Kisah Biografi Abdullah bin Rawahah radhiyallahu anhu, gugur ketika di perang mu'tah..
ABDULLAH BIN RAWAHAH
Biografi Abdullah bin Rawahah |
Figur kali ini adalah tentang seorang shahabat Anshar yang memiliki banyak keutamaan. Nama beliau adalah Abdullah. Beliau berkuniah Abu Muhammad, atau dikenal pula sebagai Abu Rawahah dan atau Abu Amr.
Nama lengkap beliau adalah Abu Muhammad Abdullah bin Rawahah bin Tsa'labah bin Imri-il Qais bin Amr bin Imri-il Qais Al Akbar bin Malik bin Kaab bin Khazraj bin Al Haris Al Anshari Al Khazraji.
Ibu beliau bernama Kabsyah bintu Waqid bin Amr bin Al Ithnabah dari Bani Al Haris bin Al-Khazraj. Beliau memiliki saudari seayah dan seibu, bernama 'Amrah bintu Rawahah, ibu dari An Nu'man bin Basyir.
Dengan ini maka Abdullah bin Rawahah adalah paman An Nu'man bin Basyir dari jalur ibu.
Beliau adalah shahabat yang turut serta dalam berbagai peristiwa penting dalam Islam. Di antara peran penting Abdullah adalah keikutsertaan dalam bai'at 'Aqabah pertama menjadi salah satu dari dua belas orang yang menyatakan keIslaman dalam baiat tersebut. Beliau juga ikut serta pula dalam peristiwa baiat kedua.
Demikian pula peran penting beliau sebagai pendahulu dalam keislaman. Beliau memang salah seorang pendahulu Islam (assabiqunal awwalun). Termasuk shahabat yang pandai membaca dan menulis serta membuat syair.
Diketahui bahwa beliau adalah salah seorang juru tulis Nabi, dan beliau memiliki syair-syair yang berisi pembelaan terhadap Nabi dan Islam. Beliau, Hassaan bin Tsabit dan Kaab bin Malik dikenal sebagai para ahli syair Rasulullah di waktu itu. Rasulullah mempersaudarakan beliau dengan Al Miqdad bin Al Aswad.
SEMANGAT IBADAH
Beliau adalah seorang ahli ibadah, seorang mujahid, yang banyak melakukan puasa dan salat. Diantara pujian Rasulullah kepadanya adalah sabda beliau:
رَحِمَا اللَّهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنِ رَوَاحَة إِنَّهُ يُحِبُّ الْمَجَالِسَ الَّتِي تَتَبَاهَى بِهَا الْمَلَائِكَةَ
"Semoga Allah merahmati Abdullah bin Rawahah, sungguh dia mencintai majelis-majelis yang para malaikat berbangga dengan majelis tersebut." [H.R. Ahmad]
Perhatikan kisah yang disebutkan oleh Abu Darda' berikut ini:
Abu Darda' pernah berkata, 'Aku berlindung kepada Allah untuk datang kepadaku satu hari tanpa mengingat Abdullah bin Rawahah. Dahulu apabila beliau bertemu denganku dari depan, beliau menepuk dadaku, di hari besok beliau bertemu denganku dari belakang sambil menepuk antara pundakku. Kemudian beliau berkata kepadaku; 'Wahai Uwaimir, marilah duduk, kita beriman sesaat'. Maka kami pun duduk lalu mengingat-ingat Allah semampu kami, kemudian ia mengatakan, 'Wahai Uwaimir inilah majelis keimanan'".
Diantara pujian Rasulullah juga adalah sabda beliau:
نِعْمَ الرَّجُلِ عَبْدُ اللَّهِ بْنِ رَوَاحَة
"Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Rawahah."
Di antara bentuk ketaatan beliau kepada Rasulullah tampak pada sebuah peristiwa, suatu saat beliau pernah hadir kepada Rasulullah yang sedang berkhutbah. Tiba-tiba Rasulullah berkata kepada yang hadir, "Duduklah kalian", maka Abdullah bin Rawahah pun langsung duduk persis di tempat beliau yang masih berada di luar masjid sampai selesai khutbah. Maka Rasulullah berkata kepadanya, "Semoga Allah menambahkanmu semangat dalam ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada Rasul-Nya."
Disebutkan oleh Abu Darda' bahwa beliau berkata: Sungguh kami telah bersama Nabi pada sebagian safar beliau, di hari yang sangat menyengat. Sampai-sampai seseorang sampai meletakkan tangannya di atas kepala karena sangat panasnya. Dan tidaklah ada pada rombongan yang berpuasa kecuali Rasulullah dan Abdullah bin Rawahah." [H.R. Ahmad, Al Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Darda] di sebagian riwayat disebutkan bahwa safar tersebut pada bulan Ramadhan.
Para shahabat yang meriwayatkan hadis dari beliau Abdullah bin Abbas, Usamah bin Zaid, Anas bin Malik, Abu Hurairah. Dan di kalangan tabiin yang meriwayatkan dari beliau, seperti: Abi Salamah bin Abdirahman, Ikrimah, serta Atha' bin Yasar.
MUJAHID SEJATI
Sejak meletus peperangan antara pasukan muslimin dengan pasukan musyrikin dalam Perang Badar, beliau senantiasa turut andil di dalamnya. Mulai dari kesertaan beliau dalam Perang Badar, dimana setelah kaum muslimin mendapat kemenangan, beliau adalah utusan Rasulullah kepada penduduk Madinah untuk mengabarkan kemenangan kepada mereka dalam perang tersebut.
Beliau juga mengikuti Perang Uhud, Perang Khandaq, Perang Khaibar, peristiwa Hudzaibiyah, dan seluruh peristiwa peperangan bersama Rasulullah selain peristiwa Fathu Makkah.
Rasulullah juga pernah mengutus beliau dan pasukan berjumlah 30 penunggang kuda, untuk melakukan penyerangan di Khaibar di bulan Syawal tahun 6 H, untuk melumpuhkan kepemimpinan Usair bin Razim, seorang Yahudi yang mengganti kedudukan Abu Rafi' Salam bin Abil Haqiq.
Di sini tampak kepiawaian beliau dalam memimpin pertempuran yang hanya dengan 30 orang pasukan, beliau dapat membunuh Usair yang berada dalam perlindungan kaumnya. Rasulullah juga pernah menunjuk beliau sebagai wakil yang mengurusi kaum muslimin di Madinah saat beliau pergi berjihad.
AKHIR KEHIDUPAN YANG MULIA DALAM PERANG MU'TAH
Pertempuran Mu'tah adalah pertempuran yang menakjubkan. Padanya ada keajaiban akan kekuasaan Allah atas apapun yang dikehendaki-Nya. Pasukan muslimin saat itu hanya sejumlah 3000 orang sedang kaum kafir berjumlah 200.000 orang.
Tiga orang muslimin berbanding dengan dua ratus orang kaum Nasrani. Sungguh perbandingan yang tidak seimbang.
Abdullah bin Rawahah menjadi panglima perang ketiga yang ditunjuk Rasulullah setelah Zaid bin Haritsah dan Ja'far bin Abi Thalib. Perang ini terjadi tahun ke-8 Hijriyah di bulan Jumadil Ula. Mu'tah sendiri adalah nama sebuah desa di daerah Balqa', wilayah Syam.
Jalannya pertempuran Mu'tah ini telah dikisahkan sendiri oleh Rasulullah dalam khutbah beliau:
اَلَا اُخْبِرُكُمْ عَنْ جَيْشِكُمْ؟ إِنَّهُمْ لَقُوْا الْعَدُوَّ فَأُ صِيْبَ زَيْدٌ شَهِيْدًا، فَالسْتَغْفِرُوْا لَهُ. ثُمَّ أَخَذَ الِّوَاءَ جَعْفَرُ فَشَدَّ عَلَى النَّاسِ حَتَّى قُتِلَ، ثُمَّ اَخَذَهُ ابْنُ رَوَاحَة فَأَثْبَتَ قَدَمَيْهِ حَتَّ أُصِيْبَ شَهِيْدًا. ثُمَّ اَخَذَ الِّوَاءَ خَالِدٌ وَ لَمْ يَكُنْ مِنَ الْأُمَرَاءِ>> وَرَفَعَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَصَبِعَيْهِ وَقَالَ: هُوَ سَيْفٌ مِنْ سُيُوفِكَ فَانْصُرْهُ... لَقَدْ رَفِعُوا إلَيَّ فِي الْجَنَّةِ
"Maukah kalian aku kabarkan tentang kabar pasukan kalian? Sesungguhnya mereka telah bertemu musuh. Maka Zaid gugur sebagai syahid, mintalah ampunan untuknya. Kemudian panji perang diambil alih oleh Ja'far, ia bertempur dengan sengit sampai syahid juga. Kemudian panji itu diambil oleh Abdullah bin Rawahah dan ia mengokohkan kedua kakinya dalam pertempuran itu hingga gugur sebagai syahid. Lalu panji perang diambil oleh Khalid, dan beliau bukan yang ditunjuk sebagai pemimpin. Rasulullah mengangkat dua jari beliau sambil berkata; dia adalah pedang dari pedang-pedang-Mu maka tolonglah dia... sungguh mereka telah diangkat ke tempatku di surga."
Disebutkan oleh para ahli sejarah Islam, bahwa syuhada dalam perang Mu'tah hanya berjumlah delapan shahabat saja.
Secara terperinci, dari kalangan Muhajirin; yaitu Ja'far bin Abi Thalib, dan mantan budak Rasulullah Zaid bin Haritsah Al-Kalbi, Mas'ud bin Al-Aswad bin Haritsah bin Nadhlah Al Adawi, Wahb bin Sa'd bin Abi Sarh.
Sementara dari kalangan kaum Anshar, Abdullah bin Rawahah, Abbad bin Qais Al Khazarjayyan, Al Harits bin An-Nu'man bin Isaf bin Nadhlah An Najjari, Suraqah bin Amr bin Athiyyah bin Khansa Al Mazini.
Az Zuhri menambahkan empat nama shahabat Nabi yang gugur dimedan perang Mu'tah. Yakni Abu Kulaib dan Jabir. Dua orang ini saudara sekandung. Ditambah Amr bin Amir putra Sa'd bin Al Harits bin Abbad bin Sa'd bin Amir bin Tsa'labah bin Malik bin Afsha. Mereka juga berasal dari kaum Anshar. Dengan ini jumlah syuhada bertambah menjadi 12 jiwa.
Adapun pihak kafir, jumlah yang tewas sangat banyak. Disebutkan bahwa sekitar 3.350 pasukan kafir terbunuh dalam medan Mu'tah ini. Wallahu A'lam [Ustadz Hammam]
Baca juga : Biografi Abu Ayyub Al Anshari
Sumber : Majalah Tashfiyah Edisi 92 Vol. 08 | 1441 H / 2019 M
KOMENTAR