Hadits Tentang Larangan Mencela Makanan, Mengomentari Makanan, Contoh Mencela Makanan.
TATKALA MAKANAN TELAH DIHIDANGKAN
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
والذي ينبغي للإنسان إذا قدم له الطعام أن يعرف قدر نعمة الله سبحانه وتعالى بتيسيره وأن يشكره على ذلك وأن لا يعيبه إن كان يشتهيه وطابت به نفسه فليأكل وإلا فلا يأكله ولا يتكلم فيه بقدح أو بعيب.
"Yang semestinya bagi seseorang tatkala dihidangkan makanan untuk mengetahui kadar kenikmatan Allah subhanahu wa taala dengan kemudahan dari-Nya dan bersyukur atas yang demikian itu serta tidak mencelanya. Jika dia menyukainya, maka hendaklah dimakan dan jika tidak, maka jangan dimakan. Jangan sampai ada pembicaraan dengan bentuk celaan dan penghinaan (terhadap makanan tersebut)."
Sumber: Syarh Riyadh al-Shalihin, Jilid 3, hlm. 73.
DI ANTARA CONTOH CELAAN TERHADAP MAKANAN
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
مثال ذلك: رجل قدم له تمر وكان التمر رديئا فلا يقل: هذا تمر رديئ، بل يقال له: إن اشتهيته فكل وإلا فلا تأكله أما أن تعيبه وهو نعمة أنعم الله بها عليك ويسرها لك فهذا لا يليق.
"Contohnya adalah seseorang yang dihidangkan untuknya kurma dan kurma tersebut tidak bagus, jangan dia berkata, 'Ini kurma tidak bagus', bahkan dikatakan kepadanya, 'Kalau kamu mau, makanlah! Kalau tidak, jangan dimakan! Adapun dengan engkau mencelanya dalam keadaan itu adalah nikmat yang Allah berikan dan mudahkan untukmu, maka ini tidak sepantasnya (dilakukan)'."
Sumber: Syarh Riyadh al-Shalihin, Jilid 3, hlm. 73.
Alih Bahasa: Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu Umar غفر الرحمن له.
Kanal Telegram: https://t.me/alfudhail
---------------------------------
JANGAN MENCELA MAKANAN
Makanan termasuk nikmat yang amat berharga dari Allah. Namun, masih ada saja orang yang tidak menghargai karunia ini dengan mencela hidangan yang disuguhkan kepadanya dengan berbagai celaan. Perbuatan ini berbeda jauh dengan ajaran Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.Sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ، إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِلَّا تَرَكَهُ
“Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau menyukai suatu makanan, beliau memakannya. Jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 3563)
Ibnu Baththal menjelaskan bahwa yang seperti ini termasuk akhlak mulia. Sebab, ketika seseorang mencela makanan berarti dia telah menolak rezeki yang telah Allah karuniakan kepadanya. Sementara itu, segala nikmat yang kita dapatkan dari-Nya wajib kita syukuri, bukan malah kita cela. (Lihat Syarah Shahih al-Bukhari Libni Baththal 9/478)
Oleh karena itu, jika kita disuguhi hidangan/makanan, hendaknya kita menyantapnya. Jika memang enggan dan tidak menyukainya, hendaknya kita diam dan membiarkan hidangan itu tanpa mencelanya sedikit pun. Jangan sampai kita membuat murka Sang Maha Pencipta ataupun membuat sedih orang yang telah memasaknya. (Lihat Umdatul Qari 21/49)
Namun, jika kita merasakan ada yang kurang dalam masakan, lalu memberi saran kepada orang yang memasaknya supaya di masa yang akan datang bisa membuat masakan lebih lezat, yang demikian diperbolehkan. Sebab, pada kondisi ini dia tidak mencela makanan, tetapi memberikan masukan atau pengajaran. (Lihat asy-Syarh al-Mumti’ 12/34)
Berbeda halnya jika itu adalah makanan yang haram. Kita boleh mencelanya dan melarang orang lain menyantapnya. Hal ini pernah dilakukan oleh Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam. (Lihat Umdatul Qari 21/49)
Baca juga : ADAB MAKAN DAN MINUM
Sumber : https://forumsalafy.net/jangan-mencela-makanan/
----------------------------
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang yang baik akhlaknya, tinggi budi pekertinya dan sopan tutur katanya. Tidaklah beliau mengucapkan sebuah ucapan, kecuali ucapan yang baik. Tidak seorangpun yang mendapatkan gangguan disebabkan ucapan beliau. Beliau seorang yang tawadhu` dan senantiasa merasa cukup.
Hadits Larangan Mencela Makanan
Ketika dihidangkan ke hadapan beliau makanan yang beliau tidak sukai, sang panutan kita tidak mencela makanan tersebut. Apa yang beliau lakukan terhadap makanan tersebut? Berikut ini adalah hadits yang berisi pelajaran adab dari suri tauladan kita terhadap makanan yang tidak kita senangi.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: «مَا عَابَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ، إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ، وَإِلَّا تَرَكَهُ. رواه البخاري و مسلم
Dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sama sekali. Apabila beliau selera terhadapnya, beliau memakannya. Namun jika tidak, beliau meninggalkannya. (Muttafaqun ‘alaihi).
Inilah diantara adab yang baik kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala. Apabila seseorang mencela sebuah makanan yang diberikan kepadanya, maka dia telah menolak rezeki yang telah Allah berikan kepadanya. Terkadang seseorang membenci suatu makanan yang mana makanan tersebut disukai oleh orang lain. Oleh karenanya kita dilarang untuk mencela nikmat yang telah diberikan kepada kita, bahkan kita diperintah untuk mensyukuri nikmat tersebut.
Hadits Larangan Mencela Makanan |
Ada beberapa faidah yang kita peroleh dari hadits ini:
- Makanan merupakan salah satu nikmat di antara nikmat-nikmat Allah Subahanahu wa Ta’ala, maka sepantasnya bagi seorang muslim untuk selalu mensyukurinya, diantara caranya dengan tidak mencela nikmat tersebut.
- Ketika mencela makanan, seorang telah meninggalkan kewajibannya atas makanan tersebut, yaitu mensyukurinya sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah Subahanahu wa Ta’ala.
- Seseoran yang dihidangkan padanya sebuah makanan atau minuman lantas dia tidak menyukai makanan atau minuman tersebut, maka hendaknya dia meninggalkannya dan tidak mencelanya, karena makanan atau minuman merupakan kenikmatan dari Allah Ta`ala.
- Hendaknya seseorang meninggalkan ucapan-ucapan yang mengandung celaan, seperti: “makanan ini terlalu asin”, “makanan ini tawar” dan selainnya yang seorang mengucapkannya untuk tujuan mencela.
KOMENTAR