pengertian hadits munqathi terputus dan mu'dhal kajian syarah mandzumah baiquniyah
KAJIAN ILMU MUSTHOLAH HADITS (Syarh Mandzhumah al-Baiquniyyah)
Hadits Munqathi’
Matan al-Baiquniyyah
وَكُلُّ مَا لَمْ يَتَّصِلْ بِحَالِ ... إسْنَادُهُ مُنْقَطِعُ الأَوْصَالِ
Dan setiap (hadits) yang keadaannya tidak bersambung...sanadnya, (disebut) munqathi’ (al-Mandzhumah al-Baiquniyyah)
Penjelasan:
Penyebutan suatu hadits munqathi’ adalah menunjukkan bahwa pada sanad hadits itu terputus.
Contoh Hadits Munqathi’
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ مَرْوَانَ الْأَهْوَازِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ وَأَبُو دَاوُدَ عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ يَزِيدَ الْهُذَلِيِّ عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَكَعَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَذَلِكَ أَدْنَاهُ وَإِذَا سَجَدَ فَلْيَقُلْ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثًا وَذَلِكَ أَدْنَاهُ (رواه أبو داود)
(Abu Dawud as-Sijistaniy menyatakan) Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Marwaan al-Ahwaziy (ia berkata) telah menceritakan kepada kami Abu Amir dan Abu Dawud dari Ibnu Abi Dzi’b dari Ishaq bin Yazid al-Hudzaliy dari Aun bin Abdillah dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Jika salah seorang dari kalian ruku’ ucapkanlah 3 kali: Subhaana Robbiyal ‘Adzhiim. Itu adalah paling sedikit. Jika sujud ucapkanlah Subhaana Robbiyal A’laa 3 kali. Itu adalah yang paling sedikit (H.R Abu Dawud)
Abu Dawud menyatakan: Aun tidak pernah berjumpa dengan Abdullah bin Mas’ud. Dinyatakan munqothi’ oleh al-Iraqiy dalam al-Mughniy an Hamlil Asfaar (1/291)).
Hadits Mu’dhol
Al-Imam al-Baiquniy rahimahullah menyatakan:
والُمعْضَلُ السَّاقِطُ مِنهُ اثْنَانِ ...
Dan al-Mu’dhol adalah yang 2 (atau lebih perawinya) gugur...(al-Mandzhumah al-Baiquniyyah)
Hadits mu’dhol adalah termasuk hadits munqathi’, yang terputus sanadnya. Namun, ia memiliki makna lebih khusus. Bukan sekedar terputus sanad, namun putusnya itu pada 2 atau lebih perawi.
Contoh Hadits Mu’dhol
لاَ يَسْتَكْمِلُ عَبْدُ الْإِيْمَان حَتَّى يَكُوْنَ قِلَّةُ الشَّيْءِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ كَثْرَتِهِ وَحَتَّى يَكُوْنَ أَنْ لَا يُعْرَف أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُعْرَفَ
Tidaklah sempurna iman seorang hamba hingga keadaan yang sedikit lebih ia sukai dibandingkan keadaan yang banyak, dan sampai ia tidak dikenal (orang lain) lebih ia sukai dibandingkan ia dikenal (disebutkan dalam Ihya’ Ulumuddin)
Al-Imam al-Iraqiy (salah seorang Ulama hadits Syafiiyyah) menilai hadits ini mu’dhol dari Ali bin Abi Tholhah yang mendengar dari Tabi’in yang lain (al-Mughniy ‘an Hamlil Asfaar (2/1161)).
Sehingga, hadits itu terputus sanadnya, tidak diketahui siapa Sahabat Nabi yang meriwayatkan. Tidak diketahui pula siapa murid Sahabat (Tabi'in) yang menyampaikan kepada Ali bin Abi Tholhah. Terputusnya sanad pada 2 atau lebih perawi.
(dikutip dari naskah buku "Mudah Memahami Ilmu Mustholah Hadits (Syarh Mandzhumah al-Baiquniyyah)", Abu Utsman Kharisman)
WA al I'tishom
KOMENTAR