Jangan Menghinakan Makanan, Anjuran Memuliakan Makanan, Jangan Membuang Sisa Makanan.
JANGAN MENGHINAKAN NIKMAT ALLAH BERUPA MAKANAN
Apabila kita makan lalu yang masih tersisa di tangan atau di piring kita langsung buang sama artinya itu meremehkannya. Sedangkan makanan, sedikit atau banyak semuanya dari Allah. Itu juga berarti tidak bersyukur pada nikmat Allah.
Ada dua ucapan ulama yang bagus kita renungkan berkaitan dengan hadits di atas. Semoga bermanfaat.
▪️ Berkata Asy-Syaikh Abdullah al-Bassam,
نعمة الله تعالى في الطعام والشراب لها حرمتها وكرامتها، ومن ذلك: أنَّ الآكل إذا لم يلعق ما بأصبعه، أو يده من بقايا الطعام، فإنَّه لا ينبغي أنْ يغسل يده، فيجري الطعام مع المياه الوسخة، والأقذار، والأبوال، فإنَّ هذا من كفران النعمة وإهانتها؛ ولكن عليه أنْ يلعق يده وأصابعه حتَّى لا يبقى فيها أثر من الطعام الرَّاسخ، أو يُلْعِقها من له عليه دالَّة وميانة؛ كالولد، والزوجة، والخادم، ونحوهم.
"Nikmat Allah berupa makanan dan minuman memiliki kehormatan dan kemuliaan. Di antara bentuk memuliakan nikmat makanan ialah;
Jika orang yang makan belum menjilat sisa-sisa makanan yang ada di jarinya atau di tangannya maka tidak sepantasnya dia mencuci tangannya yang lantas membuat makanan mengalir bersama dengan air yang kotor, sampah, atau air kencing.
Perbuatan seperti ini termasuk mengingkari nikmat dan menghinakannya. Jadi hendaklah seseorang menjilat tangan atau jemarinya sampai tidak tersisa lagi bekas makanan atau dia berikan untuk dijilat oleh orang yang memiliki kedekatan dengan dia, seperti misalnya anak, istri, pelayan, atau semisal mereka." (Taudhih al-Ahkam, VII/297)
▪️ Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah mengingatkan,
"Jangan dia dibiarkan sisa makanan terbuang di tempat sampah atau di tempat cucian, oleh karenanya jangan seseorang mencuci tangannya ketika masih tersisa makanan yang menempel di situ yang dapat membuat terbuang begitu saja bersama air atau jangan juga dia lap dengan sapu tangan lalu membiarkan sisa makanan menempel di situ sebab perbuatan ini ialah penghinaan terhadap nikmat.
Diantara adab makan ialah seseorang menjilat tangannya setelah makan sampai tidak tersisa sedikitpun makanan pada tangannya, kemudian setelah itu baru dia cuci. Jangan dia cuci ketika masih ada makanan yang menempel yang itu dapat membuat makanan mengalir bersama air cucian bahkan bisa mengalir ke saluran pembuangan air atau tempat sampah, padahal makanan adalah nikmat dari Allah.
Demikian juga diantara adab makan; membersihkan sisa makanan di piring, sebab ada juga riwayat memerintahkan untuk mengambili sisa makanan di piring. Jangan dibiarkan masih ada makanan yang tersisa di piring agar makanan tidak rusak dan tidak dibuang ke tempat sampah, ini bentuk memuliakan nikmat.
Bahkan, apabila ada makanan yang jatuh, Nabi Muhammad ﷺ memerintah untuk mengambilnya lalu membersihkan kotoran kotoran yang menempel kemudian dimakan, jangan dibiarkan untuk setan. Ini seluruhnya bentuk memuliakan nikmat, mensyukurinya, dan tidak menyia-nyiakannya...
Lihatlah makanan makanan yang dibuat dalam rangka hebat-hebatan, berfoya-foya, dan menghambur harta kemudian dibuang, dilemparkan ke tempat tempat sampah! Dilemparkan ke tanah! Sesungguhnya ini bentuk ingkar pada nikmat. Padahal di sana banyak orang orang yang hidup susah kelaparan, perlu pada sesuap makanan untuk menyambung kehidupan. Perbuatan demikian merupakan bahaya bagi umat..
Maka tiap-tiap perkara memiliki timbangan dan aturan, nikmat-nikmat Allah bila disyukuri maka akan bertahan dan bertambah. Bila diingkari maka akan hilang.
• Allah ta'ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." QS. Ibrahim: 7
Nikmat memiliki hak untuk dijaga, dimanfaatkan, dan tidak disia-siakan. Apabila sebatas menjilat sisa makanan di jari tidak boleh dibiarkan bagaimana lagi dengan jumlah porsi besar yang dibuang begitu saja di tempat sampah.
Perbuatan seperti ini layak diberikan ancaman besar, yaitu nikmat akan hilang.
• Allah ta'ala berfirman,
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah yang ada pada diri mereka sendiri." QS. Al-Anfal: 53
Sesungguhnya Allah memberikan tenggat waktu namun Allah tidak membiarkan (orang jahat bebas). Seandainya orang yang boros mengingat tentang banyaknya orang orang susah yang kelaparan, meliuk-liuk karena lapar, tidak memiliki makanan untuk dimakan, seandainya dia ingat hal ini maka tentu akan menghentikannya dari sikap boros, mubazir, menyia-nyiakan nikmat, dan dia akan merasa takut dari dampak buruk perbuatannya." (Tashil al-Ilmam, VI/164-165)
✍️ -- Jalur Masjid Agung @ Kota Raja
-- Hari Ahadi [Penggalan pembahasan hadits ke 6 dari Kitab al-Jami' dari Bulughul Maram]
📡 https://t.me/nasehatetam
🖥 www.nasehatetam.net
KOMENTAR