakan kehendaknya. Akhirnya Sufyan dijebloskan dalam bui dan dicambuk. Sehingga, dengan sangat terpaksa beliau menerima tugas untuk menjadi qadhi tersebut. Tak lama kemudian, Sufyan melarikan diri dari jabatan sebagai qadhi. Ia terus menerus melarikan diri dan bersembunyi. Kitab-kitab yang ia miliki dikubur sementara. Namun demikian ia tetap memburu hadits dan mencari ilmu serta beribadah kepada Allah.
Khalifah Abu Ja’far begitu getol menggalakkan pencarian terhadap Sufyan. Abu Ahmad Az Zubairi berkata, “Aku berada di masjid Khaif bersama Sufyan. Ada seorang petugas menyampaikan sayembara, ‘Barang siapa yang bisa membawa Sufyan kepada khalifah, maka ia akan mendapat hadiah 10 ribu (dirham/dinar).’”
Diceritakan pula bahwa Sufyan pergi ke Yaman dalam rangka menghilangkan jejak sekaligus mencari ilmu dan hadits dari Ma’mar. Belum lama menginjakkan kedua kaki di Yaman, ia dituduh telah melakukan pencurian.
Akhirnya mereka seret Sufyan kepada gubernur Yaman saat itu yang bernama Ma’an bin Zaidah. Dia juga telah mendapat mandat dari khalifah untuk turut serta dalam memburu Sufyan.
Para pelapor itu berkata, “Wahai amir, orang ini mencuri barang kami!”
“Ha! Kenapa engkau mencuri barang mereka?”
“Aku tidak mencuri apa-apa!”
“Menyingkirlah kalian semua, biar aku leluasa menginterogasi!”
Amir berbicara empat mata dengan Sufyan dan bertanya, “Siapa namamu?”
“Aku adalah Abdullah bin Abdurrahman (hamba Allah anak dari hamba ar Rahman).” Sufyan tidak ingin berdusta, namun tidak pula ingin berterus terang tentang jati dirinya, sebab ia sedang dalam pencarian.
“Aku bertanya kepadamu demi Allah, sebutkan garis nasabmu!”
Sufyan tidak mungkin lagi menyembunyikan jati dirinya, sebab gubernur Yaman telah meminta dengan menyebut nama Allah.
“Aku adalah Sufyan bin Sa’id bin Masruq Ats Tsauri.”
“Hah kamu Ats Tsauri⁉️ Bukankah kamu buron khalifah⁉️”
Beliau menjawab, “Benar!”
Kepala sang gubernur tertunduk sejenak memikirkan sesuatu. “Baiklah, jika engkau mau, tinggallah di sini, atau pergi dari sini. Seandainya engkau bersembunyi di bawah kakiku, aku tidak akan mengangkatnya. Aku akan jaga dirimu dan aku akan bela engkau.” Sungguh Ma’an bin Zaidah memiliki kebaikan yang banyak.
KABUR KE BASHRAH
Abdurrahman bin Mahdi menceritakan, Sufyan tiba di Bashrah saat penguasa belum juga mengendurkan upaya pencarian terhadapnya.
Ia bersembunyi di sebuah kebun kurma. Ia mendaftarkan diri menjadi pekerja dan penjaga kebun, serta memelihara buah-buah kurma.
Suatu ketika kebunnya didatangi oleh para petugas kerajaan yang biasa mengambil sebagian dari hasil bumi untuk kerajaan. “Siapa kamu wahai orang tua?”
“Aku berasal dari Kufah.”
“Dari Kufah? Antara kurma Bashrah dan kurma Kufah, mana yang lebih lezat dan manis?”
“Maaf aku tidak tahu. Belum pernah aku makan kurma Bashrah.”
“Hah? Pembohong besar kamu. Semua orang, orang jahat, atau orang baik bahkan binatang serendah anjing pun itu dengan leluasa makan kurma. Kenapa kamu belum pernah memakannya? Aneh sekali pengakuanmu.”
Maka para petugas itu pun kembali kepada gubernur Bashrah ingin menceritakan berita yang sangat aneh ini. Setelah dilaporkan tentang orang tersebut, sang wali berkata, “Bodohnya kalian! Tangkap orang tua itu. Kalau kamu jujur aku yakin dia pasti Sufyan. Cepat burulah dia biar kita bisa hadapkan untuk khalifah!”
Maka kembalilah petugas-petugas itu. Namun, Sufyan sudah lebih dulu kabur.
BERAKHIRNYA PENCARIAN
Abu Ja’far benar-benar serius dalam memburu Sufyan. Pada akhirnya Ats Tsauri bersembunyi di Makkah, tinggal bersama sebagian para ulama hadits. Entah berita dari mana, ternyata Abu Ja’far mengetahui bahwa Sufyan berada di Makkah.
Abdurrazzaq berkata, “Abu Ja’far mengutus para tukang kayu ketika ia keluar menuju Makkah. ‘Wahai para tukang, jika kalian mendapati Ats Tsauri, tangkap dan salib saja dia.’”
Dipancangkanlah tiang salib. Selanjutnya diumumkan sayembara, “Bagi siapa yang mendapatkan Sufyan, maka…”
Di saat yang genting itu, Sufyan bersembunyi di antara dua kamar. Kepalanya berada di kamar Fudhail dan kedua kakinya berada di kamar Ibnu Uyainah. Dikatakan kepada Sufyan, “Bersembunyilah wahai Abu Abdillah, jangan sampai kita menjadi bahan tertawaan musuh-musuh kita.”
Lalu Sufyan menarik sebuah kain dan menutupi dirinya dengan kain-kain itu.
Ternyata sebelum sampai di Makkah, datanglah kabar bahwa Khalifah Abu Ja’far keburu dijemput ajal. Sejak itulah, pencarian terhadap Sufyan akhirnya dihentikan.
Kitab-kitabnya yang dulu dikubur, digali lagi bersama seorang rekan belajar. Saat penggalian, sang teman mengatakan (setengah bercanda), “Wahai saudaraku, sesungguhnya pada rikaz (barang-barang temuan yang terpendam) itu ada kewajiban zakat. Wahai Abu Abdillah, sisihkanlah dan berikan untukku sebagian dari harta itu sesukamu?”
Maka Sufyan menyisihkan beberapa juz dari kitab-kitabnya, dan membacakan hadits-haditsnya kepada rekan tersebut.
KEMBALI KEPADA PEMILIKNYA DAN KENANGAN PARA ULAMA
Setelah itu Sufyan tetap melanjutkan tugasnya sebagai hamba Allah, terus beribadah, mencari ilmu, mengajar, amar makruf nahi mungkar, hingga menjumpai ajal yang telah Allah takdirkan untuknya. Ia meninggal di Bashrah pada bulan Sya’ban tahun 161 hijriah. Dia dimandikan oleh Abdullah bin Ishaq Al Kinani.
Berkata Yazid bin Ibrahim, “Aku melihat Sufyan dalam mimpi di malam kematiannya, ada yang berkata kepadaku, ‘Telah berpulang seorang amirul mukminin dalam hadits.’” Saudara-saudara dan murid-murid serta rekan-rekannya tidak mampu untuk berkumpul untuk menshalati Sufyan. Sehingga mereka menshalati Sufyan setelah dikubur.
Berkata Ibrahim, “Aku melihat Sufyan dalam mimpiku, aku bertanya kepadanya, ‘Sedang apa engkau wahai Sufyan?’ Kata Sufyan, ‘Aku bersama para malaikat Al Kiram (yang mulia) Al Bararah (yang baik).’”
Berkata Ahmad bin Hanbal, “Ibnu Uyainah berkata kepadaku, ‘Engkau tidak akan lagi menjumpai orang sehebat Sufyan sampai engkau mati.’”
Auza’i berkata, “Kalau aku diminta memilih dari umat ini seorang yang benar-benar menjalankan Al Quran dan As Sunnah, tentu aku akan memilih Sufyan.”
Abdullah bin Al Mubarak mempersaksikan, “Aku menulis ilmu dan hadits lebih dari 100.000 syaikh. Tidak ada yang lebih afdhal dari Sufyan.”
Berkata Ibnu Abidz Dzi`b, “Aku tidak menjumpai orang yang paling mirip dengan kepribadian seorang tabi’in melainkan Sufyan Ats Tsauri.”
Berkata Sa’id, “Aku melihat Sufyan dalam mimpiku terbang dari dahan kurma ke dahan yang lain dan berkata, ‘Alhamdulillah, Dia telah menepati janji-Nya.’”
والله أعلم.
Semoga Allah merahmati Sufyan Ats Tsauri رحمه الله. Amin.
Sumber ||http://ismailibnuisa.blogspot.com/2014/03/sufyan-ats-tsauri.html?m=1
Sumber || Majalah Qudwah Edisi 12 || t.me/majalah_qudwah
KOMENTAR