Pabila jiwa sangat tinggi cita-citanya.Tubuh pasti kan lelah demi wujudkannya
Lelahmu Sesuai Jauhmu Melangkah
Ibnul Qayyim dalam kitabnya "Miftah Daris Sa'adah" , mengutip sepotong bait syair karya al Mutanabbi.
Siapakah al Mutanabbi?
Dalam Siyar A'lam Nubala, Adz Dzahabi menyebut beliau sebagai Sya'iruz Zamaan ; sang pujangga sepanjang zaman.
Nama beliau lengkap adalah Abut Thayyib Ahmad bin Husain bin Hasan al Ju'fi al Kufi.
Biografi al Mutanabbi diulas dengan luas oleh Adz Dzahabi dalam Tarikhul Islam ; kitab karya beliau yang lain.
Al Mutanabbi artinya orang yang mengaku sebagai seorang nabi.
Iya, sempat beliau mengaku-aku sebagai seorang nabi bahkan sampai berlanjut pada pertempuran-pertempuran dengan pihak penguasa.
Namun, beliau akhirnya menyatakan bertaubat. Al Mutanabbi wafat tahun 354 H. Rahimahullah
Kembali ke Ibnul Qayyim yang mengutip syair al Mutanabbi.
Syair apakah itu?
وَإِذا كانَتِ النُفوسُ كِباراً
تَعِبَت في مُرادِها الأَجسامُ
Pabila jiwa sangat tinggi cita-citanya
Tubuh pasti kan lelah demi wujudkannya
oooo___oooo
Ibnul Qayyim menyatakan di kitab yang sama ,
"Kaum berakal di tiap-tiap umat telah sepakat ; bahwa kenikmatan tidak mungkin diraih dengan cara bersenang-senang.Orang yang memilih berleha-leha , akan kehilangan kesuksesan.Kebahagiaan dan kelezatan sangat dipengaruhi oleh kesusahan dan pengorbanan"
Oleh karenanya ; orang yang tidak punya cita-cita mulia , tidak akan merasakan apa arti bahagia.
Orang yang tidak kuat untuk bersabar , mustahil ia meraih kelezatan sempurna.
Kesuksesan mustahil dicapai tanpa penderitaan.
Keberhasilan tidak boleh jadi tanpa lelah menyertai.
Sebelum menukil syair al Mutanabbi di atas ,Ibnul Qayyim mengatakan ,
"Semakin mulia jiwa seseorang , kian bertambah tinggi cita-citanya , niscaya lelah badan berlipat-lipat , waktu bersantai tersisa lebih sedikit"
Kawan, janganlah mengeluh! Tak usah merasa susah !
Iya, engkau pasti lelah.Engkau tentu letih. Capek sekujur tubuhmu tak hilang-hilang. Badanmu telah payah.
Namun, ingatlah selalu bahwa tempat istirahat itu sesungguhnya di surga. Di bawah pohon Thuba di sana.
Apa itu pohon Thuba?
Allah berfirman ;
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمْ وَحُسْنُ مَـَٔابٍ
"Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka (thuuba) kebahagiaan dan tempat kembali yang baik"
Ibnu Katsir saat menafsirkan ayat 29 surat ar Ra'd di atas menyebut nama Abu Hurairah , Ibnu Abbas , Mughits bin Sumayy, Abu Ishaq as Sabi'i sebagai sejumlah ulama Salaf yang memaknai Thuba dengan sebuah pohon di surga, yang setiap rumah di sana ada dahannya yang masuk.
Demikianlah, kawan!
Ibnul Qayyim (Bada'iul Fawaid 3/218) mengingatkan , "Bagi para ahli ibadah, tiada tempat istirahat kecuali di bawah pohon Thuba".
Selanjutnya beliau mengatakan , "Maka , bayangkanlah untuk hatimu , dapat beristirahat di bawah pohon Thuba , niscaya terasa ringan beban-beban di dunia"
Baiklah, kawan.
Beribadah memang ada lelahnya. Berdakwah ada lelahnya. Berta'awun ada lelahnya. Bekerja ada lelahnya. Belajar ada lelahnya.
Hidup sebagai santri , banyak lelahnya.
Namun, bayangkanlah untuk hatimu , dapat beristirahat di bawah pohon Thuba , niscaya terasa ringan beban-beban di dunia.
Musholla al Ilmu Pusdiklatmu
Pagi cerah.26 Mei 2021
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR