Rawi hadits yang cacat tetap semangat dalam thalabul ilmi, kamu gimana, Dek?
Jangan Minder !
Pagi tadi selepas matahari merangkak naik, ketika bersama beberapa teman membaca Syarah al Baiquniyyah karya as Syaikh al Bukhari hafidzahullah, ada keterangan beliau yang sangat menarik.
Sedang membahas hadits Musalsal, as Syaikh al Bukhari memberi beberapa contoh. Antara lain ; sanad sebuah hadits yang perawi nya orang-orang yang memiliki cacat fisik.
Penasaran. Saya coba mencari referensi. Terdekat al Jami' li akhlaqir Raawi karya al Khatib al Baghdadi.
Di sana disebutkan riwayat orang pincang dari orang buta dari orang pincang dari orang buta.
Siapakah mereka?
Orang pincang pertama : Said bin Abi Arubah
Orang buta pertama : Qatadah
Orang pincang kedua : Abu Hassan
Orang buta kedua : sahabat Ibnu Abbas
Subhanallah!
Cacat fisik bukanlah penghalang. Kekurangan pada anggota badan bukan alasan. Mereka teladan bahwa ilmu adalah harta berharga yang bisa dimiliki siapa saja.
Kemauan dan kesungguhan. Selagi ada kemauan dan selagi memiliki kesungguhan, niscaya Allah tidak mensia-siakan hamba Nya.
Sayang, mereka yang fisiknya disebut orang sempurna, tubuh dan anggota badan yang hebat,justru disalahgunakan untuk dosa dan maksiat.
Ahh...mau bilang apa?
Bahkan saya tercengang ketika ada referensi yang menyebutkan 11 (sebelas) perawi yang punya cacat fisik.
Dalam Akhbar Qazuwin disebutkan hadits Nabi yang dimulai dari Abu Ali as Shauli sampai sahabat Ibnu Abbas.
1.Influenza kronis : Abu Ali as Shauli
2.Lemah fisik menahun : Ahmad bin Muhammad bin Sulaiman
3.Lumpuh : Muhammad bin Muhammad bin Sulaiman
4.Gigi ompong sejak kecil : Al Hasan bin Mihran
5.Bongkok : Abdullah bin Al Husain
6.Tuli : Abdullah bin Nashr
7.Buta : Abu Muawiyah
8.Mata rabun senja : Al A'masy
9.Buta sebelah : Ibrahim an Nakha'i
10.Pincang : Al Hakam bin Mihran
11.Buta : sahabat Ibnu Abbas
Masya Allah!
Sebelas orang meriwayatkan hadits Nabi secara berturutan. Oleh seorang murid dari gurunya, dari gurunya, dari gurunya dan seterusnya. Masing-masing memiliki kekurangan fisik. Tiap-tiapnya ada cacat.
Tamparan keras buatmu, Dek!
Oh, bukan untukmu saja. Untuk kita semua!
Memang, yang menentukan bukanlah sempurna atau tidaknya fisik. Lengkap atau tidaknya anggota badan. Berfungsi atau tidaknya panca indera.
Harta pun tidak jadi patokan. Jabatan dan kedudukan pun demikian. Nasab dan garis keturunan juga tidak.
Kembalinya kepada kemauan dan kesungguhan!
Dek, jika engkau sudah tidak memiliki kemauan. Apabila engkau tidak lagi ada kesungguhan. Maka, saya ucapkan : selamat datang di lembah kebodohan. Tinggal lah di perkampungan kehinaan.
Jika engkau, Dek...ingin berada di derajat yang tinggi, tinggal di istana kedamaian, ayolah....bangkitkan kemauan dan jagalah bara kesungguhan agar tidak padam.
Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah jadikan dirinya orang yang faham agama.
Dhuha dan Cor.
Di Lendah.
18 Feb 2021
t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR