Renungan Manusia Makhluk yang Fakir Senantiasa Membutuhkan Allah.
FAKIR HAKIKI (Sebuah Renungan)
Manusia Makhluk yang Fakir (Senantiasa Butuh Allah) |
Hakikat hamba, bagaimanapun ia pasti butuh kepada Allah. Manusia secara dzat dari sisi manapun pasti butuh kepada Allah. Butuhnya manusia kepada Allah ini sifatnya mutlak, tidak bisa tidak.
Sebagaimana sifat kaya pada Allah bersifat mutlak, sempurna dari segala sisinya. Maka manusia mustahil tidak butuh kepada Allah, sebagaimana tidak ada pilihan baginya kecuali sebagai hamba yang tercipta.
Demikianlah Allah, mustahil kecuali maha kaya secara dzat, sebagaimana mustahil kecuali sebagai Rabb yang diibadahi.
Sifat fakir atau butuhnya hamba kepada Allah ada dua.
Yang pertama, sifat fakir secara asal, artinya siapa pun manusia tidak bisa tidak, kecuali pasti butuh kepada Allah. Inilah sifat fakir secara umum, tidak ada seorang hamba pun yang keluar darinya.
Baik ia seorang jahat atau orang saleh. Karena mereka semua tercipta, mendapatkan semua bentuk rezeki dari Allah, tidak bisa mengelak.
Sifat butuhnya hamba kepada Allah dari jenis ini tidaklah terkait dengan pujian atau celaan, pahala ataupun dosa. Sebagaimana keadaan seluruh hamba sebagai makhluk yang tercipta dan terpelihara dengan berbagai bentuk nikmat dari-Nya.
Yang kedua adalah sifat butuh kepada Allah melalui usaha dan pilihan sendiri. Perasaan butuh kepada Allah ini sebagai buah dari dua ilmu yang mulia; pengenalan hamba terhadap Rabbnya, dan pengenalan hamba terhadap dirinya sendiri.
Siapapun yang memiliki dua ilmu ini, akan terlahirlah dari keduanya perasaan fakir, hanya butuh kepada Allah semata. Maka, fakir kepada Allah justru sebenarnya hakikat kekayaan, tanda keberuntungan dan kebahagiaannya.
Perbedaan manusia dalam perasaan butuh kepada Allah sesuai dengan perbedaan tingkatan mereka dalam dua ilmu tersebut. Seorang semakin mengenal Rabbnya, bahwa sifat kaya yang sempurna secara mutlak milik-Nya semata, ia akan semakin sadar diri bahwa dirinya bersifat fakir secara mutlak dari semua arah sudut pandangnya.
Seorang semakin mengenal Rabbnya sebagai pemilik kemampuan yang menyeluruh secara sempurna, ia pun akan semakin mengetahui bahwa dirinya sangat lemah dari segala sisinya.
Seorang semakin mengetahui tentang Rabbnya yang maha memiliki kemuliaan yang sempurna, ia akan semakin sadar tentang kerendahannya.
Semakin meyakini bahwa Allahlah pemilik ilmu serta hikmah yang maha sempurna, ia akan semakin paham tentang dirinya yang bodoh, sangat terbatas sekali ilmunya.
Ia menyadari bahwa Allah mengeluarkan hamba dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, tidak punya kemampuan sedikitpun, tidak memiliki sesuatupun. Tidak bisa memberi, mencegah, menimpakan madharat, atau mengusahaan manfaat, tidak bisa sama sekali.
Sifat fakir atau butuhnya pada saat lahir itu, hingga perkembangannya pada tingkat kesempurnaan yang dimiliki saat ini, adalah perkara yang mudah disaksikan.
Siapapun akan mengakuinya, bahwa semua itu adalah konsekuensi dari dzat manusia. Berarti manusia pun secara dzat sangat fakir kepada Allah. Ia akan senantiasa butuh kepada Allah hingga kapanpun.
Semenjak lahir ke dunia, bahkan sebelum terlahir ia butuh terhadap Allah, Dzat yang telah menciptakannya. Karena Alllah lah yang telah mencurahkan kepdanya berbagai nikmat-Nya, melimpahkan rahmat, dan menggiring kepada berbagai sebab kesempurnaan wujudnya, lahir dan batin.
Allah yang menciptakan untuknya pendengaran, penglihatan, hati, dan ilmu. Dia semata yang memberikan kemampuan kepada manusia. Allah yang membuat ia bergerak, memungkinkan baginya untuk mendapatkan manfaat dari sesamanya.
Allah lah semata yang menundukkan alam untuknya. Hewan-hewan mudah dikuasai manusia, bahkan yang asalnnya liar sekalipun. Manusia bisa menggali bumi, menanam pohon, mengalirkan air, meninggikan bagungan, dan mengusahakn segala mashlahat, semuanya tidak lain karena Allah.
Allah pula yang memudahkan manusia menghindar dari berbagai mudharat. Manusia kemudian memiliki kemampuan menjaga diri terhadap segala yang bisa mengganggunya. Itu semua tidak lain, kecuali dari Allah semata.
Ya, manusia secara dzat sangat membutuhkan Allah sampai kapanpun. Di kehidupan dunia ini terlebih nanti di akhirat. Maka tidak pantas manusia membanggakan diri lagi sombong. Lalu enggan meminta dan memohon segalanya kepada Sang Pencipta, tidak mau tunduk dan patuh kepada-Nya, bahkan kufur, tidak mau beribadah hanya kepada-Nya. Allahul musta'an.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلْفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ
"Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada ALlah; dan Allah dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi maha terpuji." (QS. Fathir ayat 15)
Allahu a'lam [Ustadz Farhan]
Disadur dengan penyesuaian dari petikan kalimat dalam Thariq Hijratain Karya Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah
Sumber : Majalah Tashfiyah Edisi 93 Vol. 8 1441 H / 2019 M
Untuk melengkapi faidah di atas dapat membaca artikel di bawah ini
https://asysyariah.com/kita-selalu-butuh-kepada-nya/
https://asysyariah.com/kita-selalu-butuh-kepada-nya-bagian-2/
KOMENTAR