Makna dan Hakikat Nuzulul Quran dan
MELURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG NUZULUL QURAN
AI-Quran merupakan kitab suci umat Islam yang memiliki kedudukan yang sangat agung lagi mulia di tengah-tengah kaum muslimin. Seluruh kaum muslimin mengakui bahwa Alquran memiliki nilai sakralitas yang sangat tinggi, tidak ada yang mengingkari perkara tersebut kecuali orang-orang munafik yang mengaku Islam.
Oleh karena itu kaum muslimin sangat memuliakan dan menjunjung tinggi Alquran.
Hanya saja, yang sangat disayangkan adalah sebagian sikap pemuliaan tersebut ada yang tidak sesuai dengan aturan-aturan syariat, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang ada pada Alquran tersebut.
Salah satunya adalah tentang Nuzulul Quran, maka kali ini kami akan memaparkan secara kritis dan ilmiah InsyaaAllah tentang apa yang menjadi kekeliruan tersebut.
MAKNA DAN HAKIKAT NUZULUL QURAN
Nuzulul Quran secara harfiah artinya turunnya Alquran. Alquran turun pada bulan Ramadhan tepatnya di malam Lailatul Qadr, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala :
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
"Sesungguhnya Kami menurunkan (Alquran) pada Lailatul Qadr." (QS.Al-Qadr: 1)
Dalam surat Al-Qadr di atas disebutkan bahwa Allah menurunkan Alquran pada Lailatul Qadr. Malam ini adalah malam yang diberkahi sebagaimana disebutkan dalam ayat yang lain,
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi." (QS. Ad-Dukhan: 3)
Malam yang diberkahi yang dimaksud di sini adalah Lailatul Qadr yang terdapat di bulan Ramadhan. Karena Alquran itu diturunkan di bulan Ramadhan seperti disebutkan dalam ayat:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Alquran." (QS. Al-Baqarah: 185)
Yang dimaksud dengan Nuzulul Quran pada bulan Ramadhan di malam Lailatul Qadr adalah, Allah subhanahu wa ta'ala menurunkan Alquran pada malam tersebut secara utuh (sekaligus) dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah atsar dari Ibnu Abbas radhiallaahu 'anhuma yang diriwayatkan dalam banyak riwayat dengan lafadz yang berbeda-beda, di antaranya bahwa Abdullah bin Abbas radhiallaahu 'anhuma mengatakan:
أنزل الله القرآن جملة واحدة من اللوح المحفوظ إلى بيت العزة من السماء الدنيا ثم نزل مفصلا بحسب الوقائع في ثلاث وعشرين سنة على رسول الله ﷺ
"Diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia. Lalu diturunkan berangsur-angsur kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sesuai dengan peristiwa-peristiwa dalam jangka waktu 23 tahun." [HR.An-Nasa'i dalam Sunanul Kubra, Al-Hakim dalam Mustadraknya, Al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah dishahihkan Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi dan dishahihkan pula oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Al-Fath 4:9]
Dari atsar di atas kita bisa mengetahui bahwa Alquran diturunkan dalam dua marhalah (tahapan):
1. Tahapan pertama dimana Alquran diturunkan sekaligus dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia.
2. Tahapan kedua yaitu Alquran diturunkan kepada Nabi dari langit dunia secara berangsur-angsur sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan dengan hikmah, diantaranya:
1. Mengokohkan hati Nabi dan kaum mukminin.
2. Jawaban atas sebuah pertanyaan.
3. Bantahan terhadap syubhat orang-orang kafir.
4. Memudahkan untuk menghafalnya.
Dan hikmah lainnya yang disebutkan oleh para ulama.
Inilah pendapat yang rajih (kuat) tentang makna dan hakikat Nuzulul Quran.
SALAH KAPRAH SEPUTAR NUZULUL QURAN
Di bulan Ramadhan, tepatnya setiap memasuki malam ke-17 sebagian kaum muslimin di Indonesia biasanya rutin mengadakan suatu acara seremonial yang disebut perayaan/peringatan Nuzulul Quran.
Biasanya acara tersebut diisi dengan pembacaan Alquran, ceramah agama dan diakhiri dengan doa dan makan-makan. Tujuan diadakannya acara ini adalah dalam rangka memuliakan malam tersebut yang merupakan malam turunnya Alquran (berdasarkan anggapan mereka).
