Tobat Semurni Embun, Anjuran untuk segera bertaubat seperti halnya Nabi Adam dan Hawa dahulu.
TOBAT SEMURNI EMBUN
Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafrudin حفظه الله تعالى
Tobat Semurni Embun |
Tobat adalah tindakan terpuji. Bahkan ia adalah ibadah yang agung.
Seseorang yang bertobat dan memohon ampun kepada Allah سبحانه وتعالى tidak akan menjadikan dirinya hina.
Justru, dengan banyak bertobat dan memohon ampun kepada-Nya, seorang hamba akan menggapai kemuliaan.
Tobat adalah sebuah kebajikan. Tobat merupakan amalan para Nabi dan Rasul Allah سبحانه وتعالى.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai hamba Allah yang telah terampuni dosa-dosanya, tetap beristighfar, memohon ampun dan bertobat kepada Allah. Tak kurang dari tujuh puluh kali dalam sehari beliau beristighfar dan bertobat kepada Allah سبحانه وتعالى.
Bahkan, disebut dalam riwayat lain, beliau beristighfar dan bertobat dalam sehari sebanyak seratus kali. Sebuah bilangan yang menunjukkan jumlah yang banyak, bukan merupakan pembatasan. lni menunjukkan betapa tobat dan memohon ampun kepada Allah merupakan amalan terpuji.
Allah سبحانه وتعالى berfirman yang artinya, ”Katakanlah, Maukah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik dari yang demikian itu? Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Rabb mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridha Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.
(Yaitu) orang-orang yang berdoa, ’Wahai Rabb kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan Iindungilah kami dari azab neraka.’ (Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampun di kala waktu sahur (sebelum fajar).”
[Q.S. Ali Imran: 15-17].
Demikian pula Adam عليه السلام, manusia pertama yang diciptakan Allah سبحانه وتعالى, beliau pun bertobat. ltu terjadi kala Adam عليه السلام tergelincir, Iantaran tertipu bisikan setan terkutuk. Setan menawarkan kepada Adam agar memakan dari pohon yang dinamakan setan pohon khuldi. ”Jika engkau memakannya, engkau akan memperoleh keabadian," bujuk setan kepada Adam. Maka, terjadilah apa yang terjadi. Adam terIena dengan tipu daya setan, setelah Hawa memakannya terlebih dahulu sebelum Adam. Jadilah keduanya, Adam dan Hawa, terbuai rayuan setan.
”Kemudian setan membisikkan kepadanya, dengan berkata, ’Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tak akan binasa?’ Lalu keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada) di surga, dan telah durhakalah Adam kepada Rabb-nya dan tersesatlah dia." Sebagaimana yang Allah سبحانه وتعالى kisahkan dalam surat Thaha ayat 120-121.
Pohon khuldi adalah pohon yang terdapat di dalam surga. Disebutkan dalam sebuah hadits dari shahabat Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya di surga ada pohon (yang apabila) seseorang yang melintasinya dengan berkendara, dia akan tempuh dalam rentang waktu seratus tahun berada di bawah naungan pohon tersebut. Pohon itu adalah pohon Khuldi." [H.R. Ahmad. Lihat Al-Bidayah Wa An-Nihayah, lbnu Katsirرحمه الله , 1/181]
Adam عليه السلام sosok lak-laki bertubuh jangkung, berambut lebat, seakan ia adalah pohon kurma nan tinggi. Saat dirinya mencicipi pohon khuldi, jatuhlah pakaiannya, sehingga tersingkaplah auratnya. Lantas Allah سبحانه وتعالى menyerunya, ”Wahai Adam, apakah engkau akan menghindar dari-Ku? ” Mendengar perkataan tersebut, Adam pun menjawab, ”Wahai Rabb-ku aku tak menghindar dari-Mu. Akan tetapi aku merasa malu.”
Atas perbuatannya, telah bermaksiat kepada Allah سبحانه وتعالى, Adam عليه السلام dan Hawa pun lantas bertobat. Keduanya berkata, sebagaimana yang Allah سبحانه وتعالى abadikan dalam Al Quran:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
”Wahai Rabb kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” [Q.S. AI Araf: 23].
lni merupakan bentuk pengakuan, rujuk (kembali kepada Allah سبحانه وتعالى), tobat, merendah, dan menghinakan dirinya di hadapan Allah سبحانه وتعالى.
Allah سبحانه وتعالى pun lantas menerima tobat tersebut. Karena keutamaan dan kasih sayang-Nya.
ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَىٰ
”Kemudian Rabb-nya memilih dia, maka Dia memerima tobatnya dan memberinya petunjuk.“
[Q.S Thaha: 122].
Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat hamba-hamba-Nya.
Sumber : Majalah Qudwah Edisi 06 https://t.me/Majalah_Qudwah
KOMENTAR