Kisah Kronologi Perang Antara Thalut dan Jalut Berdasarkan Al Quran, Goliat vs Daud.
PERANG THALUT DAN JALUT
Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc حفظه الله تعالى
perang antara thalut dan jalut |
Demikian itulah sunnatullah, kehinaan tidak akan menimpa suatu kaum, kecuali dengan sebab mereka berpaling dari syariat Allah. Allah سبحانه وتعالى berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [Q.S. Ar Ruum: 41].
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ،
وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرَعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُم
”Jika kalian telah berjual beli dengan riba, dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi serta ridha dengan kebun kebun, (yakni terlena dengan dunia dan melupakan akhirat), dan kalian tinggalkan jihad, sungguh Allah akan kuasakan kehinaan atas kalian. Dan tidak akan dicabut kehinaan itu hingga kalian kembali kepada agama kalian.” [H.R. Abu Dawud dari shahabat Abdullah bin Umar رضي الله عنهما, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami'].
Di masa itu, Bani Israil tertindas. Hingga datanglah seorang Nabi di tengah mereka. Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan bahwa beliau adalah Nabi Samuel. Ada yang berpendapat dia adalah Yusya' bin Nun. Ada lagi yang mengatakan dia adalah Syam'uun.
Siapa sejatinya nabi tersebut? Allahu a'lam, hanya Allah yang mengetahui. Tidak ada satu pun riwayat shahih yang menyebutkan nama. Yang pasti, Al-Quran tidak menyebutkan. Sama halnya dengan Ashabul Kahfi. Kisahnya masyhur, namun tidak seorang pun dari pemuda-pemuda beriman itu Allah sebut namanya dalam Al-Quran.
Bani Israil menyadari bahwa kemuliaan tidak akan terwujud melainkan dengan menegakkan syariat Allah. Mereka menyadari kemuliaan tidak akan kembali kecuali dengan jihad fi sabilillah.
Beberapa pembesar Bani Israil menjumpai sang Nabi, meminta agar dipilih raja di antara mereka untuk memimpin Bani Israil menegakkan jihad fisabilillah. Allah سبحانه وتعالى berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ
”Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, ”Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah.” [Q.S. AI Baqarah: 246].
Dengan penuh kelembutan dan kearifan, Nabi tersebut mengingatkan Bani Israil dari penyimpangan. Beliau mengkhawatirkan Bani Israil akan berpaling ketika syariat Jihad Allah wajibkan.
قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا ۖ
”Nabi mereka menjawab, ’Mungkin sekali jika kalian nanti diwajibkan berperang, kalian tidak akan berperang."
Dengan semangat yang menggelora, Bani Israil menyatakan kemustahilan mereka akan berpaling.
قَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا ۖ
”Mereka menjawab, "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?”
Benar firasat Sang Nabi. Semangat Bani Israil hanyalah letupan sesaat. Ketika datang kewajiban Jihad fi sabilillah, Bani Israil berpaling dari kewajiban, kecuali sebagian kecil dari mereka.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
"Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha mengetahui orang-orang yang lalim.”
[Q.S. AI Baqarah: 246].
ALLAH MEMILIH THALUT SEBAGAI RAJA
Keinginan Bani Israil terwujud. Allah mewahyukan kepada nabi-Nya bahwa sosok yang berhak menjadi raja adalah Thalut,
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ
”Dan berkatalah kepada mereka Nabi mereka, ”Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja kalian".
Siapakah Thalut? Dia bukanlah-sosok orang kaya, bukan pula keturunan raja-raja. Nama Thalut tidak terdaftar sebagai kandidat raja-raja dalam benak para pembesar Bani Israil yang merasa Iebih berhak mendapat kedudukan.
Oleh karena itu, dengan serta merta mereka menyanggah keputusan Allah سبحانه وتعالى.
قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ
"Mereka menjawab, ’Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami Iebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?”
Sang Nabi mengingatkan Bani Israil tentang ketetapan Allah. Thalut adalah pilihan Allah, maka tidak pantas seorang mukmin berpaling dari keputusan-Nya. Sang Nabi juga mengingatkan kelebihan yang dimiliki Thalut berupa ilmu yang luas dan kekuatan jasad sebagai faktor yang sangat berperan dalam kepemimpinan sebuah negeri.
قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"(Nabi mereka) berkata, ’Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian dan menganugerahinya ilmu yang Iuas dan tubuh yang perkasa. ’Allah memberikan pemerintahan (kerajaan) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” [Q.S. AI Baqarah: 247].
ALLAH TURUNKAN TABUT AGAR TURUN KETENANGAN
Rahmat Allah demikian luas. Di saat ada keberatan pada diri-diri Bani Israil atas penunjukan Thalut, keberatan yang memungkinkan adanya persengketaan dan permusuhan, Allah tampakkan bukti akan keberhakan Thalut memegang tampuk kepemimpinan. Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَىٰ وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
”Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka, ”Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya Tabut kepada kalian, di dalamnya terdapat ketenangan dari Rabb kalian dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagi kalian, jika kalian orang yang beriman.” [Q.S. Al Baqarah: 248].