Maka perayaan/ peringatan seperti ini jelas merupakan salah kaprah, dalam memahami Nuzulul Quran ditinjau dari beberapa sisi:
1. Penetapan malam 17 Ramadhan sebagai tanggal turunnya Alquran jelas merupakan kekeliruan karena tidak ada landasan dalilnya
Karena Allah menegaskan bahwa turunnya Alquran adalah di malam Lailatul Qadr, sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dan malam Lailatul Qadr berdasarkan riwayat- riwayat yang shahih jatuh di malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, sehingga tidak masuk padanya malam 17.
Kalau yang mereka maksudkan dengan peringatan Nuzulul Quran tersebut adalah awal pertama kali Nabi shallallahu alaihi wasallammenerima wahyu, maka penetapan malam tanggal 17 Ramadhan tersebut juga tidak berlandaskan dalil yang kuat. Al-Hafidz Ibnu Katsir yang beliau nukil dari Al-Waqidi dengan sanadnya dari Abu Ja'far Al-Baqir rahimahullah:
وروى الواقدي بسنده عن أبي جعفر الباقرأنه قال كان ابتداءالوحي إلى رسول اللهﷺ يوم الاثنين لسبع عشرة ليلة خلت من رمضان وقيل في الرابع والعشرين منه
"Dari Abi Ja'far Al-Baqir, beliau berkata: "Adalah permulaan wahyu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada hari Senin 17 Ramadhan, Wa qiila 24 Ramadhan".
Namun riwayat tersebut tidak menegaskan bahwa awal mula Nabi shallallahu alaihi wasallammenerima wahyu adalah tanggal 17, karena disebutkan pula tanggal 24 sehingga penetapan tanggal 17 sebagai Nuzulul Quran benar-benar tidak berdasarkan dalil yang kuat, terlebih di sana ada riwayat hadits yang menyelisihinya.
Dalam sebagian hadits dinyatakan bahwa Alquran diturunkan pada malam 25 Ramadhan, seperti pada hadits:
وَأُنْزِلَ الْقُرْآنُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ
"Dan Alquran diturunkan setelah melewati 24 dari Ramadhan."
[HR. Ahmad dari Watsilah bin Asqa', Al-Munawi menyatakan bahwa para perawinya terpercaya, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany]
Sebagian Ulama menafsirkan makna hadits tersebut dengan pemahaman: Alquran diturunkan pada malam 24 Ramadhan [As-Shirah An-Nabawiyyah libni Katsir
(1/393)]
Oleh karena itu, hadits di atas memiliki 2 penafsiran: Alquran diturunkan pada malam 25 Ramadhan. Ini adalah pendapat Al-Hulaimi dan dinukil serta disepakati oleh Adz-Dzahaby. [Faidhul Qadiir karya Al-Munawi]
2. Acara peringatan Nuzulul Quran atau yang semisalnya seperti Maulid Nabi dan Isra' Mi'raj tidak pernah sama sekali dicontohkan oleh para Sahabat Nabi, padahal mereka adalah orang yang paling mengagungkan Alquran, kalau itu kebaikan tentulah mereka orang yang terdepan mengamalkannya.
Sehingga acara Nuzulul Quran dan yang semisalnya merupakan perkara yang tidak ada contohnya dalam urusan agama.
3. Alquran pun diturunkan bukan untuk diperingati setiap tahunnya. Namun tujuan utama diturunkannya Alquran tersebut adalah agar dibaca dan direnungkan maknanya. Allah berfirman,
كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓا۟ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shaad: 29)
Al-Hasan AI-Bashri berkata, "Demi Allah, jika seseorang tidak merenungkan Alquran dengan menghafalkan huruf-hurufnya Ialu ia melalaikan hukum-hukumnya sehingga ada yang mengatakan, "Aku telah membaca Alquran seluruhnya." Padahal kenyataannya ia tidak memiliki akhlak yang baik dan tidak memiliki amal." [Lihat
Tafsir Al-Qur'an Al -'Azhim, 2:418-419]
Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua untuk mengamalkan amalan-amalan yang diridai-Nya. Aamiin.
Al-Ustadz Abu Dawud Al-Medani حفظه الله | BULETIN AL-FAIDAH EDISI 59, Vol 2/Tahun 4/1439 H @TamaamulMinnah
KOMENTAR