Bersyukurlah atas Pasangan Suami / Istri, Mengingat tentang keutamaan pernikahan yang dirasakan.
BERSYUKURLAH
Bersyukurlah Atas Pasanganmu (Nikmat Pernikahan) |
Pernikahan dan kehidupan rumah tangga antara suami dan istri yang merupakan salah satu dari sekian banyak kenikmatan Allah yang jika kita menghitungnya tidak akan mampu menghitungnya, karena banyak dan beragamnya, sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى :
وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٞ رَّحِيمٞ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Q.S. An-Nahl: 18]
Oleh karena itu nikmat pernikahan dan kehidupan bersama antara suami istri wajib kita syukuri. Dan salah satu bentuk syukur kepada Allah adalah dengan mempergunakan kenikmatan tersebut untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, banyak beribadah, dan berraqarub (mendekatkan diri) Kepada-nya.
Hanya saja sedikit dari hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur, sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى :
وَقَلِيلٌ مِّنۡ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ
“Sangat sedikit sekali di antara hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur.” [Q.S. Saba’: 13]
Sebaliknya hamba yang kufur nikmat jumlahnya lebih banyak, na’udzu billah min dzalik!
Dengan banyak bersyukur maka kehidupan rumah tangga akan dipenuhi dengan sakinah, mawaddah, dan rahmah, itulah salah satu tujuan pernikahan yakni merasakan hidup yang sakinah (penuh ketenangan), mawaddah dan rahmah (saling cinta dan penuh kasih sayang) sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى :
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir,” [Q.S. Ar-Rum: 21]
Akan tetapi, sangat disayangkan betapa banyak suami istri yang tidak mendapatkan manfaat dari pernikahan, bahkan mereka merasakan kebahagiaan dan ketenangan sebelum pernikahan. Setelah menikah justru hidupnya hampa, penuh kesedihan dan kesengsaraan, pertengkaran, bahkan kebencian, nas’alullah al afiyah wassalamah!
Bukan untuk itu disyariatkannya pernikahan!!
Justru pernikahan disyariatkan demi untuk meraih kesenangan, kecintaan, dan kebahagiaan hidup di dunia yang insya Allah berlanjut sampai di akhirat.
Lalu bagaimanakah cara untuk mewujudkan impian indah setiap suami dan istri tersebut?
Yakni salah satu cara yang harus ditempuh adalah “selalu bersyukur” kepada Allah سبحانه وتعالى dan kepada pasangannya.
Ketahuilah suami kita bukan malaikat yang sempurna tanpa ada salah dan kekurangan. Sebagaimana pula istri kita bukanlah bidadari surga nan jelita tanpa ada cacat dan cela.
Sadarilah, masing-masing kita tidak sempurna, kemudian maklumilah kekurangan dan kesalahan pasangan hidup kita, maka dengan mudah kita akan memaafkan segala kekhilafan dan kekurangannya.
Dengan begitu akan lapang dada kita, hilanglah amarah, jengkel dan dendam.
Terimalah pilihan Allah yang telah menakdirkan dia sebagai jodoh kita, dan takdir Allah untuk kita, itulah yang terbaik.
Sungguh dengan “bersyukur” maka kita akan meraih kebahagiaan hidup di dunia pada umumnya dan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga kita pada khususnya.
Akhirnya, marilah kita berdoa sebagaimana doa Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang artinya,
“Ya Allah jadikanlah aku termasuk golongan yang sedikit”,
yakni golongan orang-orang yang pandai bersyukur.
Akan tetapi, bukan berarti kita harus “diam” melihat kesalahan dari pasangan hidup kita. Masing-masing kita tetap mempunyai kewajiban amar makruf nahi dan nahi munkar rumah tangga, baik antara suami istri maupun antara orang tua dan anak.
Justru keistimewaan umat Muhammad صلى الله عليه وسلم yang dipuji oleh Allah سبحانه وتعالى adalah karena kita melakukan amar makruf nahi munkar.
Allah سبحانه وتعالى berfirman yang artinya,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”[Q.S. Ali Imran: 110]
Apabila kita melihat kesalahan pasangan hidup kita, apalagi kesalahan yang bersentuhan dengan syariat Islam, maka kita wajib mencegah dan menasehati (nahi munkar). Sebab jika kita diam sama saja dengan “setan bisu”. Tapi, jangan lupa untuk menegur dan menasehati dengan cara yang hikmah dan akhlak yang terpuji.
Terutama jika kesalahan itu dilakukan oleh suami, maka hendaklah istri menasehatinya dengan kelembutan dan kasih sayang, bukan “menggurui” apalagi merasa lebih pintar dan merasa diri lebih tinggi kedudukannya dari suami.
Bagaimanapun juga suami adalah “pemimpin tertinggi” bagi istri dalam keluarga, maka sampaikanlah nasihat dengan santun. Sehingga, suami mudah menerima nasihat istri tanpa merasa diri direndahkan jika suami telah menyadari kesalahan serta mau memperbaikinya, maka jangan lupa bersyukur kepada Allah dan selalu mendoakan kebaikan untuk suami.
Begitu pula sebaliknya, jika istri melakukan kesalahan maka suami wajib menasehati nya dengan cara yang makruf, bukan dengan cara membentak, mencaci apalagi ringan tangan sampai memukul nya. Maka, bukan kebaikan yang kita dapati justru kejelekan dan kemungkaran lebih besar akan menimpa rumah tangga kita.
Istiqamahlah untuk selalu nasehat menasehati dengan akhlak yang terpuji untuk memperbaiki diri dan pasangan hidup kita. Sebab, tidak ada yang sempurna di antara kita.
Alangkah indahnya rumah tangga yang dihiasi dengan rasa syukur antara suami dan istri.
• Memahami kekurangan masing-masing,
• saling memperbaiki,
• kemudian saling memaafkan tanpa ada rasa dendam dan sakit hati.
Maka surga dunia akan didapatkan sebelum nantinya surga di akhirat insya Allah.
(Ustadzah Ummu Abdillah hafizhahullah)
Sumber: Majalah Tashfiyah Edisi 83 VOL. 07/1440H-2018M (Hal. 104-108) | https://akhwat.net/2019/08/13/bersyukurlah/
KOMENTAR