Secara bahasa, Tabut bermakna kotak tempat sesuatu. Banyak nukilan tentang hakikat Tabut. Dikatakan bahwa daIam kotak itu terdapat tongkat Nabi Musa, dua terompahnya, dan peninggalan-peninggalan Iain.
Allahu a'lam tentang keabsahan riwayat-riwayat tersebut. Allah hanya mengabarkan bahwa Tabut dibawa oleh malaikat. Di dalamnya ada peninggalan Musa dan Harun. Ini adalah karamah bagi Thalut, sekaligus sebagai bukti kemampuannya menjadi Raja.
Ketenangan pun meliputi Bani lsrail. Mereka tidak lagi mempersoalkan perihal siapa raja mereka. Walhamdulillah.
UJIAN UNTUK PASUKAN PERANG
Bendera jihad dikibarkan. Pasukan bergegas menuju daerah kekuasaan Jalut. Derap Iangkah Bani lsrail membelah bumi, menyusuri padang pasir menyongsong janji Allah.
Di tengah perjalanan, datanglah ujian dari Allah untuk membedakan siapa di antara pasukan yang benar-benar kokoh untuk berjihad, dan mana yang tidak pantas.
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ ۚ
”Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata, ”Sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kalian meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku.”
lnilah ujian pertama untuk pasukan. Dan ternyata tidak semua Iolos dalam ujian. Allah سبحانه وتعالى berfirman:
فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۚ
”Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.”
Pasukan terbagi menjadi tiga golongan, pertama mereka yang memuaskan nafsu minumnya dan melampaui batas, kedua golongan yang hanya sekedar membasahi tenggorokan untuk menghilangkan dahaga, dan golongan yang tidak minum sama sekali.
Thalut melanjutkan perjalanan dan meninggalkan mayoritas pasukan yang tidak mengindahkan perintah, dan bermaksiat terhadap pimpinan.
Sesampainya di negeri pertempuran, dan saat untuk berlaga semakin dekat. Tampak di hadapan Bani lsrail barisan kaum musyrikin di bawah komando Jalut dengan tentaranya yang besar. Inilah ujian berikutnya. Sebagian pasukan merasa berat menghadapi Jalut. Mereka berkata, sebagaimana Allah سبحانه وتعالى kisahkan:
فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ ۚ
”Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata, ”Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.”
Sebagian pasukan mengingatkan bahwa kemenangan bukan pada banyaknya pasukan. Namun, semua dikembalikan kepada Allah. Barisan inilah pasukan thalut yang paling kokoh. Mereka berkata:
قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
”Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, ’Berapa banyak terjadi, golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”
وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
”Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdoa, ’Wahai Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pijakan-pijakan kami, dan tolonglah kami atas orang-orang kafir.'"
Keimanan akan pertolongan Allah, dan keyakinan perjumpaan dengan-Nya yang diiringi dengan doa, benar-benar mendorong kaum mukminin mengorbankan segala daya dan upaya mereka di jalan Allah. Allah pun membukakan kemenangan kepada Thalut dan kaum mukminin.
فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُودُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ ۗ
”Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah. Dan (dalam peperangan itu) Dawud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Dawud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.”
Jalut terbunuh di tangan Dawud, yang ketika itu sebagai salah seorang personil pasukan, dan belum diutus menjadi Nabi dan Rasul.
BERITA-BERITA ISRAILIYAT
CukupIah menjadi pelajaran apa yang telah Allah kisahkan dalam Al-Quran tentang Thalut dan Jalut. Adapun rincian kisah beserta pernik-perniknya yang berasal dari berita Israiliyat tidak banyak memberikan faedah. Terlebih dalam kisah-kisah israiliyat, terdapat kisah-kisah aneh atau batil tentang kisah Jalut dan Thalut. Sehingga sengaja tidak kita nukilkan dalam lembaran kisah ini.
Tidak perlu pula bagi kita membahas dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak datang keterangannya dalam nash (dalil yang pasti). Semisal pertanyaan; Berapa tahunkah masa antara wafatnya Musa dengan kisah Jalut dan Thalut? Sepeninggal Musa hingga diutusnya nabi yang tersebut dalam kisah ini sudah berapa nabikah Allah utus?
Berapa jumlah tentara Thalut yang memerangi Jalut, benarkah mereka sejumlah shahabat yang mengikuti perang Badar? Apa nama Sungai yang Allah sebutkan dalam kisah ini? Bagaimana kelanjutan kisah setelah matinya Jalut? Cukuplah Apa yang Allah kisahkan sebagai penyejuk jiwa dan pelita di tengah gulita.
FAEDAH-FAEDAH KISAH
- Kisah ini di antara firman Allah Subhanallahu Wa Ta'ala yang menjelaskan tabiat buruk Yahudi. Bahwa mereka adalah kaum yang suka membantah Rasul-rasul Allah dan banyak bertanya dengan pertanyaan pengingkaran dan ketidakpuasan.
- Jihad fi sabilillah telah Allah syariatkan pada umat-umat terdahulu.
- Dalam jihad syar’i, disyariatkan adanya Imam yang telah dibai’at dengan bai’at yang syar'i. Karena, jihad tidak akan tegak kecuali dengan pemimpin yang ditaati.
