Adab dalam berkunjung ke rumah orang lain, adab bertamu ziarah ke saudara.
ADAB-ADAB ZIARAH
1. Ketika melakukan ziarah, hendaknya diiringi dengan niatan yang baik. Jika yang diziarahi kedua orang tua, maka dengan niat ikhlas karena Allah سبحانه وتعالى, juga untuk berbakti kepada keduanya. Jika itu saudara kita, maka dengan niat untuk menyambung tali silaturahmi juga. Jika itu bukan siapa-siapa kita maka dengan niat untuk berbuat kebaikan kepada mereka semampu kita. Demikian seterusnya. Itu semua adalah niatan shalih, tidak bertentangan dengan ikhlas.
2. Tidak menziarahinya pada waktu-waktu yang tidak tepat dan tidak layak. Secara khusus, Allah سبحانه وتعالى menjelaskan ada 3 waktu terlarang yang kita tidak layak mengunjungi seseorang di waktu-waktu ini. Tentu dikecualikan kalau untuk suatu yang penting atau mendesak. Tiga waktu itu ialah sebelum fajar, siang hari waktu beristirahat, dan setelah shalat isya. Tiga waktu inilah yang Allah سبحانه وتعالى sebutkan di dalam Surat An Nur ayat yang ke 58.
3. Berusaha menghubungi saudaranya bahwa ia hendak menziarahinya. Tentu agar diketahui bahwa ziarahnya kali ini tidak akan memberatkannya. Dan agar diketahui pula bahwa ia memang dalam keadaan lapang.
4. Jangan lupa untuk mengucapkan salam ketika sampai di rumahnya. Jika sudah tiga kali salam, tidak juga ada balasan, maka segeralah pulang, karena barangkali ia tidak ada di rumah, atau memang sedang tidak ingin diganggu dengan kedatangan kita. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا اسْتَأْذَنَ أَحَدُكُمْ ثَلَاثًا فَلَمْ يُؤْذَنْ لَهُ فَلْيَرْجِعْ
“Jika salah seorang di antara kalian telah meminta izin tiga kali dan tidak juga dijawab, maka pulanglah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
5. Jika saudaranya menghendaki agar kita pulang, maka kita tidak boleh memaksanya. Allah سبحانه وتعالى berfirman yang artinya,
وَإِن قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا
“Dan jika dikatakan kepada kalian pulanglah, maka pulanglah.” (Q.S. An Nur: 28)
6. Ketika kita mendapati rumahnya kosong, tidak ada orang sama sekali, kita tidak boleh memasuki rumahnya tanpa izin. Allah سبحانه وتعالى berfirman:
فَإِن لَّمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَداً فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ
“Jika kalian tidak mendapati seorang pun di dalamnya, maka janganlah kalian memasukinya sampai kalian diizinkan memasukinya.” (QS. An Nur: 28)
7. Jika yang kita dapati di rumahnya adalah lawan jenis yang bukan mahram kita, maka kita tidak boleh ber- khalwat (berdua-duaan) dengannya. Lebih baik kita pulang dan mengunjunginya lain waktu. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Tidaklah seorang laki-laki dan seorang wanita yang berdua-duaan melainkan yang ketiganya adalah setan.” (HR. At Tirmidzi dan An Nasai. Dishahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah no: 430).
8. Alangkah baiknya jika membawakan hadiah-hadiah untuk saudaranya. Tentu ini akan semakin menambah kecintaan mereka berdua. Rasulullah ﷺ menegaskan yang artinya, ‘Saling berbagi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad dan dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrad no: 463)
9. Seyogianya tidak berlama-lama di rumahnya. Karena dikhawatirkan itu akan memberatkannya. Suatu ketika, Rasulullah ﷺ mengundang para shahabat untuk makan-makan di rumah beliau. Setelah mereka selesai makan, ternyata Rasulullah ﷺ berkehendak agar mereka segera pulang. Akan tetapi beliau malu mengutarakannya. Karena kejadian ini, Allah سبحانه وتعالى pun mengajari kaum muslimin agar tidak lama-lama berbincang di rumah orang yang sedang kita kunjungi, karena dikhawatirkan itu akan memberatkan orang yang sedang dikunjungi. Lihat Surat An Nur ayat yang ke 53.
10. Tidak melakukan hal-hal yang mengurangi harga diri orang yang diziarahi ataupun harga dirinya sendiri.
11. Tidak membawa anak-anak yang terbiasa merusak barang atau perkakas rumah. Karena itu pasti akan memberatkan pemilik rumah.
12. Tidak memberatkan orang yang diziarahi dengan permintaan-permintaan yang memberatkannya. Baik kaitannya mengenai makanan, minuman, atau yang lainnya.
13. Berusaha untuk mengingkari kemungkaran ketika ia mendapati kemungkaran di rumah yang diziarahi. Tentu harus dengan penuh hikmah.
14. Berusaha agar orang yang dikunjungi merasa bahagia dengan kunjungan kita. Jangan sampai ia malah merasa rugi dan berat hati dengan kedatangan kita.
15. Tidak mengungkit-ungkit rahasianya. Dan tidak menyebarkan aib yang ia ketahui darinya dalam kunjungannya itu. Sebaliknya, ia justru berusaha menasihati dan memperbaikinya.
16. Berusaha menjaga pandangannya dan tidak menoleh ke sana ke mari memerhatikan isi rumahnya. Karena selain menghilangkan harga dirinya, terkadang si pemilik rumah tidak menyukainya.
17. Berakhlak mulia dalam berbicara dan menghindari perbuatan-perbuatan dosa yang ditimbulkan dari lisan kita. Baik itu meng- ghibah -i orang lain atau yang lainnya.
18. Tidak membawa seseorang yang tuan rumah tidak suka jika dia memasukinya.
19. Tidak hasad dan iri atas kenikmatan yang ia lihat di rumahnya.
20. Qana’ah dan merasa cukup dengan apa yang telah diberikan tuan rumah kepada kita.
21. dak mencela apa pun yang ia lihat didalamnya.
22. Tidak membahas hal-hal yang tidak disukai tuan rumah.
23. Jangan lupa untuk saling mengingatkan dan saling berwasiat agar selalu berada di atas Al-Haq.
24. Mendoakannya dan bersyukur terhadap semua kebaikan yang telah ia berikan.
25. Tidak membuat bingung tuan rumah dengan gelagat kita yang kurang baik. Baik dalam berucap ataupun bertindak.
Inilah beberapa adab ziarah yang bisa kami kumpulkan dari beberapa kitab. Tentunya ada beberapa hal lain yang terlewat. Intinya, kita harus selalu berakhlak mulia dalam menziarahi saudara seiman. Maka kita senantiasa memohon kepada Allah سبحانه وتعالى, agar kita diberi taufik untuk menjalankan segala bentuk kebaikan, dan meninggalkan segala bentuk keburukan.
والله أعلم.
Sumber : Majalah Qudwah Edisi 11
KOMENTAR