2 Jenis Penyakit Pada Manusia dan Obat Hati
MACAM-MACAM PENYAKIT PADA MANUSIA
Penyakit ada 2 macam; penyakit hati dan penyakit badan. Keduanya disebutkan dalam al-Qur'an.
PENYAKIT HATI
Penyakit hati ada 2 macam:
(1) Penyakit syubhat dan keraguan,
(2) Penyakit syahwat dan penyimpangan.
Keduanya disebutkan dalam al-Qur’an.
Allah ta’ala berfirman tentang penyakit syubhat,
(فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضً )
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakit mereka.” [Al-Baqarah: 10]
Allah berfirman,
(وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا )
“Dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit serta orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" [Al-Muddatstsir: 31]
Allah Berfirman,
(وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُم مُّعْرِضُونَ (48) وَإِن يَكُن لَّهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ (49) أَفِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَن يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ ۚ بَلْ أُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ)
“Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah (untuk bertahkim kepada Kitabullah) dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak (untuk datang). Tetapi, jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh. apakah (ketidakhadiran mereka) dalam hati-hati mereka ada penyakit atau (karena) mereka ragu atau (karena) mereka takut Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka, sebenarnya mereka itulah orang-orang yang zalim.” [An-Nuur: 48-49]
Penyakit yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas adalah penyakit syubhat dan keraguan.
Adapun penyakit syahwat, Allah berfirman,
(يا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاءِ ۚ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ )
“Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu melembutkan pembicaraan sehingga orang yang ada penyakit dalam hatinya menginginkan (keburukan).” [Al-Ahzab: 32]
Penyakit dalam ayat ini adalah penyakit syahwat (keinginan) untuk berzina.
PENYAKIT BADAN
Adapun penyakit badan, Allah ta’ala berfirman,
( لَّيْسَ عَلَى الْأَعْمَىٰ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ )
“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit.” [An-Nuur: 61]
Allah berfirman dalam ayat tentang puasa,
(فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ )
“Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.“ [Al-Baqarah: 184]
Allah ta’ala berfirman dalam ayat tentang haji,
(فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِّن رَّأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِّن صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ )
"Maka barang siapa di antara kalian sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia mencukur rambutnya), maka wajib atasnya membayar fidiah, (yaitu): berpuasa atau bersedekah atau (menyembelih binatang) korban.” [Al-Baqarah: 196]
PENGOBATAN (PENYAKIT) HATI
Adapun pengobatan penyakit hati diserahkan kepada para rasul —shalawat dan salam tercurah kepada mereka— tidak ada jalan untuk meraihnya kecuali dari jalur mereka dan melalui mereka (para rasul), karena sehatnya hati adalah ketika dia mengetahui Rabbnya, penciptanya, mengetahui nama-nama, sifat-sifat, perbuatan-perbuatan, dan hukum-hukum-Nya.
Hati yang sehat adalah hati yang selalu mendahulukan keridhaan dan kecintaan-Nya, menjauhi larangan dan segala hal yang dibenci-Nya. Hati tidak akan sehat serta hidup kecuali dengan itu. Tidak ada jalan untuk meraih itu semua kecuali melalui jalan para rasul.
Barang siapa yang menyakini bahwa sehatnya hati dapat diraih dengan tidak mengikuti para rasul, maka sungguh telah salah orang yang meyakini hal itu.
Sumber: Dinukil secara ringkas dari kitab Zadul Ma'ad karya Ibnul Qayim, Jilid 4, hlm. 7, Cetakan Muassasah ar-Risaalah.
Oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Shalih bin Zainal Abidin حفظه الله
Sumber : telegram.me/Riyadhus_Salafiyyin
KOMENTAR