- Tidak setiap orang pantas memegang kepemimpinan. Untuk menempati kedudukan itu disyaratkan memiliki sifat-sifat yang mendukung dalam menegakkah kekhilafahan. Di antara sifat yang sangat penting dan mendasar adalah berilmu serta memiliki kesempurnaan pada akal dan badannya.
- Allah سبحانه وتعالى tidak membiarkan seseorang mengatakan dirinya beriman tanpa ujian kepadanya.
- Perlunya menguji personil-personil tentara sebelum terjun ke tengah medan pertempuran. Agar diketahui sejauh mana tingkat ketaatan, kesabaran, dan kesiapannya berjihad.
- Allah menguji tentara Thalut dengan sebuah sungai, agar tidak meminumnya kecuali sekedar menghilangkan haus. Hasil dari ujian: Ada di antara pasukan yang meminum air dengan melampaui batas, di antara mereka ada yang hanya sekedar menghilangkan haus, dan ada di antara mereka yang tidak mengambil air sedikit pun.
- Kisah sungai dan tentara Thalut mengingatkan kita tentang hakikat dunia dan penghuninya. Seperti itulah dunia. Ada di antara manusia yang tenggelam dengan kehidupan dunia dan melupakan akhirat, ada yang mengambil dunia seperlunya, dan ada yang tidak tergantung hatinya kepada dunia sedikit pun.
- Seorang yang tertimpa kehausan yang sangat, terlebih suasana terik, ketika mendapatkan air, hendaknya tidak meminum air dengan rakus dan tergesa. Minumlah bertahap, sedikit demi sedikit, agar tidak memadharatinya.
- Sangat pentingnya ketaatan kepada pemimpin dalam perkara yang ma'ruf untuk tegaknya Jihad
- Kemenangan bukan pada banyaknya pasukan. Namun kembali kepada kedekatan pasukan kepada Allah. Serupa dengan pertempuran Thalut dan Jalut, perang Badar di tahun 2 H. Kemenangan Allah berikan kepada kaum muslimin meskipun shahabat hanya berjumlah sekitar 315 orang. Sementara Quraisy sejumlah 1000 pasukan dengan persenjataan yang lengkap.
- Pentingnya kesabaran dalam jihad menegakkan kalimat Allah. Oleh karena itu, Thalut beserta kaum mukminin meminta kepada Allah agar dicurahkan kesabaran.
- Pentingnya Doa dalam keadaan perang. Sebagaimana doa adalah senjata muslim di setiap saatnya.
- Janganlah menjadikan harta sebagai timbangan untuk menilai kemuliaan atau kebenaran seseorang. Cara pandang seperti ini dianut ahlul jahiliyah, termasuk kaum Yahudi yang Allah kabarkan dalam kisah Thalut dan Jalut.
- Tidak sepantasnya, bahkan tidak boleh meremehkan orang-orang Iemah dalam dakwah. Ada di kalangan kaum dhuafa orang-orang yang memiliki kemampuan dalam berdakwah. Bahkan kalau kita menilik pengikut Nabi dan Rasul, kebanyakan mereka adalah kaum dhuafa. Kita tidak pernah Iupa siapa Bilal bin Rabah, Ammar bin Yasir, dan tokoh-tokoh besar shahabat dari kaum duafa.
- lman kepada hari akhir dan perjumpaan dengan Allah adalah faktor pendorong yang sangat kuat untuk seorang beramal dan bersabar dalam menempuh segala ujian menegakkan kalimat Allah. Allah سبحانه وتعالى berfirman:
قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
”Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan berjumpa dengan Allah berkata, ’Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” - Allah mengutus Dawud sebagai Nabi dan Rasul-Nya setelah kisah peperangan Thalut dan Jalut.
- Di antara hikmah disyariatkannya jihad adalah mencegah atau memutus kerusakan yang dilakukan kaum kuffar (orang-orang kafir). Sehingga tegaklah keadilan dan berlangsunglah kehidupan dengan baik. Sebagaimana Allah سبحانه وتعالى firmankan di akhir kisah:
وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
"Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” [Q.S. Al-Baqarah: 251]. - Dipilihnya Thalut sebagai raja, padahal ia seorang yang fakir, namun ia memiliki keluasan ilmu dan kekuatan, sementara banyak pembesar Bani lsrail yang memiliki harta dan kedudukan, menunjukkan keutamaan ilmu atas harta dan kedudukan.
- Kisah para nabi dan kaum mukminin terdahulu, adalah hiburan bagi Rasulullah ﷺ dan kaum mukminin dalam menegakkan kalimat Allah.
- Kisah-kisah umat yang telah lalu, serta perkara ghaib yang Allah سبحانه وتعالى sampaikan kepada Nabi-Nya, adalah ayat atau bukti kenabian beliau. Allah سبحانه وتعالى berfirman:
تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ ۚ وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
"Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar). Dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus."[Q-S. AI-Baqarah: 252].
Sumber Majalah Qudwah Edisi 05 | https://t.me/Majalah_Qudwah
KOMENTAR